Sama tapi beda?

16 4 0
                                    

Tit .... Tit ..... Tiiittt.....

Damn! mobil sialan mengagetkan-ku!!

"Jalan kok sendirian aja sih nona?." Sapa pria yang punya mobil. Aku berdecak kuat.
Ya Gusti, apalagi ini?!!! Baru saja aku selesai berhadapan dengan makhluk belagu nun sombong, lalu apa harus juga aku meladeni lelaki menyebalkan ini?.  Betapa sial-nya aku hari ini.

"Masuk yok. Keburu hujan." Panggilnya lagi. Aku menimbang.

"Ck, Si princess jual mahal. Buruan dah masuk, tuh tengok ke atas langit sudah gelap. Mau hujan-hujanan atau mau kehujanan." Lagi Kata-nya yang membuat aku seketika langsung menurut dan masuk ke dalam mobil-nya. Huft, ini terpaksa ya! jangan berpikir macam-macam.

"Mau singgah makan dulu? di depan ada~."

"Pulang." Memotong cepat aku berbicara dan kurasa itu terdengar ketus sekali. Ya Ampun, masih perempuankah aku ini? kenapa galak seperti ini? atau masih manusiakah aku ini? Sudah di tolong malah ketus. Ah sudalah, siapa suruh  dia mengagetkan-ku tadi.

"Alamat rumah-nya dimana?." Bertanya lagi Allan pada-ku dan aku memberikan alamat rumah-ku.

Setelah itu aku diam tak banyak bicara lagi, sedang lelaki dengan lesung pipit ini terus saja bercerita. Kadang aku bosan dan juga menahan tawa, tapi inilah Allan, dia itu lelaki tapi dia juga cerewet.
Rasa-nya aku ingin mempunyai satu sapu terbang saja seperti yang ada di film-film, supaya nanti jika aku tidak ada jemputan atau tidak membawa kendaraan aku bisa pulang tanpa kuping yang merah. ugh... lihatlah, aku memang tidak tau diri. Bodo.

"Woy Vallerie, diem aja dari tadi. Berasa bicara sama tembok, sumpah." Allan mengomel. Pantas kalau dia mengomel, guyonan dan basa-basinya sedari tadi tidak aku gubris sama sekali. Kasihan dia.

"Kau tau tidak?." Bertanya lagi dia, membuat aku mengangkat satu alis-ku.

"Tidak." Aku menjawab. Ya kali aku bisa tau, orang dia bertanya dengan pertanyaan menggantung begitu. Di kira aku ini cenayang apa? Sampai-sampai aku bisa tau apa tentang pertanyaan yang akan di tanyakan oleh-nya. Dia ini sehat?.

"Kamu tau tidak?, kalau ternyata laki-laki itu melihat perempuan bukan di karenakan paras-nya? ya meskipun banyak yang tidak percaya." Sambil tetap memfokuskan pandangan-nya ke depan Allan bertanya.

Aku mengerutkan alis. Bukan karena apa-apa, aku hanya bingung. Laki-laki di samping-ku ini bertanya soal hal yang seperti ini  pada-ku? Dia salah orang. Benar-benar salah orang.

Seakan mengerti aku yang tak kunjung merespon Allan kembali membuka suara.
"Gini loh, misalkan Jessinda. Kamu tau dia kan?." Menoleh Allan pada-ku seakan -Menyuruh aku mengangguk- dari tatapan-nya. Aku menjawab mengiyakan.

"Jessinda itu cantik, jelas. Betulkan?." Entalah ini pertanyaan atau pernyataan dari-nya, tapi yang jelas Allan tidak meleset, sama sekali tidak meleset. Jessinda memang benar-benar cantik. Keterlaluan cantik lebih tepat-nya. Aku mengangguk setuju dengan pemikirannya.

"Banyak yang berpikir apalagi kaum kalian alias cewek, kalau Jessinda di kagumi banyak lelaki karena paras kecantikan-nya. Tidak salah sih, tapi keliru. Karena cantik itu relatif bagi tiap orang, bisa saja di mata A 'Dia' cantik, di mata B 'Dia' sangat cantik atau di mata C 'Dia' biasa saja." Allan bersuara lagi.

"Tapi~" Allan menoleh ke kiri ke arah-ku. "Kami, cowok terutama aku. Aku melihat Jessinda itu bukan hanya cantik. Dia unik. Bagaimana bisa ada orang yang terlihat ramah, jenius, anggun dalam waktu yang bersamaan?. Jessinda itu paket komplite. Betulkan? atau mata-ku yang katarak? Protes aku kalau aku salah?. Tidakkan?. Tapi, dalam waktu yang bersamaan juga dia itu misterius. Kamu tau kenapa dia misterius? Tawa-nya renyah tapi kosong." Lanjut Allan yang sudah dari tadi memandang kembali jalanan di depan.

'Vallerie' ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang