Happy reading!
____________________________________
Aku bisa menghindar dari hujan kemudian berteduh. Aku bisa menghindar dari kantuk dengan kopi yang ku seduh. Namun aku tidak bisa menghindar dari merindukanmu.
____________________________________
Orang bilang, jatuh cinta dan patah hati itu satu paket. Orang bilang, jatuh cinta tanpa merasakan patah hati itu rasanya kurang afdhol. Kenapa begitu? Entahlah, mungkin memang sebenarnya begitu. Tapi sekarang ia tahu bahwa apa yang dikatakan semua orang itu benar adanya.Jika seseorang tengah jatuh cinta, orang itu juga harus siap untuk patah hati. Dan sekarang dirinya tahu bagaimana rasanya hal itu. Patah hati hanya karena seorang gadis. Patah hati karena sang Mentari lebih memilih Senja-nya bukan Langit, tempat mentari bernaung.
Menyakitkan memang, tapi apa boleh buat gadis yang ia cintai lebih memilih orang lain daripada dirinya. Sebisa mungkin ia mencoba merelakan walaupun hatinya masih merasa tak rela.
Kilasan momen di kafe tadi muncul satu per satu bagai sebuah film. Senyum gadis itu, gelengan kepala saat mendengar suaranya, tawa renyah, dan sebaris kalimat yang begitu menghantam hatinya, semua terputar berurutan. Semakin ia ingin melupakan, semakin sering pula momen itu bermunculan.
Argh! Dipukulnya stang motor besar berwarna putih. Pergantian lampu lalu lintas terasa lambat. Membuatnya semakin merasa frustrasi. Begitu lampu menyala hijau, Langit langsung melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Sembari ia berpikir cara untuk melupakan gadis itu.
🌚🌚🌚
Mobil yang dikemudikan Senja melaju membelah jalanan kota. Kondisi jalanan yang padat membuat mobilnya merayap seperti semut. Kendaraan-kendaraan lain saling beradu membunyikan klakson mereka. Berharap antrean panjang ini segera selesai.
Senja menghela napas pelan lalu melirik ke kursi penumpang di sampingnya. Gadis berambut panjang itu masih saja menatap ke luar jendela sejak pertama kali keduanya masuk ke mobil. Tak ada percakapan yang terlontar, hanya ada alunan lagu dari salah satu band Indonesia yang memenuhi penjuru mobil.
Senja merasa ada hal yang disembunyikan gadis itu. Pasalnya sejak keduanya keluar dari kafe beberapa waktu lalu, gadis itu jadi lebih pendiam. Mentari hanya menjawab pertanyaannya sesingkat mungkin.
"Ta, kita mau ke mana?" tanyanya di sela keheningan. Mentari menoleh sekilas lalu menggeleng.
"Terserah lo." Jawaban singkat itu semakin membuat Senja yakin jika gadis di sebelahnya itu menyembunyikan sesuatu.
"Lo kepikiran Langit?"
Mentari menoleh cepat. Alisnya terangkat, meminta penjelasan. "Maksud lo?"
"Tadi, lo kenapa nolak Langit?"
"Biarin, lagian gue nggak suka sama dia. Dia sering banget gangguin gue. Bikin gue kesel setengah mati kalo sama dia."
Senja terkekeh pelan. "Tapi menurut gue dia beneran sayang sama lo. Lo yakin nggak nyesel nolak dia? Dia kan ganteng, kayaknya dia juga tulus sayang sama lo."
"Ngapain juga gue nyesel? Lagian modelan kayak Langit mana bisa tulus sih? Tuh orang kan hobi banget ngerecokin gue segala macem. Lagian percuma ganteng kalo kelakuannya minus kayak gitu. Yang ada gue bisa kena hipertensi kalo nerima dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari dan Senja
Teen FictionKolaborasi dari Gilang Ginanjar, Latifa Hadi, Meisya Eka, Suis Eka. "Lo itu seperti mentari, yang bersinar setiap hari dan memberi kehidupan alami di bumi. Lo itu sangat penting untuk orang-orang karena sinar lo yang membawa keceriaan. Maka terseny...