Sehun itu tidak suka dibilang manja, meski kenyataannya kadar kekanakannya bahkan lebih tinggi dibanding Taeoh yang memang masih kanak-kanak. Selalu mengaku sudah dewasa, tapi kelakuannya berkata sebaliknya. Bilangnya bisa mandiri, tapi diminta pulang sendiri saja dia kesal.
Ya, kesal. Padahal belum selesai kekesalan Sehun pada Kai soal kedekatannya dengan si Kakak Tingkat Cantik, sekarang Kai malah kembali berulah. Lagi-lagi Sehun ditinggalkan sendirian.
Dia jadi heran, mungkin Kai meninggalkannya bukan karena urusan pekerjaan seperti yang dia katakan. Mungkin Kai sedang bersenang-senang dengan temannya tanpa ingin Sehun ganggu, atau mungkin Kai justru sedang berkencan dengan si Kakak tingkat, dan kata-kata "atau mungkin ... " lainnya yang berlarian di kepala Sehun membuatnya tambah kesal.
Sepulang sekolah tadi, Kai bertingkah aneh. Terlihat tergesa-gesa sekali. Dia bilang ada panggilan mendadak dari kafe tempatnya bekerja, lalu meninggalkannya dengan nasihat beruntun. Mengatakan apa-apa saja yang harus dilakukan Sehun sepulang sekolah. Terutama untuk tidak lupa menjemput Taeoh yang pasti sudah menunggu.
Semua orang rumah dan yang mengenal Sehun pasti tahu kalau dia itu pelupa akut. Dulu hal seperti ini juga pernah terjadi. Ketika itu Kai terpaksa tidak bisa pulang bersama mereka karena harus mengerjakan tugas kelompok yang mendesak. Dengan berat hati ia membiarkan Sehun untuk pulang sendiri, yang benar-benar Sehun lakukan sendirian. Sehun lupa untuk menjemput Taeoh di sekolahnya.
Beberapa jam kemudian Kai pulang, mendapati hanya ada Sehun di rumah. Saat ditanya di mana Taeoh, barulah Sehun ingat dia lupa. Kai marah tentu saja, Sehun juga merasa bersalah. Saat dijemput oleh Kai, Taeoh sedang menangis keras dengan gurunya yang mencoba menenangkan. Taeoh pikir dia dibuang, dia kira hyungdeul-nya sudah bosan merawatnya. Ingatkan bahwa Taeoh memang tipikal anak pemikir, meskipun terkadang di luar nalar.
Sampai di rumah Taeoh masih menangis, melihat itu Sehun jadi ikutan menangis karena merasa bersalah. Kai hanya bisa menghela napas pasrah.
"Hyung, Tae kira, Hyung tidak sayang lagi denganku. Makanya aku ditinggalkan di sekolah ... hiks," kata Taeoh waktu itu.
Kejadian itu terjadi dua bulan pertama Taeoh sekolah, tujuh bulan lalu dan Sehun akan memastikan hal itu tidak akan pernah terjadi lagi. Tidak akan pernah. Dia masih ingat wajah marah tertahannya Chanyeol, dan itu sangat menyeramkan. Sehun tidak suka.
Langkahnya berat dia bawa ke area sekolah dasar tempat Taeoh belajar. Matanya melirik ke sana ke mari mencari keberadaan adiknya yang seharusnya ada di depan ruang guru tempat biasa dia menjemput.
Tapi taeoh tidak ada, membuat Sehun jadi penasaran. Adiknya itu sangat patuh, tidak mungkin pergi tanpa izin. Sehun mencoba bersabar. "Taeoh mungkin sedang ke kamar mandi," pikirnya.
Tapi ini sudah terlalu lama, hampir sepuluh menit Sehun menunggu. Jadi, setelah memikirkan dengan matang tentang tempat yang Taeoh mungkin datangi, Sehun memutuskan untuk bangkit dari duduknya dan mulai mencari.
"Kau itu anak tidak punya orangtua! Tidak pantas punya teman!"
Dari sebelah kiri, Sehun mendengar sayup-sayup suara anak kecil. Tapi bukan suara Taeoh.
"Iya, benar. Kata ibuku, kalau anak yang tidak punya orangtua itu anaknya nakal. Makanya Tuhan benci."
"Aku tidak nakal!"
"Kalau begitu hyungdeul-mu yang nakal!"
"Aniya! Hyungdeul-nya Taeoh tidak nakal. Tidak, kubilang tidak!"
YOU ARE READING
The Dearest
FanfictionHidup sebagai empat bersaudara tanpa orangtua bukanlah hal yang mudah. Anak-anak keluarga Kim harus rela merasakan sulitnya bertahan hidup di tengah berbagai cobaan yang datang. Tapi bagi mereka, selama masih bisa bersama, itu sudah cukup. Jika pa...