Hal yang paling dibenci Sehun dulu adalah tingkah protektif keluarganya. Tingkah mereka yang seolah membayibesarkan Sehun terkadang membuatnya ingin berontak. Ketika ayah dan ibu masih hidup, Sehun sudah diperlakukan layaknya barang mudah pecah, dan menjadi lebih parah setelah keduanya menghadap Tuhan.
Jadi sebenarnya, kalau ada yang mengatakan Sehun manja, dia selalu melakukan pembenaran dengan berkata bahwa kesalahan tidak sepenuhnya ada di tangannya. Sehun selalu menuduh, keluarganya lah tersangka sebenarnya dari perilaku manja yang sudah melekat belasan tahun pada dirinya. Mereka membuatnya tumbuh menjadi anak yang selalu bergantung pada keluarga. Mereka selalu berusaha menyelesaikan masalahnya, bahkan yang belum datang sekalipun.
Dulu, Sehun selalu berharap salah satu atau kalau perlu kedua kakaknya, diberikan kesibukan luar biasa supaya tidak punya waktu lagi untuk melarangnya ini itu. Tapi sekarang, rasanya Sehun sangat menyesal pernah meminta hal itu pada Tuhan. Nyatanya, diacuhkan itu tidak asik. Padahal, baru Kai saja yang bersikap demikian. Kalau ditambah Chanyeol, Sehun sudah tidak bisa berharap kehidupan manis lagi di sisa umurnya, yang menurut pikiran pendeknya, tidak lama lagi itu.
"Kalau menurutku, kalian berdua sama-sama bersalah. Benar kata Chanyeol Hyung, ini hanya kesalahpahaman, Sehun."
Lee Hongbin lagi-lagi membuyarkan lamunan Sehun. Tubuhnya sudah setengah berkeringat akibat bermain bisbol sejak bel istirahat berbunyi, padahal cuaca sedang dingin. Parahnya, dia malah memilih lapangan outdoor dibanding yang indoor. Kadang Sehun juga heran dengan jalan pikiran kawan karibnya ini. Dia seperti tidak pernah merasa lelah. Selalu aktif berkegiatan, Sehun kan jadi iri.
"Tidak-tidak. Ini sudah jelas salah Kai, dia yang mulai berbohong duluan. Aku jelas korban di sini."
Si Sehun ini memang dari lahir sudah tidak mau kalah. Menurutnya, dia tidak boleh dan tidak pernah boleh menyalahkan dirinya sendiri untuk kesalahan apapun. Sehun selalu benar. Itu mutlak.
Hongbin menghela napas, kesal, tapi tidak menghentikan ayunan bat di tangannya. Biarpun dari tadi dia terlihat hanya bermain, sebenarnya Hongbin dengan khidmat mendengarkan curahan hati Sehun. Jujur saja, kekeras kepalaan temannya itu membuatnya ingin makan banyak. Stress Hongbin menghadapi Sehun.
Sehun masih duduk pasrah di pinggir lapangan. Cuaca yang dingin sebenarnya sudah membuat Sehun menggigil dari tadi. Namun bukan Sehun namanya kalau tidak suka menyiksa diri sendiri. Entahlah, Sehun itu plin plan yang pasti.
"Yaaak ... Kim Sehun! Sudah sana masuk, cuaca semakin dingin, bodoh. Jangan diam terus di sana!"
Lama-lama Hongbin geram juga. Sehun sudah sejak tadi menunggunya bermain di tengah cuaca dingin. Bukannya senang ditunggui begitu, Hongbin malah kesal. Sahabat karib yang tidak ingin diakuinya itu kadang memang tidak sadar diri.
"Tidak mau!" Sehun menolak kesal. Suaranya terdengar seperti anak kecil di telinga Hongbin. Membuat Hongbin jadi gemas sendiri. Kim Sehun itu selalu punya caranya sendiri untuk membuat orang lain kesal dan sayang padanya di waktu yang bersamaan. Kadang Hongbin berpikir keras, mimpi apa dulu ibunya sewaktu mengandung Sehun ya?
Baru saja Hongbin berjalan selangkah dari tempatnya, pergerakannya kembali terkunci. Niat awal ingin menarik Sehun jadi gagal. Di depan sana, ada orang lain yang sudah merealisasikan niatannya itu.
Kai. Si Jangkung kakak Kim Sehun itu datang dengan mantel tebal di tangannya. Tanpa banyak bicara, ia pasangkan mantel itu ke tubuh Sehun yang hampir membeku. Sehun menolak, tentu saja. Sudah dibilang kan, kalau Sehun ini selain keras kepala juga punya gengsi yang tinggi. Tapi Kai tidak menyerah, meskipun ditolak, ia tetap memakaikannya ke tubuh Sehun.
YOU ARE READING
The Dearest
FanfictionHidup sebagai empat bersaudara tanpa orangtua bukanlah hal yang mudah. Anak-anak keluarga Kim harus rela merasakan sulitnya bertahan hidup di tengah berbagai cobaan yang datang. Tapi bagi mereka, selama masih bisa bersama, itu sudah cukup. Jika pa...