BAB 13

2.8K 130 21
                                    

maaf, lama baru diupdate! :)


"VESPA LAGI?"

***

Aku terbangun dari mimpiku. mimpi yang sebenarnya telah menjadi kenyataan sebelum dimimpikan. Hal itu memang terjadi. Semalam, aku bersama dengan lelaki itu di tempat indah yang ia perkenalkan padaku. tempat di mana ia mampu mengubah pandanganku terhadap berbagai hal. Seseorang yang mengembalikan kenangan-kenangan luka di masa lalu menjadi terulang kembali. Kenangan-kenangan luka yang ia paksa untuk disembuhkan, walau terkadang rasa luka itu malah lebih sakit bila diobati.

"Ayah pergi dulu."

"Iya, Yah. Sampai jumpa. Pulangnya jangan larut ya, Yah. Aku ingin memasak sesuatu hari ini, hehe."

Ayah sudah bergegas pergi ke kantor. Aku berjalan perlahan menuju jendela kamar dengan baju seragam yang masih kukenakan. Ada kaktus itu. Semuanya memang bukan mimpi. aku mengambil sedikit air lalu menyiraminya dengan penuh antusias dan lekukan sabitnya bulan yang masih tertanam bahagia di bibirku. Setelah itu, aku mulai bergegas ke kamar mandi.

Sehabis mandi, sambil merapikan tempat tidur, telepon genggam bututku berdering. Itu panggilan telepon dari Bunga.

"Nid, di mana?"

"Aku di apartemen saja, Bunga. Ada apa?"

"Aku ke apartemen kamu, ya? Bosen banget di rumah."

"Okey, kutunggu!"

"Oh iya, akan kubawakan vinyl yang baru kubelikan. Sampai ketemu! Daa..."

"Eh, Bunga! Kamu tahu nggak? Kemarin itu aku..."

Titit.

"Yah, sudah dimatikan. Padahal baru mau kuceritakan," kataku menghela.

Tiba-tiba telepon genggamku berdering lagi, ada panggilan lagi.

"Eh, Bunga! Aku mau menceritakan sesuatu padamu, tentang kemarin! Kamu tahu nggak? Aku diajak Samuel ke Ujung Kulon. Aku suka banget!"

"Orangnya juga kamu suka nggak?" terdengar suara anak laki-laki.

"Ini siapa?" tanyaku terkejut. "Astaga! El?" lanjutku.

"Sam."

"Iya. sama saja."

Astaga. Oh, semesta! Lagi-lagi jantungku berdetak kencang ketika aku mengobrol dengannya. Ada apa lagi ini?

"Apa bunyi itu, bunyi detak jantungmu?"

"Sam! Jangan suka berhalusinasi!"

Ini anak luar biasa, mampu mendengarkan suara jantungku dari telepon genggam.

"Hm oh, iya. hari ini kita jalan, yah?"dia masih mau mengajakku jalan-jalan. Astaga, Semesta.

"Aku sedang sibuk, Sam. Maaf, ya! Daaa." Lalu kumatikan tanpa berlama-lama. Oh, semesta, apa yang telah kulakukan? perasaan apa ini? Ya ampun, Nidya, katakan pada dirimu ini, bahwa semua itu hanyalah kesalahpahaman hati. Hati?

Beberapa saat kemudian, bel apartemenku berbunyi.

"Iya, sebentar."

Aku bergegas menuju pintu lalu membukanya.

Senja di JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang