Ya, dia memang cantik. Hampir mendekati sempurna menurutku. Teman sejak dari aku masih kecil. Devina Amelia, selalu menginginkan apa yang aku punya. Hei, dia memiliki segalanya dibanding aku. Apa pun akan dia lakukan untuk mendapatkannya termasuk mendapatkan Nu, kekasihku. Dan bodohnya lagi, Nu bersedia direbut oleh Dev dariku.
"Aku menginginkan kekasihmu," ucap Dev jujur saat itu. Jelas aku marah, tapi tak ada yang bisa kulakukan selain merelakan Nu pergi bersama Dev. "Kau kulepas untuk kurebut kembali, Nu!" kataku yang tak mampu kuucap pada Nu.
Stop, aku bukan bodoh, tapi aku terlalu menyayangi Dev seperti saudaraku sendiri. Ya, meskipun aku harus mengalah tentang banyak hal termasuk tentang Nu. Aku hanya bisa berdoa, semoga Dev dapat mengubah kebiasaan buruknya terhadapku.
"Dit, biarkan Nu bersamaku, jangan kau rebut kembali," pinta Devina disela isak tangis manjanya.
Aku diam tanpa kata, bibirku kelu.
"Kau yakin permintaanmu itu akan ku kabulkan?" jawabku yang sontak membuat wajah Devina mendongak ke arahku.
"Dita, aku mencintai Nu lebih dari apa pun dan aku berjanji akan menjaga Nu seperti engkau menjaganya," lirih Dev.
"Aku terlalu baik jika harus merelakan Nu tanpa berniat untuk merebutnya kembali!" jawabku menahan kesal.
"Aku mohon."
Terkadang aku berpikir, kenapa Dev berbuat demikian kepadaku. Sungguh aku tak tahu segalanya. Yang aku tahu hanyalah ... Dev itu sahabatku. Dan aku tak ingin menyakiti hatinya.
Aku pergi. Aku pergi menjauh dari mereka dan meninggalkan semua rasa sakit dalam waktu yang cukup lama. Hingga kudengar kabar yang sangat menyedihkan dari sekedar merelakan Nu bersama Dev. Dev pergi untuk selamanya. Sakit yang ia sembunyikan dariku menculiknya saat aku tak di sisinya. Ah, aku merasa telah menjadi sahabat yang sungguh jahat.
Kau tak perlu bersusah payah merebut Nu kembali dariku, Dit, karena aku yang akan mengembalikannya. Aku tak mampu menjaganya. Maaf dan terima kasih untuk segalanya.
Itu pesan terakhir Dev padaku yang sempat ia tulis.
"Selamat jalan, Dev!"
*****
Selesai
By somplaker