Entah apa yang ada di pikiran Reval tadi saat dengan begitu baik hatinya dia memberikan jaket kepada cewek yang bahkan sudah membuat cacat motor mulusnya. Kalau sudah kejadian begini, kenapa Reval jadi kesel sendiri ya? Rasa-rasanya di hati Reval itu sekarang sedang ada demo penyesalan yang merutuki kebaikannya sendiri kepada gadis bermulut sinis itu.
Pasti cewek bernama Anes itu sedang baper setelah Reval melemparkan jaketnya. Ya, pasti begitu. Cewek sekarang kan gampang baper. Gak sengaja kontak mata aja bapernya sampe ngira itu cowok naksir, apalagi tingkah Reval yang sok pahlawan tadi. Iya kan?
Ini hanya pemikiran seorang Reval yang buta sama perasaan cewek. Yang Reval tahu hanya sifat cewek dari cerita-cerita Madon dan tentu saja tidak ada yang masuk logika. Madon dengan sejuta gadis dan perspektif pribadinya. Ditambah dengan Reval dengan ketidaktahuannya dalam dunia makhluk pemikat kaumnya itu. jadilah sebuah kesimpulan bahwa Reval amat sangat mempercayai semua yang keluar dari mulut Madon. Reval yang polos.
Terlalu larut dalam penyesalan itu nggak baik. Ini berarti Reval nggak ikhlas minjemin jaketnya ke Anes. Percuma dong, udah rugi jaketnya di pake Anes eh malah gak dapet pahala. Jadi Reval mulai memutuskan untuk mengikhlaskannya saja. Mau Anes ambilpun itu jaket gak papa. Eh.
"Reval, ada yang nyariin lo tuh di luar."
Sadar akan lamunan gak jelasnya itu, Reval menolehkan kepalanya kepada Putri, sekertaris di XI IPA 4. "Siapa?"
Putri mengangkat bahunya tanda tak tahu. Mau tak mau Reval pun bangkit dari petarangannya. Macem ayam aja punya petarangan.
"Woy Val. Jadi kan ikutan lomba yang gue bilang kemaren?"
Ternyata orang yang mencarinya adalah Gaza. Mengenai lomba ini, sebenarnya Reval masih gak yakin akan ikut atau tidak. Yang mau bilang tidak, nggak enak sama Gaza karena sudah terlanjur mengiyakan kemarin. Mau ikutpun Reval gak yakin bakal menang. Kan sayang duitnya kalau Reval nantinya niat gak niat sama lomba ini.
"Gak usah mikirin menangnya Val. Ini lombanya udah tingkat Internasional. Jadi meskipun kalah, sertifikat peserta pun kayaknya bakal di pertimbangin buat SNMPTN nanti. Gue denger denger sih gitu."
Ah masa sih? Kalau gini siapapun bakal ikut.
"Gue harap sih lo jadi Val. Masa iya yang lo kumpul Cuma sertifikat basket. Sekali kali cobain sensasi baru. Ini juga gue baru perdana ikutan lomba akademik."
Okedeh. Kalau sudah begini, apalagi yang bisa Reval elak. Demi teman juga. Sesama makhluk hidup harus saling tolong menolong bukan? Reval yang baik hati mulai tampak ke permukaan.
"Kemaren lo bilang satu lagi kita cari di Ipa 1 kan? Emang lo yakin bakal ada yang ikutan?"
"Ipa 1 kalau soal lomba mah gak usah di tanya."
"Masalahnya, salah satu dari mereka ada yang mau nggak satu tim sama kita?"
Hanya sepersekian detik untuk Gaza memikirkan apa yang akan dijawabnya pada Reval. Dan dengan entengnya Gaza menjawab, "Kalau kita gak nanya ya gue mana tau jawabannya."
Reval kembali bimbang. Dalam kasus ini, bukan Cuma cewek yang butuh diberi kepastian. Reval pun begitu.
"Makanya kita nanya sekarang." Putus Gaza akhirnya.
Reval menganggukkan kepalanya dan memberi isyarat agar Gaza berjalan duluan. Kan yang punya keperluan Gaza. Reval yang hanya niat membantu teman seperbasketannya itu pun mengikuti dari belakang. Kalau jalan bersisian ntar dikira pasangan. Padahal kan pasangannya Reval itu Madon.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMED
Teen FictionAnesia Sabrina -Anes. Cewek yang memasuki tahun keduanya di SMA. Suka liat cowok ganteng tapi salting pas ketangkep ngeliatin. Tiada hari tanpa pembicaraan seputar cowok ganteng. Bagi Anes, mata dan mulutnya sudah disetel buat hanya terfokuskan pada...