Terlahir sebagai anggota keluarga Harith membuat Alexi terbiasa dengan berbagai macam exposure sejak ia diperkenalkan sebagai calon pewaris tunggal Harith Group. Alexi tahu bahwa begitu ia dewasa dan dikenal oleh banyak orang, hidupnya bukan lagi miliknya seratus persen. Ia tahu bahwa ia memiliki image yang harus dijaga, karena jika ia bertingkah, yang tercoreng bukan hanya namanya tapi juga nama besar Harith yang disandangnya. Oleh karena itu lah, ketika Alyssia mengatakan bahwa gadis itu belum bisa mempertunjukkan hubungan mereka ke publik, Alexi bisa memahaminya.
Image Alyssia sebagai public figure justru lebih rentan dengan kabar miring jika dibandingkan dengan dirinya. Apalagi jika membicarakan mindset orang Indonesia yang cenderung lebih condong ke meninist, jika ada kabar miring, maka wanita akan lebih banyak menerima dampak negatifnya disbanding laki-laki. Dan Alexi yang sangat menyayangi Alyssia tentunya tidak ingin hal tersebut terjadi.
Sehingga di sinilah dia sekarang, berdiri tegak sembari melempar senyuman tipis di photo wall launching event Briana di hadapan puluhan media seorang diri. Alexi sudah tidak lagi heran atau pun canggung melihat bagaimana reporter berlomba mengambil fotonya dengan kilat blitz yang menyilaukan mata. Ia sudah terbiasa dengan hal seperti ini, berdiri seorang diri menghadapi puluhan reporter yang haus akan konten. Tapi ia tidak dapat memungkiri bahwa ia benar-benar berharap bahwa suatu hari ia dapat mengakhiri kesendiriannya ini dengan menggandeng Alyssia di setiap acara.
Setelah ia merasa jengah dengan kerumunan reporter, Alexi kemudian berlalu untuk memasuki ruangan di mana event tengah berlangsung. Tak butuh waktu lama baginya untuk menemukan Briana. Sepupunya tersebut terlihat sibuk menyapa tamunya di area buffet.
"My lovely cousin, Alexi!" Briana serta merta memutar tubuhnya untuk berhadapan langsung dengan Alexi dan memberikan pelukan singkat pada pria tersebut. "Akhirnya datang juga!"
"Congratulation on your new brand," Alexi berujar dengan senyuman di bibirnya. "Udah lihat Al belum?"
"Your beloved girlfriend? Tadi dia udah datang sama Jani. Sayang banget nggak datang sama lo, padahal kan lumayan buat exposure brand gue."
Alexi mendengus, merasa tidak asing dengan sikap oportunis yang dimiliki sepupunya. "Nggak berubah juga ya, lo."
Briana tertawa mendengar sahutan Alexi. "Namanya juga didikan pebisnis."
Dengusan geli Alexi kembali terdengar. Ia menggelengkan kepalanya takjub pada Briana.
Tak berapa lama, seorang perempuan yang Alexi kenal sebagai Private Assistant Briana menghampiri Briana dengan wajah panik. Perempuan itu membisikkan sesuatu pada Briana, sesuatu yang tidak dapat Alexi dengar. Tapi Alexi apa pun yang tengah dibicarakan oleh asisten sepupunya tersebut bukanlah kabar baik, melihat dari perubahan raut Briana serta kerutan di keningnya.
"Cari dulu sana, hubungi managernya, gue nggak mau tahu dia harus udah ada waktu opening dimulai." Titah Briana dengan tegas pada asistennya yang hanya bisa mengangguk pasrah dan berlalu.
Setelah asistennya berlalu, Briana segera menghela napas kesal. "Gue heran sama artis baru naik daun jaman sekarang. Bener-bener nggak disiplin banget."
"Kenapa, sih?" tanya Alexi.
"Itu tuh, bintang tamu yang gue undang tiba-tiba ngilang padahal sebentar lagi mau opening. Emang nggak seharusnya gue ngundang bocah bermasalah itu. Ini semua gara-gara tim gue pada sepakat ngundang Jeffrey. Padahal gue nggak sreg duluan, tapi—
"Tunggu. Siapa tadi?" potong Alexi cepat ketika telinganya mendengar nama yang tidak asing.
"Jeffrey?" sahut Briana heran.