FIVETY-FOUR

4.3K 198 14
                                    

Sesuai janjinya, kini Maudy berada di ruang studio music menemani Angga latihan untuk yang pertama kalinya.  Awalnya Maudy ingin menunggu Angga di luar saja karena tidak enak berduaan di dalam satu ruangan seperti itu namun Angga memaksanya agar ikut masuk ke dalam ruangan yang kedap suara itu.

Dan dengan bujukan dari Angga mau tidak mau Maudy menurut, dan kini ia sudah duduk manis didepan Angga. Menyaksikan lelaki itu bernyanyi. Mungkin Angga pikir dengan membawa Maudy ke dalam ruang music menyaksikannya bernyanyi akan membuat gadis itu klepek-klepek karena berasa dinyanyiin.

Tetapi dugaan Angga salah. Justru Maudy terlihat biasa-biasa saja, tidak ada ekspresi spesial yang di keluarkan gadis itu. Mungkin hanya pada saat Angga menyelesaikan menyanyinya dan meminta pendapat Maudy apakah suara dan ketukan iramanya pas atau tidak dan Maudy hanya menjawab seadanya saja.

Angga menaruh gitarnya ke tempat semula lalu berjalan ke arah Maudy.

"Suara gue jelek ya?" Tanya Angga, karena sejak tadi Maudy sama sekali tidak menampilkan ekspresi terpukau atau sejenisnya.

Maudy buru-buru mentralkan ekspresinya menjadi pura-pura excited.

"Enak kok, suara lo bagus. Pasti nanti sukses tampilnya, gue yakin." Ucap Maudy berusaha meyakinkan Angga.

Angga tersenyum dan mengangguk percaya. "Thank's."

"Mau pulang dulu apa mampir beli sesuatu?"  Tanya Angga. Lelaki itu meraih tas punggungnya kemudian menggendongnya.

Maudy berfikir, memangnya ada ya tempat yang asik dikunjungi saat ini? Belakangan ini Maudy tidak tertarik dengan apapun. Tempat nongkrong kesukaannya pun sudah jarang ia singgahi. Karena sekarang ia sibuk dengan pikiran sendiri.

"Engga deh kayaknya, gue mau langsung pulang aja."

"Oke."

Mereka mulai keluar dari studio music dan langsung menaiki motor untuk sagera pulang. Dalam benak Angga sebenarnya ia masih ingin berduaan dengan Maudy, ingin berbicara banyak pada gadis itu tapi sepertinya Maudy sudah kelelahan jadi Angga tidak tega.

***

Motor metic Angga memasuki daerah perumahan elite dan berhenti di rumah yang dicat cream itu. Maudy turun dari motor dan menyerahkan helm pada Angga. Tidak ada yang berbicara setelah itu, jadi Maudy langsung pamit untuk memasuki rumahnya.

Tetapi baru beberapa langkah suara Angga terdengar memanggilnya.

"Maudy," Panggil Angga.

Mau tak mau Maudy pun menoleh. "Iya kenapa Angga?"

Ada jeda beberapa detik sebelum Angga menarik napas lalu berkata, "Lo sama Azka udah gak pacaran?"  dengan segenap harapannya ia memberanikan diri untuk bertanya dan memastikan. Siapa tahu dia masih punya peluang.

Maudy diam, mencerna kembali pertanyaan Angga. Lalu detik berikutnya Maudy mengangguk sebagai jawaban. Angga tampak menghembuskan napasnya lega, lelaki itu turun dari motornya membuat kerutan di dahi Maudy muncul.

Tiba-tiba Angga menggenggam kedua tangannya, erat dan hangat. Maudy bingung apa yang akan dilakukan Angga kali ini.

"Itu artinya gue masih ada kesempatan buat sama lo lagi?" Tangan Angga berkeringat, Maudy dapat merasakannya.

Sementara Maudy terkejut dengan ucapan Angga, ia tidak menyangka Angga masih saja mengharapkan dirinya padahal Maudy sudah jahat pada lelaki itu, padahal Angga pasti tahu kalau Maudy hanya jatuh cinta pada Azka, bukan pada Angga.

She's Maudy [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang