Take #15 1/2

3.5K 540 25
                                    

Terhitung sudah lebih dari sepuluh kali vas kaca tinggi—yang terlihat berat bahkan ketika belum ada bunga di dalamnya, dipindahkan dari satu sisi ke sisi yang lain oleh tim property. Sepuluh kali lebih memindah lokasi vas tersebut belum juga memenuhi keinginan Briana. Gadis yang sejak tadi menopang kedua tangannya di pinggang tersebut terlihat frustasi.

Lima meter dari Briana berdiri, Alexi duduk pada kursi yang tersedia. Ia terlihat sama frustasinya melihat sepupunya yang tak kunjung selesai dengan perkara sepele tersebut, ia sendiri bahkan sudah nyaris menyelesaikan to do list yang sejak awal diberikan oleh Briana. Jika tidak mengingat bahwa Briana adalah sepupu terdekatnya, mungkin Alexi sudah meninggalkan venue ini sejak dulu.

Pada akhirnya, Briana menyerah dan membiarkan tim property untuk menyelesaikan urusan vas tersebut. Ia sendiri kemudian memilih untuk menghampiri Alexi dengan wajah masam.

"I give up!" serunya kesal setelah mendudukkan dirinya di sebelah Alexi.

Tanpa banyak bicara, Alexi mengangsurkan sebotol air mineral pada Briana. Ia tetap diam ketika Briana dengan bersungut-sungut membuka tutup botol hingga kemudian meminum setengah dari isi botol.

"Semakin gue perbaiki, bukannya semakin bagus tapi malah jadi makin jelek dekorasinya." Briana kembali menggerutu. "Grand launching udah di depan mata, tapi nggak juga selesai."

"Kan gue udah bilang, pake EO aja. Lo sendiri kan yang nolak?" Alexi akhirnya bersuara, meskipun ia tahu bahwa dengan mendengar ucapannya barusan, suasana hati Briana akan memburuk.

"Diem." sentak Briana seketika.

Mengedikkan bahunya acuh, Alexi memilih untuk meraih ponselnya demi melihat apakah Alyssia telah membalas pesannya. Kerutan halus di wajahnya terlihat ketika tidak ada satu pun pesan dari Alyssia masuk ke ponselnya. Aneh. Tidak biasanya gadis itu tidak memberinya kabar. Apalagi ketika ia berada di jarak yang jauh seperti sekarang.

Alexi beranjak dari duduknya, hendak keluar untuk menelpon Alyssia. Belum sempat terwujud niatnya, sepasang lengan ramping melingkar di perutnya. Hidungnya seketika mengenali aroma yang terlalu familiar baginya.

"Surprise!"

"Ew, lovebird. Get a room!" suara Briana terdengar sebelum akhirnya gadis itu memilih untuk menyingkir.

Tawa Alexi lepas. Ia segera membalik tubuhnya untuk balas merengkuh Alyssia dalam pelukannya.

"Kamu bikin aku khawatir." Alexi berbisik pada pucuk kepala Alyssia.

Kekehan kecil Alyssia terdengar. "Bagus dong, artinya kamu masih sayang sama aku."

"Always Al, always." Alexi melepas dekapannya untuk menangkup wajah bulat Alyssia. "I miss you."

Kedua mata Alyssia melengkung bersamaan dengan bibirnya yang membentuk senyuman lebar. "I know you do, because I do too."

Ada pantulan wajah Alyssia di kedua bola mata Alexi. Sekian lama bersama dengan Alyssia nyatanya tak juga membuat kadar rindu maupun perasaannya berkurang barang sedikit pun. Perasaan dan rindu itu justru terus berkembang. Ia sendiri merasa takjub, bagaimana mungkin hatinya mampu menampung seluruh perasaan yang tak terbatas tersebut? Setiap kali ia merasa bahwa hatinya sudah tak mampu lagi menampung perasaannya, hal tersebut terpatahkan dengan hatinya yang terus terkembang bersamaan dengan perasaannya yang takj juga menyusut.

Mungkin karena Alyssia. Mungkin karena hatinya kini pun telah ikut jatuh bersamanya pada gadis itu. Mungkin karena Alyssia. Hatinya tak keberatan untuk ikut terus berkembang demi menampung perasaannya yang meluap-luap.

***

"Happy?"

Alexi bertanya setelah kemudian berada di apartemen Alyssia. Ia benar-benar harus berterima kasih pada Alyssia, karena berkat calon istrinya itu, ia dapat kabur dari Briana dan segala obsesinya pada launching event preparation yang serupa neraka tersebut.

"Yes. Akhirnya quality time lagi sama mereka, I feel blessed." sahut Alyssia yang kini berbaring berbantalkan paha Alexi.

"Mereka mau ngajak kamu dinner bareng." Alyssia menambahkan setelah menguap. Ia tiba-tiba saja mengantuk. Belaian lembut Alexi di puncak kepalanya membuatnya benar-benar merasa nyaman.

"Kapan?" tanya Alexi tanpa melepaskan belaiannya pada puncak kepala Alyssia.

Alyssia kembali menguap, "belum tahu, yang jelas sebelum engangement party."

Alexi terkekeh pelan. Sleepy Alyssia is always adorable. "Tidur, Sayang. Gih ke kamar."

"Nggak mau, maunya sama kamu." Alyssia merajuk.

Sebuah senyuman jahil seketika terbit di bibir Alexi. "Kalau sama aku, nanti kamu nggak jadi tidur."

"Pervert!"

Super short I know

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Super short I know. Ngetik ini di ruang rawat inap btw. Terlalu lama meninggalkan kalian tanpa kabar bikin gue nggak enak juga.

Seperti judulnya, chapter ini baru 1/2. Doain aja kan gue bisa sesegera mungkin upload yg 2/2.

Btw, iya gue udah S.H. (Siap Halal)

See you when I see you!

Saluti,

K

Briana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Briana


EXPOSED!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang