Part 4

5.8K 272 4
                                    

 --- VOTE⭐ ---

Dave akan menyerahkan laporan pada Arslan. Dia berhenti di depan pintu karena melihat Arslan dan Anne sedang tertawa disana. Entah apa yang mereka bicarakan. Dave hanya merasa konyol jika dengan tiba-tiba menyela.

Dia menunggu hingga Anne keluar diikuti Arslan di belakangnya.

"Dave... kau disini?", tanya Arslan.

"Ini laporan yang kau inginkan.", jawab Dave cepat sambil menyerahkan apa yang ada di tangannya.

"Hmm... aku permisi karena aku sudah selesai.", pamit Anne menjauh dari mereka.

"Oke, Anne.", lalu Arslan menoleh pada Dave. "Dan apa kita akan membahas ini Dave?"

"Tidak. Laporanku tersusun dengan sangat jelas. Kau tak perlu mendengar tambahan penjelasan dariku."

"Bagus."

"Aku permisi.", Dave pamit.

"Secepat itu?", Arslan heran.

"Kau tak ingin angka pembatalan reservasi meningkat, bukan? Biarkan aku bekerja."

"Haha tentu. Silahkan, Mr. Brent. Take your time."

"Oke. Permisi."

Dave pergi dari hadapan Arslan. Dia mendekat ke arah lift yang menyisakan satu orang di depan pintunya.

'ting', lift terbuka.

Dave dan Anne masuk ke dalam lift itu.

"Apa layanan lift kita juga kurang? Tamu bisa kecewa saat menunggu.", Dave membuka percakapan.

"Tidak. Ini sudah baik. Belum ada keluhan tentang lift."

"Hmmm...oke."

Tak ada kata-kata lebih lanjut. Ini sudah sebulan sejak kedatangan Dave di G-Hotel. Dave sudah bisa menyatu dengan sistem kerja disana, namun hubungannya dengan Anne tak pernah lebih jauh daripada di taman dua minggu lalu. Mereka terlalu fokus bekerja.

"Apa Arslan menarik?", Dave bertanya apa yang tiba-tiba terlintas di pikiran. Dia meringis setelah mengucapkannya. Apa-apaan itu tadi? Pertanyaan konyol.

"Kau mencoba membahas masalah pribadi?", balas Anne.

"Ehem... tak masalah jika tak ada jawaban."

"Kau hampir lucu, Dave.", Anne tersenyum sinis.

"Aku bukan sedang melucu."

Lalu Anne memotong dengan telak.

"Ya, Arslan menarik. Sangat menarik."

Dave mengatupkan bibir dan menjawab.

"Terlihat di matamu, Ann."

"Aku tak tahu bahwa kau sempat menikmati mataku."

"Kau tertawa bersamanya.", jawab Dave.

"Aku selalu suka orang kaya. Mereka selalu menarik di mataku."

"Oh, kau masih sama."

Dave menghembuskan nafas dan melonggarkan dasi di lehernya.

"Dimana batasanmu saat kau sendiri yang mencoba membuka masa lalu, Dave?"

"Oh... itu tadi hanya bisa disebut keceplosan. Jangan hiraukan."

"Aku sedikit sedih saat mulutmu menilaku matrealistis. Walaupun kenyataannya begitu.", keluh Anne.

"Kau menyadarinya. Aku tahu saat kau lebih memilih Joe. Dan sepertinya aku baru saja melewati batasan kita lagi. Oouwh..."

"Bodoh."

But It's You ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang