T.E.N

69 10 0
                                    

Mulai dari bule songong yang aku lihat dan seseorang yang dikatakan oleh ibuku ingin bertemu denganku...

*---------------------*

Malam yang aku tunggu tiba, rasa penasaranku semakin menguat mendengar klakson mobil yang berbeda dan aku tahu benar itu bukanlah mobil Rendy, aku mengintipnya dari balkon kamarku yang bisa melihat isi halaman depan rumahku, siapa dia?

Aku mengingat-ngingatnya kembali, dan tak kunjung aku temukan dipikiranku. Suara nenek yang aku sebut-sebut oma itu memanggilku dari balik pintu kamar ia mengajakku turun ke bawah menemui seseorang.

Siapa dia? Teman? Atau sodara?

Author POV

Aurel perlahan menuruni satu per satu anak tangga di rumahnya, menemui sosok yang ingin bertemu dengannya. Dengan sangat-sangat canggung terlebih lagi ia disapa duluan oleh sosok pria tampan yang kini ada dihapannya.

"Hai, lo masih ingat guekan?" Tanya pria itu.
Namun Aurel terdiam seakan-akan mengingat siapa dia, namun susah sekali untuk menemukan kembali memori lelaki ini dikepalanya.

"Maaf gue lupa." Sahut Aurel sedikit mengernyitkan dahinya, ia memepet ke arah ibunya, matanya mendelik seakan mengisyaratkan tanda tanya siapa lelaki itu.

"Aurel, itu Billy, teman masa kecilmu saat kamu masih berusia 4 tahun di rumah kita yang lama."

Flashback on

Saat Aurel berusia 4 tahun Billy merupakan sosok kawan dekat Aurel, ia sangatlah dekat dengan Aurel bahkan kadang-kadang disebut sebagai "Pengantin Cilik" karena selain kekompakan mereka, di mata orang mereka sangatlah cocok untuk menjadi pasangan, namun semua omongan itu seketika lenyap begitu saja saat Aurel harus pindah ke Jakarta, dulu Aurel tinggal di Kalimantan semasih ayahnya ada karena perusahaan ayahnya di Jakarta bermasalah ia sekeluarga harus ikut ke Jakarta dan berpisah bertahun-tahun bersama Billy.

Mungkin itu menjadi kenangan buruk bagi Billy bahkan Aurel, hingga kemudian Aurel mencoba melupakan segalanya dan memulai hidup dengan teman baru di Jakarta, namun bukan berarti Aurel ingin memutus pertemanannya dengan Billy.

Flashback off

Kini Aurel kembali pada masa lalunya, sosok pria yang sangat ia cintai dan sayangi semasa kecilnya dulu, apakah rasa itu akan timbul lagi? Jika ia, bagaimana dengan hubungannya bersama Rendy?

Aurel segera memeluk Billy, ia melepas kerinduan yang selama bertahun-tahun ini tertanam dalam lubuk hatinya. Tak peduli dengan segalanya ia menarik tangan Billy ke halaman belakang rumahnya, mengenang masa lalunya dulu.

Keluarga mereka tampak bahagia, melihat putra dan putrinya begitu akur hingga sekarang, bahkan Rizki yang saat itu belum ada, juga merasakan senang, sebelum datangnya Billy ibunya menceritakan segalanya kepada Rizki.

Malam itu Aurel hanya sibuk dengan Billy dan keluarganya, puluhan pesan dan belasan missedcall dari Rendy rupanya tak dihiraukan.
Aurel menceritakan kehidupannya sekarang bahkan teman-teman dekatnya.

"Bill, lo inget ga waktu kita maling mangga di pohon pak RT?" Tanya Aurel, matanya tertuju pada hidung mancung Billy.

"Inget banget tuh, ketahuan sama pak RT dibawain Sapu panjang, terus lo jatuh gara-gara ikutan kabur." Kata Billy menjelaskan sambil tertawa kecil, senyuman dibibirnya itu membuat Aurel tak berhenti menatapnya.

"Gimana lo sekarang? Btw...lo dapet alamat rumah gue darimana?" Tanya Aurel.

"Ga tau noh, mami gue ngerahasiain semua ini." Sahutnya, "Kalo lo? Udah punya pacar?" Lanjut Billy dengan pertanyaan.

Aurel terdiam sejenak, ia teringat Rendy namun Billy dengan cepat membuyarkan lamunannya "Woiii lo ngapain bengong! Denger gak si tadi gue nanya apa?" Seru Billy di telinga Aurel yang mungkin membuat pendengarannya sedikit bergema.

"Paan dah, tar dulu ye gue mau ke atas." Aurel berlari pelan menuju kamarnya, mengambil Handphone yang pasti sudah banyak missedcall dari Rendy.

"Gawat!!!! Rendy nelpon berulang kali terus nyepam sampe ratusan gini, yaela gue jahat banget si jadi cewek." Gerutunya.

Aurel tak tahu jika Billy mengikutinya sedari tadi, Billy menguping dari balik pintu kamar Aurel yang dengan samar-samar mendengar kata-kata Aurel. "Rendy?" Itulah yang sekarang menjadi pertanyaan Billy.

"Siapa dia? Pacarnya?" Billy mulai sibuk dengan pikirannya sekarang, siapa Rendy yang disebut-sebut tadi.

Mendengar langkah Aurel ingin menuju keluar kamar, Billy melangkah lari ke ruang keluarga menemui keluarga kecilnya disana. Perlahan tapi pasti, Aurel mencari Billy ke halaman belakang namun tidak ada, ia mencarinya ke ruang keluarga di dapatinya ia sedang duduk memainkan ponselnya.

"Bill....."

"Eh Rel, sorry gue kesini, abisnya lo lama amat dahh." Katanya mengalihkan pembicaraan sebelum Aurel menanyakan yang tidak-tidak kepadanya.

"Iya gapapa sante ae tah." Merasa tidak ada yang perlu dimasalahkan Aurel duduk disampingnya, mendengar percakapan keluarganya, dengan sayang tidak ada ayahnya ikut berkumpul disini.

"Rel..gue boleh minta nomor lo ga?" Tanya Billy.

"Iya, sini HP lo." Sahut Aurel sembari mengambil ponsel milik Billy, "Itu udah sekalian sama nomor Whastapp gue."

"Thanks."

"Bill? Lo masih tinggal di Kalimantan?" Tanya Aurel.

"Masih si, tapi sekarang gue pindah kesini rumah gue disana di kontrakan dan gue tinggal diapartemen depan taman besar di daerah sini."

"Sama keluarga lo?" Tanyanya kembali.

"Iya begitulah." Sahutnya.

Mendengar sesuatu berdering dari lantai atas, Aurel melangkahkan jejaknya ke lantai atas, lagi dan lagi telepon dari Rendy.

"Hallo?"

"Iya Rel, kamu kok lama banget balesnya? Pasti karena orang yang katanya pengen ketemu kamu."

"Hehe iya dia teman lamaku dulu, aku lupa karena kita masih terlalu kecil saat berpisah dulu."

"Awas loh kamu lupain aku karna dia."

"Ya gak lah Bill....., eh maksud aku Ren."

"Bill? Siapa dia? Dia cowok?"

"E-em-mm i-iiyaa dia cuma temen lamaku aja kok ga lebih."

"Iya iya besok aku pingin ketemu orangnya."

"Iya besok aku kenalin."

"Okayy, good night baee kamu jangan kemaleman tidurnya, apalagi cuma karna tu cowok."

"Siap pak boss, good night."

Tuttttt

Dan itulah akhir percakapan mereka di telepon, sebelum Aurel menemui Billy ia mengambil secarik kertas kosong dan pulpen. "Apa itu?"

"Hanya kertas kok, sekarang lo tulis alamat apartemen lo, besok pacar gue pingin ketemu lo."

Seakan dunia telah kiamat, bahkan es kutub utara hancur begitu saja karena kalimat Aurel, mungkin itu yang dirasakan Billy sebelum akhirnya menuliskan alamatnya, bahkan keheningan diantara mereka berdua seketika terjadi.

"Loh? Kalian berdua kenapa diem?" Tanya Tante Vangeline yang merupakan Ibu Billy, Aurel biasa memanggilnya dengan sebutan, Tante.

"Gapapa kok ma." Sahut Billy dengan senyum yang sedikit dipaksakan olehnya.

Bersambung...

UmbrellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang