Chapter 4

112 17 9
                                    

Happy Reading!

___________________________

Dirimu adalah satu alasanku masih berdiri dan menanti kau datang kemari membawa kebahagiaan yang lama tak kurasakan.

___________________________


Mentari bangun dari tidurnya dan beranjak pergi ke kamar mandi. Hari Minggu adalah hari bebas untuknya dan hari ini juga adalah hari ulang tahunnya. Ia mempersiapkan semua kebutuhan yang akan digunakan nanti sore. Ia hanya berharap Senja benar-benar datang ke acara ulang tahunnya.

Sesaat ketika Mentari keluar dari kamar mandi, ponselnya bergetar. Muncul sebuah nama yaitu Senja. Tanpa pikir panjang lagi, Mentari mengangkat panggilan itu dan langsung menggulingkan tubuhnya ke kasur.

"Gimana?"

"Apanya?" jawab Senja yang sedikit kebingungan dengan pertanyaan sahabatnya.

"Lo jadi pulang sekarang, kan?"

"Iya, ini juga lagi nyari bis, Ta."

"Yey, akhirnya lo bisa pulang juga." Mentari merubah posisinya menjadi duduk bersila. Senyumnya semakin merekah saat mendengar jawaban cowok itu. Ah, ia semakin tak sabar.

"Kangen ya?"

"Banget, udah lama gue nggak lihat senja barengan sama lo."

"Ya udah, nanti kan gue pulang. Terus besoknya kita lihat senja bareng, gimana?"

"Oke."

"Udah gih sono mandi. Gue tau hari Minggu lo pasti nggak mandi."

"Males."

"Kenapa males?"

"Nggak ada yang ngajak keluar, ngapain mandi."

"Oh pengen diajakin keluar, ternyata. Ya udah gue ajak lo keluar sekarang."

"Caranya?"

"Ya lo tinggal keluar rumah aja. Gitu aja kok tanya." Terdengar suara kekehan pelan dari Senja. Senja tahu kalau saat ini Mentari pasti sedang mengerucutkan bibirnya.

"Hm, tawa aja terus Bang!"

"Dih ngambekan! Cepet tua ntar."

"Bodo amat."

"Jangan ngambek, muka lo jadi tambah jelek."

"Senja, ihh. Kok ngatain gue jelek?"

Tawa Senja kembali terdengar di seberang sana. Suara tawa yang menenangkan tapi membuat pendengarnya juga ikutan tertawa.

"Udah dulu ya, di sini rame banget. Gue mau cari yang berangkatnya pagi biar siangnya gue udah sampai rumah."

"Iya, hati-hati."

Hati Mentari benar-benar senang. Dia bahkan sampai melompat kegirangan sambil berjalan keluar kamar. Ia bahkan tak peduli dengan keadaan sekitarnya. Senja benar-benar mood paginya. Meski bukan sahabat, tapi Senja selalu bisa membuatnya merasa bahagia. Mama yang baru saja kembali dari dapur hanya geleng-geleng kepala seraya tersenyum melihat tingkah ajaib Mentari.

"Pasti karena Senja, ya?" tanya Mama saat sudah berada di samping Mentari. Cewek itu mengangguk semangat seraya tersenyum lebar.

"Senja nanti dateng ke ultah Mentari. Sekarang dia masih nyari bis." Mama mengangguk mengerti.

Mentari dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang