Senyum pertama

19 7 0
                                    

"Baiklah. Setelah kejadian tabrakan di muka pintu perpustakaan sekolah. Nenek dan Dafa akhirnya saling kenal karena tak sengaja lalu lambat laun jadian deh. Tadaaaa! selesai. Prok prok prok." Ucap Jessi berkacak pinggang seoalah apa yang di ucapkannya ada kebenaran.

"Itu cerita klasik. Membosankan Nek." Lanjut-nya lagi dan duduk menyenderkan kepala-nya ke sofa cokelat keemasan

"Tidak Larrisa. Itu tidak semudah itu." Jawab nenek-nya

"Lantas?  Mau seperti apa-pun ending-nya, anak muda jaman sekarang tidak tertarik dengan kisah cinta remaja jaman old. Terlalu kaku." Jawab Larrisa pada nenek-nya sedang sang nenek hanya tersenyum menanggapi komentar dari Larrisa.

"Lantas kau harus mendengar-nya sampai selesai." Ujar nenek-nya lagi

"Untuk apa? ini sama sekali membuang waktu nek." Jawab Larrisa. Gadis itu benar-benar tidak tertarik setelah mengetahui kalau cerita yang di ceritakan oleh nenek-nya adalah cerita masa putih abu-abu wanita yang pernah muda dulu.

Larrisa memutar kedua bola mata-nya jengah, saat sang nenek kembali mulai bercerita.

~ Jumat, 17-05-1985 ..

Siang itu panas terik, seperti biasa di jam istirahat membuat sekolah itu cukup bising.

Aku? seperti biasa aku duduk di pojokan belakang sebelah kanan kelas bertemankan dengan walkman dan buku yang ku baca. Tanpa teman.

Sudah 4 hari ini aku merasa terganggu. Kenapa tidak aku terganggu, itu semua berkat 2 makhluk yang sedari 4 hari yang lalu memanfaatkan sekolah menjadi tempat pacaran mereka dan waktu istirahat menjadi waktu untuk mereka bermersraan!
Ingin menegur tapi percuma saja, apalagi aku malas berbicara dengan orang yang tidak ku kenali, bagi-ku itu hanya membuang tenaga saja jika harus menyuruh mereka pindah tempat. Aku cukup risih dengan semua gombalan dari lelaki dan kelakuan dari wanita itu tapi itu bukan urusan-ku kan?. Lebih baik aku melanjutkan membaca di banding menonton siaran langsung yang tidak berguna ini.

Menjijikan.

Saat sedang serius dengan buku yang aku baca, terdengar suara yang sedang tertawa masuk ke kelas.

Suara itu aku kenal. Mereka adalah duo kampret kemarin!
Hendra. Putra. Juga ada Jafa tapi dia diam saja tidak seheboh kedua teman-nya. Entalah, aku tidak begitu jelas mendengar nama-nya kemarin. Yang aku tau cuma ada FA-nya kemarin.
Benar-benar mengganggu. Apa mereka tidak lihat di sini ada orang yang sedang membaca buku dengan serius? plus 2 makhluk yang sedari tadi begadang sih.

"Salah tempat woy, Salah." Ucap sih gembul alias Hendra pada 2 pasang sejoli yang membuat laki-laki dan cewek itu menggerutu kesal di usir oleh Hendra.

"Njir, jahat lo Hen. Orang pacaran di usir. Lol." Terlihat Putera angkat bicara

"Yang Jomblo kesiksa soalnya kalau ngeliat." Celetuk Hendra lagi

"Maka-nya Ca-Ri!. hahahh." Jawab Putera menekan kata ' Cari' yang berhasil mendapat jitakan di kepala-nya oleh Hendra.
Dan, terjadilah keributan antara duo kampret berisik itu membuat aku yang membaca buku merasa sangat risih.

Jafa? dia sudah duduk di tempat duduk-nya tanpa memperdulikan kedua teman-nya yang adu jitak.

Sampai ada suara ...

"Hey."

Suara merdu dari arah pintu kelas menyapa mereka bertiga.

"Njir Fa. Ini bidadari ya?." Celetuk Putera menyadari siapa yang ada di pintu

"Bukan. Ini Malaikat Put." Timpal Hendra tak kalah alay

"Gue mau pacaran sama Malaikat." Celetuk Putera lagi.

'Vallerie' ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang