"Kenapa kamu di sini?" tanya seorang anak laki-laki yang kini mendekat ke arah seorang anak perempuan yang sedang duduk termenung.
Anak perempuan itu menatap ke arah matahari yang mulai tak menampakkan sinarnya. Ada binar kebahagiaan terpancar dari matanya saat melihat sang dewa perlahan menghilang di peraduan.
"Hai, kamu suka lihat sunset, ya?" Anak perempuan itu mengangguk.
Sebuah uluran tangan mengarah padanya.
"Perkenalkan, aku Senja."
Anak perempuan itu menerima uluran tangan Senja, kemudian tersenyum.
"Aku Mentari."
Mentari melepaskan tangannya dari laki-laki itu dan kembali fokus pada keindahan senja yang sebentar lagi menghilang. Semburat berwarna jingga di ujung barat memantul pada air laut dan membiaskannya menjadi pemandangan yang menakjubkan. Dirinya selalu menyukai ini.
"Kamu sendiri di sini?"
"Menurut kamu?"
"Sendiri?"
"Yaudah," jawab Mentari santai. Senja hanya mampu menggeleng-gelengkan kepalanya. Anak perempuan di depannya ini terlihat begitu dingin.
"Apanya?" Hening, sama sekali tak ada jawaban dari anak perempuan itu.
"Kamu suka senja ya?" Tak ada jawaban sama sekali.
"Gadis kecil yang dingin," gumamnya dalam hati.
Tbc:)
Karya kolaborasi dari daerah yang berbeda. Jangan lupa votementnya. Semoga dapat memikat hati para pembaca.
Dan maaf kami masih penulis amatir. Jika ada kesalahan yang tidak disengaja mohon dimaafkan.
SATU BINTANG DARI KALIAN. SANGAT BERARTI BAGI KAMI💞❤️
Salam manis dari kami MeisyaArr, Suis_eka98, Leafa27 , Gegee14
-06 Mei 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari dan Senja
Roman pour AdolescentsKolaborasi dari Gilang Ginanjar, Latifa Hadi, Meisya Eka, Suis Eka. "Lo itu seperti mentari, yang bersinar setiap hari dan memberi kehidupan alami di bumi. Lo itu sangat penting untuk orang-orang karena sinar lo yang membawa keceriaan. Maka terseny...