Kebencianku terhadapnya sudah melebihi batas. Aku sudah tak tahan lagi. Aku akan melakukan keahlianku. Akan ku tunjukkan kepadanya bahwa aku lebih handal melakukannya dari pada dia.
"Tidak ada seorangpun di ruangan ini, sepertinya ini akan menyenangkan. Mari bersenang senang!" sudut bibirku terangkat.
Lelaki tua nan bodoh itu sedang menatapku dengan penuh rasa bersalah di sudut ruangan, "apa baru sekarang kau menyadarinya? Dasar keparat!!" ucapku menahan geram dengan gigi gemeletuk.
Dia selalu membeda-bedakanku dengan anaknya. Cihh! Aku sangat benci ini.
Ku mainkan pisau yang sedari tadi ku pegang. Lalu, aku dekati dia. Jika kalian melihatku, aku seperti tersenyum jahat kepadanya dan dia sedang ketakutan sekarang.
Dengan cepat kulesatkan pisau tersebut, lalu menancapkan ke matanya. Si bodoh itu mengerang kesakitan. Sungguh menyenangkan. Teriakannya memenuhi seisi ruangan.
Dia mencoba menjauh dariku, "kau bodoh jika menjauh, kalau mendekat mungkin sakitmu hanya sementara. Kau sangat menyebalkan!" teriakku.
Ku kejar dia. Ku cabut lagi pisau yang menancap di matanya. Tunggu dulu, matanya lepas, haha. Ku campakkan mata tersebut ke lantai lalu memijaknya hingga hancur lebur tak berbentuk. Seperti memijak telur busuk. Sangat menyenangkan melakukannya.
Aku tertawa lepas, kencang dan lantang. Keparat bodoh itu tambah ketakutan. Akan ku tunjukkan cara membunuh yang benar padanya.
Kulesatkan pisau itu ke telinganya. Yeah, telinganya jatuh dalam sekejap. Aku lapar jika melihatnya, seperti kerupuk yang dibuat ibu. Dia terjatuh untuk beberapa saat, setelah itu berdiri lagi dengan langkah tempang.
Kutusuk perutnya membuat garis vertikal panjang. Ini keren, ususnya jatuh beruraian ke lantai dengan banyak darah. Ini permainan yang menyenangkan.
Sekarang seluruh tubuhnya sukses rubuh ke lantai. Tak ada seorang pun di sini. Jika dia tak menjauh mungkin aku hanya akan memotong lehernya agar aku bisa mandi di sini dengan cucuran darah yang mengalir bagaikan air mancur.
"Segini saja?"
Aku juga benci ini, tubuhnya sangat lemah. Mengapa baru sebentar saja dia langsung mati? Dasar lemah! Sekarang kulihat semua baju bagian depan beserta lenganku penuh darah, ini permainan yang seru.
Sepertinya memotong bagian-bagiannya sangat menyenangkan. Aku bisa menyisihkan uang jajanku dari ibu. Sup? BBQ? Atau digoreng? Jika dagingmu alot akan kuberikan pada Anjingku.
Seni yang ku buat sangat indah. Ku jilat setetes darah yang mengotori ujung bibirku. Aku akan melakukannya lagi.
"Lemah!!"
Ini bukan akhir, aku bisa melakukannya kapanpun aku mau. Ku tancapkan pisau itu tepat kejantungnya. Sungguh luar biasa.
"Selamat jalan lelaki tua, kini kau tak akan bisa mengabaikanku lagi. Aku terbebas dari rasa iri yang sengaja kau ciptakan. Kau yang membuatku perlahan-lahan menjadi seperti ini. Kematianmu sangat mengenaskan. Itu yang kuinginkan!"
Aku meninggalkannya teronggok dengan cucuran darah segar yang mengalir sangat deras. Merah, darah ada di mana-mana. Darah itu, darah itu sangat ingin kunikmati. Tapi sayang, darahnya tidak lagi semanis hidupnya yang telah berhasil mengoyak kejiwaanku.
"This is so fun, like a game!"
_____end_____
Story by Kiralisa_