Ayah:
Ayah sudah menuju bandara Soekarno-Hatta. Tak sabar akan kedatanganmu.Me:
:)*sebuah pesan teks*
***
Sekarang kakiku sedang berpijak pada bandara Pattimura - Ambon. Berjalan dengan membawa sebuah koper di tangan kiri, dan buku buatan tangannya Fahri di tangan kananku. Baru saja ingin check-inmengambil boarding pass, ada seseorang yang memanggil-manggil namaku dari belakang.
"Nidya! Nid!" itu Maria. Diikuti dengan ketigabelas temanku lainnya.
Aku berlari keluar menujunya yang sudah berada di bagian luar pemisah besi yang tingginya sepinggang. Aku memeluk mereka satu per satu dengan sangat kencang.
"Kenapa kamu nggak bilang ke aku kalau kamu mau pergi?" tanya Maria.
"Kamu bahkan nggak pernah membalas pesan teksku, Ria."
"Maafkan aku. Salahku juga yang tidak memberitahumu dan jarang mengobrol dengamu di sekolah."
"Iya, nggak apa-apa."
"Aku lupa bilang kalau ponselku rusak karena..."
"Aku mengerti, Ria. Jadi, bagaimana kabar kedua orang tuamu?"
"Baik. Tapi, sebaiknya kamu bergegas masuk ke dalam," pintahnya.
"Dari mana kamu tahu kalau aku akan ke Jakarta?" potongku.
"Aku dikabarkan oleh Tante Vina, Ibunya Fahri. Aku baru saja dari rumah duka. Turut berduka atas kepergiannya, Nidya."
Aku tersenyum kecil dengan menundukkan kepala.
"Besok pemakamannya."
"Aku tahu. Dan kamu akan bingung mengapa tak kulewatkan dulu pemakamannya..."
"Tidak, Kanidya. Aku mengerti. Hanya aku satu-satunya sahabatmu yang paling mengerti kamu. Dan takan pernah tergantikan. Selalu ingat aku, Nidya!"
"Aku akan selalu merindukanmu, Maria!" kataku yang kemudian memeluknya lagi dengan amat kencang. Seakan tak ingin melepaskannya. Dia jua membalasnya. Mungkin aku akan sesak nafas, aku akan asmah jika terlalu lama seperti ini. aku tahu ini sulit untuk diterima. Tapi aku sudah tidak punya apa-apa lagi di sini.
Setelah lama, lalu kulepas dan bergegas masuk dengan tangisan kecil yang sebenarnya berusaha kusembunyikan tapi gagal. Sama dengannya. Maria mengejarku dari luar, dan melambaikan tangan tanpa henti.
Aku benar-benar akan merindukannya. Tak ingin kusudahi cerita indah ini dengan kota musik dan orang-orang yang ada di dalamnya. Namun kejadian 1999 ini telah membumihanguskan semua sumber kenangan indah yang ada di dalamnya. Terima kasih Ambon, telah memperkenalkanku dengan mereka semua, lalu perlahan kau paksa aku untuk menjadi orang asing.
***
Sebelum mereka pergi, mereka akan menciptakan memori yang indah. Lalu mereka berpamitan. Fahri, kamu bahkan sudah tahu bahwa aku takan mampu kehilanganmu. Tapi mengapa kamu harus mengalah terhadap takdir? Mengikhlaskanmu tidak semudah perkataan banyak orang "Dia telah pergi".
Kota ini benar-benar membunuh batinku. Ia mampu membakar semua sumber kenangan indahku tak tersisa tanpa ampun. Berulang-ulang kali kubahas ini dengan Semesta, tapi dia tak menggubrisku sama sekali. Mungkin sudah nasibku menderita seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja di Jakarta
Romance"Senja adalah keindahan tersingkat yang pernah langit suguhkan untukku. Dan kamu seperti senja, suguhan tersingkat yang pernah Tuhan ciptakan untukku. Kenapa sampai kamu yang baru saja datang, kemudian sudah pergi lagi? dan mengapa Tuhan harus menci...