dijodohin [sehun]

3.4K 287 14
                                    

Banyak alasan yang Lisa ucapkan pada Mami dan Papinya. Lisa terlalu malas kalau harus bertemu dengan teman lama Mami yang juga teman sekolah Papi dulu. Apalagi katanya mereka ingin mengenalkan Lisa pada anaknya. Lisa seperti masuk ke dalam jamam siti nurbaya padahal Mami tidak ada pembicaraan kesana tapi firasat Lisa mengatakan seperti itu.

Malam ini Lisa tidak bisa mengelak karena Mami tidak mengizinkan Lisa pergi kemana-mana, kalaupun Lisa nekat pergi semua fasilitasnya akan diambil dan disita sampai Lisa mau bertemu dengan anak dari teman lamanya. Dengan berat hati Lisa mengalah. Lisa tidak bisa kalau harus dipisahkan dari ponsel dan si chuppy, motor ungu kesayangannya, belum lagi kalau laptop juga ikut disita, Lisa jadi tidak bisa nonton roti sobek paoppa. Ditambah wifi akan dimatikan dan itu adalah hal terburuk buatnya, Lisa jadi tidak bisa buat tiktok kekinian kalau gitu.

Mami mendandani Lisa secantik dan seanggun mungkin, Lisa hanya bisa pasrah disuruh pakai dress sepanjang lutut. Warnanya sih favorit Lisa, tapi ini bukan Lisa banget. Karena Lisa hanya pakai rok kalau pergi ke sekolah saja. Biasanya asal pake, kadang lebih suka pakai hoddie kebesaran dengan celana pendek, atau croptee dengan skinny jeans.

"Kamu kalau didandanin gini cantik loh, nak," Mami menempelkan pita kecil di sisi kanan rambut Lisa, membuat anaknya terlihat sangat manis bak dewi.

"Emang biasanya aku enggak cantik?"

"Urakan."

Mami tertawa saat melihat raut wajah cemberut dari Lisa. Kelar dengan dandanannya, Mami mengajak Lisa keluar kamar menuju ruang tamu. Baru ada Papi yang masih menunggu temannya datang.

Tak lama dari saat Lisa menghempaskan bokongnya di sofa, bunyi bel terdengar. Bibi Tini tanpa disuruh pun melangkah cepat ke depan untuk membukakan pintunya. Terdengar ada sedikit perbincangan dan Bibi Tini datang ke ruang tamu bersama dua orang dewasa juga satu remaja di belakangnya. Bibi Tini membungkuk sebentar.

"Tuan, ada tuan Oh dan keluarganya datang," setelah itu Bibi Tini berjalan ke dapur untuk menyiapkan minuman.

Papi mempersilahkan tamunya, Tuan Oh Sebastian beserta keluarga untuk duduk di sofa yang berseberangan dengan keluarga mereka. Lisa masih menunduk, memainkan jemarinya malas hingga tepukan pelan dari Mami membuatnya mendongak.

Lisa dibuat terpana saat melihat pria itu tersenyum malu. Senyum yang tidak bisa dijelaskan namun amat manis dan tampan disaat yang bersamaan.

"Kenalin, jeung, ini Lisa anak saya," Mami dengan gaya ibu-ibu sosialitanya mengenalkan Lisa pada nyonya Oh.

"Cantik ya anakmu," Nyonya Oh tertawa garing ala sosialita, "ini anakku Sehun, seumuran loh sama anak kamu."

Dan obrolan dewasa pun dimulai. Berawal dari obrolan usaha sampai hal sepele.

"Lisa, ajak Sehun ke taman belakang gih," titah Papi.

Lisa tersenyum paksa dan berdiri. Lisa berjalan ke taman belakang dan diikuti Sehun. Tak ada sepatah kata pun terucap selama langkah kaki mereka berjalan dari ruang tamu ke taman. Lisa mengajak Sehun duduk di bangku yang biasa dipakai Papi menyeruput kopi paginya bersama Mami yang meminum teh.

"Kamu enggak inget aku?" Itu pertanyaan yang pertama kali Sehun lontarkan diantara keheningan yang lama. Jangan lupa betapa manisnya senyum yang Sehun pamerkan setelahnya.

"Emang lo siapa?"

Sehun merogoh saku celananya, mengambil dompet kulit dan menunjukkan satu figura dua dimensi yang terpajang di dompetnya. Ada seorang bocah kecil dengan tubuh gempal dan berkepala plontos, juga giginya yang jarang dipamerkan.

"Lo?"

"Inget, kan?"

Lisa sangat ingat dengan anak itu. Anak yang selalu Lisa panggil dengan sebutan gendut jelek rupa, anak yang selalu Lisa jadikan sasaran pukul dan bodohnya anak itu masih saja tersenyum meski tangannya lecet.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MozarellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang