Chapter 12

3.1K 323 78
                                    

Here you are, a 4115 words chapter of Dearest. Jangan bilang kurang panjang lagi yaaa... :D


***

Selama hidupnya, sering dia dengar orang berkata bahwa menjadi anak tengah itu menyenangkan. Punya kakak yang bisa memanjakan, sekaligus adik yang bisa ditindas dan banyak diperintah. Tapi bagi Kai, kata orang yang itu tidak berlaku. Chanyeol tidak banyak memanjakannya, Sehun serta Taeoh juga bukan adik yang bisa dia perintah apalagi tindas, tidak tega tepatnya. Dia justru mengemban tugas sebagai anak tengah yang sangat berat. Harus bisa menjadi adik yang penurut sekaligus kakak panutan. Kadang dalam diamnya, Kai berpikir menjadi sulung seperti Chanyeol mungkin jauh lebih mudah, dan menjadi bungsu seperti Taeoh bisa jadi sangat menyenangkan.

Kai melamaun. Merebahkan kepalanya diantara dua lipatan tangan di atas meja. Matanya menatap ke luar jendela. Kelas sedang sepi, semua penghuni sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Kebanyakan mementingkan urusan perut mereka untuk diisi di jam emas ini.

Hanya dirinya seorang diri yang masih betah berlama-lama dalam kelas. Kai itu orangnya tertutup. Tidak banyak teman yang ia punya. Bukan karena tidak ada yang mau, mereka cenderung segan padanya yang memang lebih tua dari teman seangkatan yang lain. Jika dihitung, mungkin hanya Sehun dan Hongbin yang benar-benar dekat dengannya, dan sekarang kedua anak itu entah kemana. Jadilah ia memilih berdiam saja di kelas, mengistirahatkan kepalanya yang dipenuhi dengan berbagai masalah.

Rasanya mau pecah. Masalah dengan Sehun saja belum selesai, ditambah lagi tuduhan pencurian yang menyandung kakaknya. Meskipun terbukti jika Chanyeol tidak bersalah, tapi Kai perlu bicara. Ia perlu penjelasan. Rasanya seperti dikhianati. Chanyeol menyembunyikan hal ini darinya, dan memilih menyiksa tubuhnya dengan menambah pekerjaan yang berat. Padahal Kai merasa dirinya juga turut andil untuk menghidupi mereka berempat. Dia juga kakak.

"Jongin-ssi, aku ingin bicara."

Kai mendongak, mendapati seorang gadis sudah berdiri di depan mejanya dan Sehun dengan wajah sedikit memerah dan tatapan menuntut. Dari tatapan itu, Kai sudah berfirasat akan ada hal baru untuk dijadikan masalah di tengah hidupnya yang pelik ini.

Kai bahkan tidak sempat membalas saat gadis itu sudah secara brutal menarik lengan kirinya dengan tergesa. Membawanya melewati lorong-lorong kelas. Tak peduli jika saat ini mereka jadi sorotan. Jauh hingga ke ujung. Lalu keluar dari lorong dan deretan kelas. Ke tempat di mana tidak banyak siswa berkumpul.

Itu Krystal, gadis yang menjadi salah satu dilemanya. Krystal hanya bingung dengan sikap Jong-in beberapa hari ini. Kekasihnya berubah. Mendadak susah dihubungi, pun susah ditemui. Krystal bingung, sebelumnya mereka baik-baik saja. Masih jalan berdua dan menikmati es krim bersama. Tidak ada pertengkaran ataupun adu mulut sekecil apapun. Parahnya, mereka bahkan belum berkencan cukup lama untuk punya masalah pelik yang harus menyebabkan Kai marah sampai menjauh. Ibaratnya, hubungan mereka itu harusnya sedang hangat-hangatnya.

Hal yang membuatnya semakin bingung adalah saat Kai tiba-tiba mengiriminya pesan singkat yang menyatakan jika hubungan mereka tidak bisa dipertahankan lagi. Krystal juga wanita, mendapat pesan seperti itu tentu saja membuatnya sakit. Meskipun begitu, tapi ia tetap berfikir positif. Siapa tahu, Kai hanya bercanda. Bisa saja kan? Atau paling tidak, dia harus dapat alasan kalau memang pesan itu serius.

"Aku ingin penjelasan," ucap Krystal langsung saat mereka sampai di lorong yang begitu sepi.

"Tentang apa?"

"Hubungan kita. Apa lagi, Jongin-ssi?"

Kai menghela napas. Mengurangi kegugupan yang ada. Ini harus diselesaikan. Ia harus memilih. "Maaf, aku sudah tidak bisa mempertahankannya lagi. Lebih baik kita akhiri saja sampai di sini, Krystal-ssi." Kai menatap ke sembarang arah. Tidak berani menatap mata milik Krystal yang mulai berair.

The DearestWhere stories live. Discover now