Ketika bel pulang sekolah berdenting, Anes langsung bangkit dan melangkahkan kakinya keluar kelas untuk menjemput motor maticnya yang masih terparkir setia di parkiran belakang sekolah.
Ternyata dua motor gede yang tadi terparkir di sebelah kanan dan kiri matic Anes masih belum menunjukkan tanda – tanda kemunculan si pemilik. Tapi kenapa sekarang kedua motor ini tidak berjarak sama sekali dari milik Anes? Perasaan tadi pagi bahkan masih muat untuk dua kali tubuh Anes berjalan diantaranya.
"Pasti ini kerjaan si pak Didi nih rapet – rapetin motor orang. Padahal kan motor gue nggak mau deket – deket sama lawan jenis. Bukan muhrim." Anes menggerutu dengan suara kecil sambil salah satu tangannya menunjuk – nunjuk kearah motor gede sedang sebelah lainnya bertengger di pinggang rampingnya.
"Mau lo tunjuk sampe kapan juga itu motor – motor gak bakal balik nunjuk lo. Misi gue mau lewat."
Anes melirik ke samping kirinya, dan hal pertama yang kedua pupilnya tangkap adalah sesosok kakak kelas dengan kancing seragam yang tak terpasang barang satupun hingga memperlihatkan kaus hitam ketat yang membalut pas body indah si pemilik.
'YA ALLAH PENGUASA SEGALA ALAM! BENARKAH DI HADAPAN HAMBA INI AWAN TINGGI YANG PALING MEMPESONA?'
"Kak Cyrus?" Bahkan Anes tidak bisa menyembunyikan nada kelewat bahagia dalam ucapannya, membuat Cyrus terkekeh kecil.
"Jadi lo tau gue ya?" pertanyaan yang lebih bisa dikatakan sebagai sebuah pernyataan keluar dari bibir merah sedikit gelap milik Cyrus, "Tapi sorry nih adik kecil, gue nggak tertarik buat tahu juga siapa lo."
Meskipun sudah berkata demikian, senyuman aneh di bibir Anes masih terpasang apik dengan tak tahu malunya. Anes mundur dua langkah untuk memberi celah agar Cyrus bisa lewat menuju salah satu moge yang ternyata miliknya.
Mata Anes menatap lekat pada objek terindah yang diciptakan tuhan sedang tersaji secara Cuma – Cuma di depan matanya yang memang beberapa hari ini kekurangan asupan cogan.
Bagaimana cara Cyrus menaiki motor, memakai helm, bahkan memutar kuncinya pun tak luput dari pandangan kelaparan Anes.
Anes mundur dua langkah lagi ketika Cyrus memundurkan motor biru metalic nya. Tiba di bagian yang paling dinanti – nanti Anes, yaitu saat Cyrus memegang kedua setir dengan badan yang condong kedepan, percayalah itu adalah rejeki anak manis di siang bolong. Seksi sekali.
Punggung tegap itu, bolehkan Anes memeluknya tanpa menambah dosa? Tanpa sadar, Anes menggerakkan tangannya seperti hendak menggapai untuk merealisasikan niatnya memeluk Cyrus.
Reval yang berada tiga langkah di belakang Anes mengernyitkan dahinya hingga hampir keseluruhan otot wajahnya mengerut melihat pemandangan Anes yang sungguh menjijikan itu.
Tapi tidak heran sih. Sikap cewek di depannya ini kan memang aneh. Berhubung saat ini mereka bertemu, Reval jadi ingat sesuatu dan mengeluarkan selembar bon dari bengkel ternama dengan angka nominal yang cukup fantastis tentusaja.
"Eh anaknya Om Dharma"
Anes yang masih senyam senyum menatap kepergian Cyrus sontak menoleh kebelakang.
'Dia lagi .. Dia lagi'
"Apa" Jawab Anes malas
Reval menyodorkan bon tersebut ke pada Anes yang disambut ogah – ogahan "Ganti rugi kerusakan motor gue."
"emang lo gak mampu biayain sendiri?" Anes menyipitkan matanya.
"ini bukan masalah mampu gak mampu. Tapi soal tanggung jawab."
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMED
Teen FictionAnesia Sabrina -Anes. Cewek yang memasuki tahun keduanya di SMA. Suka liat cowok ganteng tapi salting pas ketangkep ngeliatin. Tiada hari tanpa pembicaraan seputar cowok ganteng. Bagi Anes, mata dan mulutnya sudah disetel buat hanya terfokuskan pada...