Part 2 | Day-to-Day

7.4K 630 30
                                    

Sifat laki-laki antara sebelum dan sesudah menikah itu berbeda jauh. Kalau sebelum menikah itu cool, sampai saking cool-nya kulkas pun kalah. Kalau sesudah... tengil luar biasa itu bukan masalah.

-- Metamorfosa --
____________________________

BERSIH-bersih halaman? Cek.

Memasang foto pernikahan di ruang tamu dan kamar? Cek.

Melipat baju suami untuk ditaruh dalam lemari? Cek.

“Mas, besok bantu pindahin pot bunga menurut jenisnya, ya?”

Rara melemaskan punggungnya yang seharian bekerja menata rumah baru. Mondar-mandir ternyata membawa dampak lelah bagi tubuhnya, padahal sewaktu berdiri berjam-jam untuk menyalami tamu kemarin tidak selelah ini.

Kepalanya menoleh penasaran ketika nihil jawaban dari Alka. “Dih, udah tidur duluan. Pelor--nempel langsung molor--banget.”

Ia tertawa geli ketika Alka menggeliat sewaktu tangan Rara dengan usil mencolek hidung mancungnya. Alka sebelum dan sesudah menikah ternyata sangat berbeda. Ia pikir laki-laki yang sudah dipacarinya selama kurang lebih empat tahun ini termasuk golongan manusia tanpa cela.

Pasalnya tidak ada hal yang tidak bisa dilakukan oleh Alka. Membetulkan sekering listrik, memotong rumput, memerintah bak sultan, membetulkan ledeng sampai menguras bak mandi pun Alka bisa. Hanya saja, Rara tidak tahu bahwa malas bisa dengan mudah mengaburkan semua penilaian positif dari Alka.

“Capek, Yang,” erang laki-laki itu saat tangan Rara tak kunjung berhenti mencolek hidungnya. “Tadi rumputnya tinggi-tinggi. Kakiku keram gara-gara jongkok terus.”

“Suruh siapa enggak mau istirahat.”

Si keras kepala yang penuh ambisi dalam meng-habisi rumput-rumput liar di halaman rumah, kena batunya juga. Siang tadi, Alka dengan semangat empat lima menolak istirahat sewaktu Rara menyuruhnya. Imbasnya, tenaga laki-laki itu seperti habis kerja rodi--loyo.

Rara terkekeh. “Enggak nyangka Alka yang selama ini terkenal cool gampang tepar juga.”

Agak terkejut mendapati sifat Alka seperti ini setelah berstatus sebagai suami. Waktu pacaran… beuh! Manis, bersedia menemani ke mana saja, perhatian level dewa, hobi mengebom chat ketika tak ada kabar dari Rara, paling rajin kalau disuruh menjemput.
Tampaknya karakter itu hanya bentuk jaim--jaga image--dari Alka.

Rara mengulum senyum.

Kehidupan setelah pernikahan yang ia miliki tidak seindah apa yang dikisahkan dongeng. Suami tampan, punya rumah walaupun masih mencicil, punya mobil walaupun masih kredit, karakter tengil yang tertutupi sifat cool, kebiasaan malas tingkat allahuakbar, Alka jauh dari definisi sempurna.

“Kayaknya perempuan-perempuan yang pernah naksir kamu beneran kena tipu massal, Mas.” Ia terkikik.

Dulu, Rara pernah berharap suatu saat bisa menikah dengan pangeran betulan. Mengingat status sosial keluarganya yang bisa dikatakan cukup terpandang, rasanya tidak ada yang mustahil. Sayangnya, ia justru terpikat dengan Alka yang notabene anak buah ayahnya.

Betapa harapan dan kriteria suami ideal tidak berguna di realita. Apa yang Rara dapat justru sesuatu yang tidak pernah dipikirkannya sama sekali.

Metamorfosa [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang