Jadilah kue di supermarket, jangan mau jadi kue yang dijual di pasar.
11
Setiap kita berharap pada seseorang, belum tentu orang itu paham dengan segala asa kita. Boleh jadi kita merasa sedih dan kecewa, bahkan benci terhadap dia, orang yang kita harapkan karena tak kunjung datang. Patutkah kita yang marah?
Mungkin terlalu egois memikirkan perasaan kita sendiri. Seolah-olah dia juga memiliki rasa yang sama, padahal tidak. Dia punya kehidupan dan cinta sendiri. Tak akan peduli pada perasaan kita.
Jangan mudah terbawa perasaan pada seseorang. Akan sangat menyakitkan bila kita cuma GR. Silahkan haturkan dan senderkan harapan kita hanya pada Allah, Sang Maha Pencipta.
Dengan mendekat pada Allah, boleh jadi Allah berkata kun fayakun, maka jadilah harapan menjadi kenyataan.
"Pak, berhenti di masjid depan ya!" ucap Meira pada tukang ojek yang mengantarnya pulang dari rumah eyang.
Semalam Meira menginap di rumah eyang. Saking capeknya, ia melalaikan rezeki pagi hari. Kembali ke sifat buruknya dulu, setelah salat dan membaca alquran, tidur lagilah kegiatannya.
Untuk menebus kesalahannya tersebut, Meira akan salat dhuha sebelum sampai rumah. Jarang sekali salat dhuha itu terlaksana. Paling kalau waktunya benar-benar kosong dan dekat masjid.Sampai di masjid Al-falah, Meira turun dengan rok dan hijab yang sudah kusut. "Berapa pak?"
"Lima ribu aja mbak, deket kok. Atau mau saya tunggu dan antar sampai rumah? Jadinya lima belas ribu," jawab tukang ojek.
"Duluan aja, pak. Saya akan lama." Meira merogoh dalam tasnya, "Astaghfirullah aku gak bawa uang sama sekali?" gumam Meira panik.
"Gimana sih mbak? Ngojek kok gak bawa uang!" sinis tukang ojek pada Meira.
"Pakai ini saja pak." Seorang cowok berkumis tipis mendekat, menyerahkan uang lima ribu pada tukang ojek.
Meira menatapnya dari bawah ke atas. Mencoba menerka siapa gerangan ini? Sebab cowok tersebut berada di samping Meira, tak jelas.Cowok berkumis tipis itu memiliki sedikit jenggot di dagunya. Dia memakai kopiah warna putih dan baju koko warna hijau toska. Lengkap dengan sarung kotak-kotak warna hitam dan sendal jepit yang harganya minimalis.
"Ngg- gak usah, aku bisa utang dulu kok," sahut Meira sambil menarik tangan cowok itu. Cowok itu tampak kaget dengan sentuhan Meira pada tangannya. Kemudian mereka saling tatap.
"Rafi???"
"Udah, pakai itu aja, Mei. Bantu aku untuk bersedekah," bisik Rafi mendekat pada Meira.
Meira mengangguk, tukang ojek pun berlalu.
"Rafi? Masyaallah, dua-tiga tahun ya kita gak ketemu? Pangling lho aku sama kamu!" ujar Meira.
"Ah! Sama aja kok, Mei. Apa kabar kamu? Darimana sih, kayak belum mandi gitu?" tanya Rafi sambil mengibas-ibaskan tangannya ke depan hidungnya.
"Hehh! Jangan ngeledek deh, gak sebau itu kali, Raf!
Btw. Alhamdulillah ana bi khoir, hehehe," timpal Meira.
Rafi tertawa dan berkata, "Wih, udah lancar aja bahasa Arabnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Bukan Diaku
SpiritualPerempuan itu memutuskan berhijrah tanpa sebab. Disaat ia masih dalam status berpacaran semasa putih abu-abu. Meira, perempuan labil yang masih sering terombang-ambing itu bersua dengan laki-laki asal Malaysia. Lelaki berkacamata itu acapkali membay...