Chapter 24

6.7K 333 37
                                    


Jika Cinta mampu membuat hidup seseorang berwarna. Kenapa masih ada luka yang di torehkan dalam setiap hubungan (?)

________________________________________________________

Suasana ruang tamu terasa hangat ketika semua berkumpul dalam satu ruangan. Canda dan tawa menghiasi kebersamaan keluarga besar Ali. Mama dan papa Prilly yang turut menimpali ucapan Ali dan Prilly menambah kehangatan di ruang tamu.

Prilly menitikan air matanya saat ia mengecup punggung tangan mama dan papanya yang mulai keriput termakan usia. Tak terasa ia sudah sangat dewasa. Dulunya ia yang sangat tergantung kepada orang tuanya, kini ia hanya tergantung kepada Ali, imamnya.

"Mama, papa Prilly kangen." Prilly mengambil alih duduk di tengah-tengah mama dan papanya.

Entah kenapa malam ini Prilly terlihat begitu manja kepada mama dan papanya. Mungkin karena kehamilannya atau mungkin karena ia sudah sangat lama tidak berjumpa dengan mama dan papanya.

Ali yang melihat istrinya mendekap tubuh mertuanya merasa sangat bersalah karena ia yang tidak pernah memperhatikan istrinya. Namun ia sedikit lega karena hari ini ia bisa membahagiakan istrinya dengan membawa istrinya bertemu dengan mama dan papa mertuanya.

"Anak papa manja banget sih," papa Prilly mengelus rambut Prilly gemas. Meski anak bungsunya itu kini telah berkeluarga, ia tetap memanjakan Prilly seperti Prilly sewaktu kecil.

Prilly terkekeh kecil saat tangan papanya mencubit pipi dan hidungnya. Suasana yang seperti ini yang sangat Prilly rindukan dari keluarganya. Mamanya yang selalu memberinya pengertian serta papanya yang selalu memanjakannya meski ia sudah beranjak dewasa.

"Prediksi dokter kapan lahirnya Prill?" Tanya mama Prilly saat kepala Prilly bersandar pada lengan mamanya.

Prilly yang tengah memainkan jari-jari tangan papanya menengadahkan kepalanya menatap mamanya. "Prediksi dokter katanya seminggu lagi ma, tapi aku gak tau itu bener apa gak." Saut Prilly yang kembali memainkan jari-jari tangan papanya.

Mama Prilly menenggelamkan kepala Prilly dalam pelukannya dan mengusap lembut rambut Prilly. "Berdoa saja semoga nanti selama persalinan lancar." Mama Prilly mengecup puncak kepala Prilly dengan sayang.

Papa Prilly beralih menatap Ali yang duduk di kursi berhadapan dengannya dengan Icha berada di pangkuannya sambil memainkan ponselnya.

"Gimana kerjanya li di kantor?" Tanya Papa Prilly yang sontak membuat Ali mengalihkan perhatiannya dari Icha.

"Alhamdulillah sejauh ini lancar-lancar aja pa." Jawab Ali dengan senyumnya.

"Icha masih sekolah TK Li?" Tanya mama Prilly menimpali.

"Iya ma, karena sekarang kita menetap disini sementara, jadi Ali adain home schooling buat Icha biar Icha gak ketinggalan pelajaran ma." Jelas Ali yang mendapat anggukan dari Prilly.

"Iya betul ma, Ali sama Prilly adain home schoolling buat Icha. Kasian juga kan ma kalau Icha tertinggal pelajaran dari teman-temannya yang lain." Timpal Prilly.

"Bagus dong itu, biar cucu papa makin pintar," saut papa Prilly yang mengundang tawa Ali, Prilly, dan mama Prilly.

"Kalau di lihat-lihat Icha makin kesini mirip Ali, ya kan pa?" Mama Prilly menatap lekat wajah cucunya yang fokus memainkan ponsel milik Ali.

This Pain [ PROSES REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang