Kata orang, sahabat adalah mereka yang selalu ada di setiap fase hidup manusia. Baik dalam keadaan senang maupun susah. Tapi bagi seorang Hongbin, sahabat itu adalah mereka yang selalu menyusahkannya dalam keadaan apa pun. Contohnya ya Kim Sehun ini. Rasanya kalau bersama Sehun dia hanya dapat susah saja.
Bahkan dalam sehari ini Hongbin sudah berkali-kali dibuat kesusahan oleh orang yang selalu dia deklarasikan sebagai teman sehidup semati itu. Pertama, dia dipaksa berada dalam situasi canggung si kakak beradik Kim Jongin dan Kim Sehun, lalu si manja itu tiba-tiba kambuh hingga membuatnya ketar-ketir. Dan sekarang, dia mulai lagi mengganggu peresmian kafe baru Hongbin dengan mengeluh berkali-kali. Kalau kata Kim Jongin, untung sayang, kalau tidak sudah dia lempar anak ini ke Segitiga Bermuda.
Adiknya Kim Chanyeol itu mudah bosan, dan keputusan membawa Sehun ke peresmian kafe barunya ini jelas salah. Seharusnya tadi Hongbin langsung saja antar bayi besar itu kepada pawangnya. Tapi nasi sudah menjadi bubur, apa mau dikata. Lagipula, mana tega dia membiarkan Sehun menggalau sendirian di rumahnya.
Sehun mengedarkan matanya ke sekeliling ruangan. Kafe baru ini punya dekorasi yang menyenangkan. Warna coklat di mana-mana dengan tanaman hias kecil-kecil di setiap sudut dengan tulisan-tulisan motivasi khas anak muda di dindingnya. Cocok untuk dijadikan tempat berkumpulnya anak muda. Karena masih baru, banyak sekali yang datang, sudah cukup meriah untuk sebuah pembukaan.
Sehun duduk di sebelah Hongbin yang berjaga di kasir. Sahabatnya itu dengan penuh senyum melayani pesanan pelanggan. Baik sekali kelihatannya, seperti sudah berpengalaman. Bahkan sesekali dia yang membuat minuman untuk pelanggan. Kafe yang ramai membuat para pegawai kelimpungan. Tapi kalau dipikir-pikir, Hongbin memang berpengalaman, sih. Keluarganya itu pebisnis, dan ini adalah kafe ke sekian yang didirikan, Sehun tidak mau hitung saking banyaknya.
"Hongbin-ah, menurutmu kalau aku bekerja di sini bagaimana?"
Orang yang dipanggil langsung mengalihkan pandangannya dari mesin kopi. Seorang pelanggan sudah menunggu di depan konter, pesanan take away, tapi dia masih sempat menatap tajam Sehun yang sedang menumpu kepala di atas tangan. Bibirnya mengerucut, jelas kelihatan sangat bosan.
"Tentu saja tidak boleh." Hongbin menjawab sinis dan kembali berkutat dengan mesin kopinya. Sehun merengut.
Kemudian berdiri, mengambil alih pesanan yang sudah dibuat Hongbin untuk diserahkan pada pelanggan yang sudah menunggu. Hongbin malah mendelik semakin tajam. Tapi Sehun seolah tidak melihat dan malah tersenyum manis.
"Ayolaaah, aku juga bisa bekerja asal kau tahu. Lagipula, kulihat di sini masih kekurangan pegawai. Iya kan? Aku benar kan? Kan?"
"Tidak Kim Sehun! Aku masih ingin hidup. Kai dan Chanyeol Hyung akan membunuhku kalau sampai membiarkanmu bekerja di sini. Sudah sana duduk lagi, kau sangat mengganggu tahu!!"
Iya sih, teman sehidup semati tapi bukan begini caranya.
Sehun kesal, pipinya kembali menggembung. Bokongnya kembali dihempaskan ke tempat semula. Tapi jangan sebut namanya Sehun kalau dia tidak bisa mendapat apa yang diinginkannya. Lagipula, ini kesempatan bagus. Kalau Sehun bisa bekerja di sini, hal itu bisa jadi ajang unjuk diri pada Kai kalau dia juga bisa berusaha untuk dirinya sendiri. Tapi sudah Hongbin putuskan, dia tidak akan luluh pada Sehun untuk kali ini. Dia sudah bertekad.
***
Hongbin mengusap telinganya kasar. Rengekan Sehun benar-benar menganggu pendengarannya. Ditambah Sehun yang selalu mengekor kemanapun ia pergi. Hongbin jadi risih dibuatnya. Dia mulai berpikir untuk menuruti keingan bocah Kim itu. Bahkan belum ada satu jam, tapi tekad bulat Hongbin sudah runtuh saja. Payah.
YOU ARE READING
The Dearest
FanfictionHidup sebagai empat bersaudara tanpa orangtua bukanlah hal yang mudah. Anak-anak keluarga Kim harus rela merasakan sulitnya bertahan hidup di tengah berbagai cobaan yang datang. Tapi bagi mereka, selama masih bisa bersama, itu sudah cukup. Jika pa...