Hyungseob mengigit bibir dalamnya. Meneguhkan hati untuk menekan bel unit apartemen yang ada didepannya.
Seusai pertemuan dengan PD Seo kemarin (atau bisa dibilang pagi buta tadi) Hyungseob tak dapat menutup mata barang sebentar. Pikirannya kalut. Bayang Woojin dengan wajahnya yang kecewa tak dapat hilang dengan mudah dipikirannya. Semua melekat kuat, hingga akhirnya membawanya kedepan unit yang Woojin tinggali.
Taehyun bilang, anak itu tak kembali ke asrama atau pulang ke Busan; rumah orang tuanya. Bar sekitaran kota pun, Taehyun tak dapat menemukan bocah gingsul tersebut. Meski Taehyun tau betul, jika Woojin masih cukup waras untuk tak minum disembarang tempat tanpa didampingi dirinya atau member.
Jika sudah begitu, Woojin pasti berada di apartementnya. Sibuk mereguk bir atau minuman keras lain-- menghilangkan penat. Itu yang Taehyun katakan padanya.
"Kau bisa Ahn Hyungseob!"
Setelah bel berbunyi untuk ke empat kali, pintu untama terbuka. Menampakan tubuh tinggi pria yang hampir empat bulan terakhir menjadi suaminya. Woojin disana, hanya mengenakan kaus oblong tipis yang menampakan tubuh atletis pria Park dan celana jeans panjang yang sejak semalam tak sempat ia ganti. Wajah pria itu datar. Sangat datar hingga kenciutkan nyali Hyungseob. Seolah menelan tubuh kecilnya bulat-bulat lewat tatapannya yang tajam.
"Mau apa?"
Ugh. Suara parau pria Park dengan hembusan napasnya yang berbau alkohol cukup menyengat, dapat memberi tau Hyungseob jika semalam tadi Woojin benar meneguk setidaknya tiga sampai empat botol alkohol. Menurut informasi yang Taehyun berikan, jika Woojin kuat minum hingga botol ke lima.
"Woo-woojin, aku--"
Sebelum Hyungseob berucap, Woojin memilih meninggalkan si mungil didepan pintu unitnya. Membiarkan pintu terbuka begitu saja, Hyungseob berpikir jika pria itu memperbolehkannya masuk kedalam. Berbicara lebih serius tanpa takut didengar orang.
Manik bulat Hyungseob mebelalak. Beberapa kaleng bir dan botol alkohol kosong berserakan di meja ruang tengah kediaman Woojin. Sampah bekas tteokppoki semalam ia biarkan tanpa mau repot membuangnya ditong sampah.
Hyungseob meringis. Sebegitu kacaunya kah Park Woojin, hanya karena umm--- dirinya?
"Aku mengantuk, ingin tidur jika--"
Hyungseob menggeleng. "Jangan! de-dengarkan aku dulu"
Woojin terkekeh. Tersenyum miring setelahnya.
"Apa lagi? bukankah ini keinginanmu? aku menerimanya-- lagi pula tanpamu syuting akan tetap dilanjutkan. PD Seo berniat merekrut aktris untuk menggantikan mu"
Hyungseob mengulum bibir. Meremat hoodie ungu yang ia pakai.
"Pergi. Urusan kita selesai Hyungseob-ssi"
Hyungseob menggeleng ribut. "A-aku hanya butuh waktu. Selepas berpisah dengan Junyoung aku tak dapat berkonsentrasi. Se-semuanya terasa hampa-- aku--"
Woojin terkekeh sinis. "Lalu bagaimana denganku yang mencintaimu?! tidak kah pernah memandangku sedikit? sial. Kau puas Hyungseob-ah?? kau puas membuatku seperti sekarang!?"
Hyungseob terperangah.
Woojin --mencintainya. Pria itu menjatuhkan hatinya untuk Hyungseob.
Woojin kalah.
Pada akhirnya, pria itu lah yang bersedia menekuk lututnya dibawah pesona Hyungseob.
KAMU SEDANG MEMBACA
We got Married ;jinseob ✔
FanfictionKisah kecil dimana keduanya dipasangkan dalam suatu kepentingan acara hingga akhirnya terjebak dalam permainan yang dinamakan cinta. ©bibirsungwoon2018 #highest rank 14 on Ahnhyungseob (120518) [160318/150518]