Waktu menunjukkan pukul 20.00 pm, aku menunggu bus datang yang akan membawa ke apartmenku di gangnam.Sesampainya di apartmen, aku langsung merebahkan diri diatas sofa ruang tengah yang lumayan besar dan empuk. Aku sangat lelah setelah berlatih untuk persiapan debutku nanti.
Aku memejamkan mata melepas penat. Saat mulai terlelap tiba-tiba saja perutku berbunyi
Kruyuk~~
"Yak, kenapa harus sekarang? Sekarang tidak ada makanan." Umpatku, karena aku belum sempat belanja bulanan. Jadi, banyak bahan makanan yang habis dirumah yang tersisa hanyalah selai roti, itupun tinggal yang menempel di tutupnya.
Aku memutuskan untuk belanja di supermarket terdekat. Aku berjalan melewati taman samping apartemen. Tak sengaja mataku menangkap sosok yang sedang berada di atas pohon pinus yang sangat tinggi, keadaan taman saat itu sepi. Aku segera berlari kearah pohon tersebut untuk menolong orang itu.
Hiksss... Hikss... Hikss
"Aku benci seperti ini." ucapnya sambil terus menangis"Agasshi... Kau sedang apa di atas sana?" tanyaku
"Bukan urusanmu! Pergilahh!" ucapnya membentak diiringi isakan tangis
"Yak! Kau bisa jatuh!" jawabku sedikit kesal
"Biar saja jatuh!tidak akan yang peduli jika aku terluka!" ucapnya berhenti menangis "anni. Bahkan jika aku mati takkan ada yang peduli padaku."
"Aku tidak tahu seberapa berat masalahmu itu, tapi jika seperti ini takkan menyelesaikan masalah. Jika seperti itu tunjukkan pada mereka bahwa kamu bisa menghadapi sendiri. Tunjukkan bahwa kamu bisa tanpa mereka, bukan seperti ini." jawabku berteriak. Memang seberapa berat masalahnya itu dibandingkan diriku yang harus terus bekerja keras agar bisa debut sebagai idol.
"Terserah kau bilang apa! Aku tidak peduli." teriaknya.
Dasar keras kepala.
Karena terlanjur kesal dibuatnya, aku melangkahkan kakiku pergi dari tempat itu. Saat baru dua langkah tiba-tiba saja
Akhhhh
Brukkkkh
Yaaaa. Gadis keras kepala itu jatuh menimpa tubuhku.
Aku yang kesakitan dan juga sangat kaget berusaha menyingkirkan gadis itu dari tubuhku. Tapi semua itu urung kulakukan saat melihat gadis itu memejamkan matanya ketakutan.
"Aigooo... Lihatlah kau sangat ketakutan." godaku, sambil tetap berbaring diatas tanah
Dia langsung membuka matanya dan bangun dari atas tubuhku
"Huh. Mian." ucapnya"Kau takut?" tanyaku
"Anniya. Aku hanya kaget." ucapnya malu
"Darahhh~" ucapku saat melihat darah di tangannya
"Ahh~aku tidak tahu jika terluka." ucapnya enteng
"Jamsiman. Jangan kemana-mana aku akan membersihkan lukamu." aku segera bergegas menuju apotek terdekat
Nanhee Pov
"Awhh... Appo." rintihku saat dia membersihkan lukaku dengan obat merah
"Mian." ucapnya sambil meringis seperti menahan perih. Padahal aku yang terluka disini
"Sudah selesai." ucapnya lagi sambil menepuk-nepukkan tangannya
"Gomawoo." ucapku, yang dijawab dengan senyuman
"Jangan seperti itu lagi, kau hanya akan menyakiti dirimu sendiri." ucapnya kemudian mengusak rambutku. Membuatku terdiam seribu bahasa akan sikapnya.
"Minum ini." dia menyodorkan sebotol susu pisang, yang merupakan susu kesukaanku"Ndee... " aku segera menerima susu itu dan meminumya
"Omong-omong kenapa kau naik ke atas pohon?"
"Emh... " ucapku berpikir, jika aku menceritakan padanya apakah baik-baik saja, secara dia orang asing.
"Tenang, aku tidak akan memberitahukan pada siapapun,aku bukan orang yang akan berkoar kesana kemari."
"Aku lelah dengan semua ini. Perlahan semua orang pergi meninggalkan ku sendiri. Eomma, Appa, bahkan Chinguku meninggalkanku. Percuma aku hidup jika keberadaanku tak diakui." air mata ku menetes perlahan seiring dengan bayangan bagaimana mereka memperlakukan diriku. "lebih baik aku mati kan? Dari pada hidup seperti ini?" aku menatap lelaki yang berada disampingku
"Kamu melewati masa sulit selama ini, wajar jika kamu memberontak" ucapnya dengan santai, sambil menekuk tangannya untuk dijadikan sandaran kepalanya (ceritanya lagi duduk bangku taman gitu heheheh)
"tapi alangkah baiknya jika kamu tidak menyerah dengan hidupmu, lagi pula ngapain mikirin mereka? Itu hanya membuatmu tersiksa seperti tadi. Kenapa tidak mencoba menemui orang baru hmm?" dia kembali terduduk"Siapa?" tanyaku
"Aku. " ucapnya sambil tersenyum menampakkan gigi putihnya.
Aku hanya termangu saat dia mengatakan itu
"Nde?! "
"Aku akan menjadi pendengar yang baik untukmu" dia menggenggam tanganku "anni, kita bahkan bisa bersama." ucapannya berhasil membuat jantungku berdegup sangat kencang. Aku takut dia akan mendengarnya, karena saking kerasnya.
"kita sudah berbincang cukup lama, tapi aku tidak tahu namamu." dia berdiri di depanku
"Ireumun, Nanhee. Park Nanhee." ucapku dengan sedikit penekanan
"Aku Mark Tuan." dia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan denganku.
Kemudian ku ulurkan tanganku, menjabat tangannya.
"Kalau begitu sekarang kita menjadi teman? Tidak ada yang perlu kamu rahasiakan dari ku nee?"
Mendengar perkataan Mark aku menjadi sedikit tenang. Setidaknya kini aku memiliki tempat untuk bersandar.
Halo hai Chingu 😁💕
Aim kambek 🙌
Aku mau bilang makasih buat yang baca dan vote ff ini 😘
Tanpa kaliyan diriku bukan apa-apa 😳
Pokoknya mah makasihh bangett buat mentemen yang udah baca 😘😘😘😘😘
Setidaknya dengan ini aku menemukan kebahagiaan #eaak:v'Cerita part ini diusung dari kegundahan author yang ga apdet apdet:)'
I'm out 🙌
Stay here chingu 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
After Married- GOT7[DISCONNECTED]
FanficIni hanyalah sekedar imajinasi yang direalisasikan menjadi cerita, tidak ada unsur paksaan maupun kesengajaan. Eh sengaja deh ! 🍑tidak ada unsur paksaan vote comment. Cukup readers senang akupun senang🍑 start #January2k18