F.I.V.E

90 16 0
                                    

Dia menutup matanya perlahan dan mulai terlelap dalam mimpinya entah indah atau mimpi buruk yang ia alami sekarang.

*-----------------*

Hari-hari sekolah seperti biasanya Rendy menuju ruang kelas Aurel. Menarik paksa Aurel untuk mengikutinya.

"Augh! Sakit tau." Pekiknya.

"Kamu kenapa? Kemarin ga ada kabar." Tanya Rendy menatap Aurel tajam.

"Ga pa-pa." Aurel tertunduk lesu.

"Kamu kenapa si sayang?" Dengan kalimat pertamanya memanggil Aurel dengan kata sayang.

"Aku gapapa, kemarin Hp aku ketinggalan waktu aku pergi sama Falda dan Melva trus waktu aku pulang Hpku mati belum sempet di cass." Sahut Aurel menutupi kebohongannya dan menatap mata hazel pacarnya itu. "Maafin aku..." Rintih Aurel.

Rendy tak tega melihat kesayangannya itu memohon maaf.

"Oh.. gak apa kok, tapi aku khawatir sama kamu, aku kira kamu kenapa-kenapa." Sahutnya sembari memberi senyum kepada Aurel.
"Ya udah aku balik ke kelas dulu ya." Sambungnya.

"Iyaa." Aurel membalasnya dengan senyum.

Namun, Aurel tetap harus berhati-hati Tasya belum berhenti menerornya.

Pulang sekolah.

"Rel, kakek sama nenek sekarang gak nginep ya, ada sepupu kakek yang meninggal di Bandung." Kata kakek kepada Aurel.

"Iya kek." Sahutnya.

"Kamu jangan kemana-kemana jaga ibumu, kakek 3 hari ini ada di Bandung." Tambah kakeknya.

"Iya kek." Sahutnya lagi.

"Ya udah kakek pulang dulu, mau siap-siap malam nanti kakek akan berangkat ke Bandung."

"Hmm." Aurel menjawabnya dengan deheman. "Hati-hati kek." Lanjutnya.

"Yah gue bakal sendirian lagi deh di rumah." Batin Aurel saraya memanyunkan bibirnya.

"Rizz, Rizkii!!!" Triak Aurel.

"Kenapa si kak? Rizki ga budeg kalik!" Sahut adiknya.

"Jaga mama dulu ya, kakak mau keluar ada urusan sebentar." Kata Aurel.

"Iya kak."

Aurel pergi menuju rumah Rendy.

"Ren keluar dong, aku nunggu di warung depan rumahmu." Aurel mengirimkan sebuah pesan singkat kepada Rendy.

Menunggu dan menunggu akhirnya Rendy keluar mengenakan baju tanpa lengannya yang berwarna hitam.

"Kenapa sayang? Kamu kok mau kesini gak bilang? Kan bisa aku yang ke rumahmu." Tanya Rendy memicingkan kedua alisnya.

Aurel yang tidak tenang dengan kiriman foto yang masuk kemarin malam di ponselnya menanyakan hal itu kepada Rendy.

"Kemaren aku dapet kiriman ini, dan maaf aku udah bohong sama kamu, sebenernya Hp aku gak lowbat aku cuma takut bilang sama kamu malem itu aku takut ada yang celakain kamu." Sahutnya sambil memperlihatkan sebuah gambar yang memperlihatkan Rendy tengah berpelukan dengan perempuan berrambut cokelat itu.

Rendy terdiam seribu bahasa, seakan-akan sedang mengingat sesuatu.

"Jawab aku Ren!" Seru Aurel, satu persatu air matanya jatuh yang membuat pipinya basah.

"Kamu jangan nangis." Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Rendy dan mengusap air mata Aurel. "Itu, itu masa lalu aku sebelum kamu masuk di SMA." Lanjutnya.

Aurel tahu betul itu bukanlah Tasya.

"Tapi itu siapa? Itu bukan Tasya kan? Rambut Tasya hitam dan ikal bukan cokelat lurus, lagian Tasya gak pendek." Rajuknya.

"Itu.." Rendy ragu untuk menjawabnya. "Itu Ayla, kamu jangan marah lagi pula itu foto lamaku." Sahut Rendy.

"Tapi bagaimana bisa dia tahu nomorku?" Tanya Aurel.

"Aku juga tidak tahu, yang aku tahu dia gak di Indonesia dia pergi ke Australia dan dia sekolah disana." Jawab Rendy dengan senyuman.

"Kamu yakin? Aku ga tenang kalo dia terus-terusan bakal nerror aku kayak gini." Kata Aurel meyakinkan Rendy.

"Aku yakin sayangku." Jawabnya seraya menarik hidung Aurel.

"Ih! Sakit tau ga sih Ren." Pekik Aurel menatap mata Rendy tajam.

Rendy terkekeh. "Makannya jangan cemberut dari tadik."

"Ya uda si." Ketus Aurel. "Aku pulang ya." Tambahnya.

"Dih? Kesini cuma nanya gitu aja? Ga ada yang lain ni?" Tanya Rendy seraya mengedip-ngedipkankan matanya.

"Dih apaan sih Ren?" Sahut Aurel.

"Ya udah sana hati-hati ya." Kata Rendy dan memeluk Aurel.

"Dih peluk-peluk bau tau ga!" Ketus Aurel.

"Wadaw! Pacar gue galak amat ya, gimana kalo udah jadi istri." Ledeknya.

"Siapa juga yang mau jadi istri lo." Sahut Aurel dan tertawa kecil.

"Ih oke kalo gitu aku suruh si Ayla dateng ke Indonesia aja buat jadi istri aku." Rajuk Rendy membuat Aurel terkejut.

"Yah jangan dong, aku maunya sama kamu, lagian sih belum kerja juga udah mikirin nikah." Sahut Aurel.

Rendy terkekeh. "Iya sayang asalkan kamu mau jadi istriku." Bisik Rendy dengan nada menggoda.

"Ya udah aku pulang dulu, Rizki sendirian di rumah, kakek sama nenek lagi ke Bandung." Kata Aurel.

"Iya, hati-hati sekali lagi, jangan keluyuran." Sahutnya.

"Siap!"

Aurel membalikkan motornya dan menuju pulang ke rumahnya, menghampiri sebuah warteg yang tak jauh dari rumah Aurel. Membeli sesuatu untuk adiknya.

---

Ia tersenyum kecil, menatap indahnya langit malam dan duduk di kursi balkon kamarnya. Mengingat-ngingat senyum Rendy, tingkah laku Rendy sejak ia mulai menjadi kekasihnya.

Memang sifat Rendy berubah semenjak ia memiliki Aurel, awalnya Rendy segan untuk mendekati Aurel bahkan ia tak pernah untuk menyapanya, hanya memperhatikan Aurel dari kejauhan saja.

"Akhirnya aku memilikimu, walaupun belum sepenuhnya." Gumam gadis cantik yang sedang duduk di kursi balkon kamarnya.

Bersambung...

Happy reading yak guys😌




UmbrellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang