Maudy merebahkan tubuhnya diatas kasurnya. Gadis itu menatap langit-langit kamarnya sambil melamun. Jelas saja pikirannya sudah terbang kemana-mana sejak masuknya pesan singkat beberapa menitan yang lalu.
Maudy mendesah berat saat kepalanya mulai pusing, dirinya tidak tahu harus bersikap bagaimana jika hari besok tiba. Lebih tepatnya 'orang itu' akan datang. Pintu kamar Maudy diketuk dari luar kemudian muncul lah ibunya dan memasuki kamar Maudy.
"Loh, kok beluk ganti pakaian sih, Dy. Jorok kamu mah." Omel Hanna sambil mendekat dan duduk di tepian ranjang Maudy.
Gadis itu menoleh dan tersenyum tipis. "Iya, Ma, bentaran doang kok." Ucapnya.
Hanna mengelus puncak kepala Maudy penuh sayang. "Cepet ya mandi. Bentar lagi kakak kamu pulang." Ucap Hanna. Refleks Maudy bangun dari ranjang dan duduk menatap mama-nya.
"Bener, ma?" Tanya Maudy yang di balas anggukan oleh Hanna. Maudy tampak senang sekali saat mendengar bahwa Fahriz akan pulang kerumah. Maudy sudah menahan rindu selama satu bulan sejak abangnya memilih ikut temannya untuk ngekos.
Setelah Hanna keluar dari kamar, Maudy bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan badan nya yang sudah lengket. Beberapa menit kemudian Maudy selesai mandi dan bersiap untuk ke meja makan menunggu Fahriz.
Setibanya di meja makan Maudy melihat sudah ada mama serta papa nya yang sedang ngobrol. Maudy mendekat dan duduk di pinggir papa-nya. "Abang belum dateng juga?" Tanyanya nya.
"Mampir dulu ke mini market katanya." Jawab Rendra..
"Hmm.." Gumamnya.
Beberapa menit berlalu ketika Maudy sudah bosan dan tidak tahan untuk tidak melahap hidangan yang ada didepannya, tiba-tiba terdengar suara grasak grusuk orang di ruangan depan. Mata Maudy membulat saat dilihatnya Fahriz yang sedang menenteng tas serta belanjaan dari mini market.
"Abaaang..... " Tubuh Maudy langsung berhambur ke pelukan Fahriz sampai tubuh Fahriz sedikit terjengkang ke belakang tetapi untung saja tidak sampai jatuh. "Mau bilang kangen tapi gengsi." Ucap Maudy sedikit terkekeh.
Fahriz pun ikut terkekeh, "Abang udah kaya jadi mantan pacar aja ya, Dy. Bilang kangen aja mesti ada gengsinya." Maudy langsung mencubit perut abangnya dan segera manarik diri dari pelukan itu.
"Ngeselin sih!" Maudy mendengus sebal yang di tanggapi tawaan oleh Fahriz. Diam-diam Rendra dan Hanna memperhatikan kedua anaknya sambil senyum senyum.
Selesai berpelukan mereka berdua berjalan menuju meja makan, Fahriz mencium tangan kedua orang tuanya sebelum beranjak ke kamar untuk membersihkan badan serta menaruh tasnya. Lalu setelah itu makan bersama dengan keluarga sempurna nya.
****
Hari ini hari jumat hari, hari terakhir untuk berangkat sekolah dalam tujuh hari. Bukan hanya itu, hari ini pula hari terakhir mereka belajar full KBM di kelas, karena besoknya sudah libur untuk persiapan ujian kenaikan kelas yang sudah terhitung tinggal beberapa minggu lagi.
Azka menghela napas saat ban motornya tiba-tiba bocor saat sedang mengendarainya menuju sekolah. Lelaki itu menepikan motornya dan tatapannya sibuk mencari-cari tempat tambal ban terdekat di daerah tersebut.
Tidak berselang lama, sebuah mobil berwarna silver mendekati dirinya kemudian berhenti tepat di hadapan Azka. Kaca mobil itu terbuka hingga menampilkan sosok lelaki tampan dengan kumis tipisnya. Tentu saja Azka tidak merasa asing dengan orang itu.
"Eh bro. Kenapa motor lo?" Tanya Fahriz sambil matanya terus melirik lirik motor Azka.
Azka bisa melihat Maudy yang duduk disebelah Fahriz lewat kaca mobil yang terbuka itu, Azka sempat menatap Maudy beberapa detik sampai akhirnya Azka menjawab pertanyaan dari Abangnya Maudy.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Maudy [Completed]
Teen Fiction[follow me first] •Cover by:ecenggondhok Ini tentang kisah cinta gadis bernama Maudy Clareesta Yoenda. Tentang perasaan yang selalu lebur dalam kepingan luka dan tentang perjuangan yang selalu ingin dihargai meski sekecil apapun itu. Takdir membaw...