Chapter 6

8.3K 354 12
                                    

___O0O___


Rassya membuka pintu mobil dan memapah tubuh Aurel yang tengah mabuk berat di bantu oleh Rhevita. Mereka menuju ruang rawat mama Anisa. Terlihat di depan ruangan mama Anisa terdapat papa Arya dan Ali yang sepertinya tengah bersegi tegang, terlihat dari raut wajah papa Arya yang memerah karena emosi dan wajah Ali yang sedikit memar. Entah apa yang terjadi dengan mereka. Rassya tak memperdulikan itu, mungkin papa Arya marah besar kepada Ali karena telah membuat prilly pergi.


"Aurel kenapa? " tanya Ali saat Rassya mendudukan tubuh Aurel di salah satu kursi tunggu.


" Dia mabuk berat." jawab Rassya seadanya menatap Ali dan papa Arya bergantian.


"Lo kenapa? " tanya Rassya yang melihat Ali meringis sambil memegangi pipinya yang memar.


Meski persahabatannya dengan Ali jauh dari kata baik-baik saja. Akan tetapi, ia tetap mengkhawatirkan keadaan sahabatnya itu. Bagaimana pun juga, Ali tetaplah sahabatnya meski kelakuan Ali yang membuatnya membenci Ali. Untuk saat ini, ia menepis semua egonya dan lebih mengutamakan logikanya.


"Gue gak papa. "

Rassya memutar bola matanya. Sudah tau keadaannya sedang tidak baik-baik saja. Masih sempat-sempatnya mengelak.

" Ck. Kebiasaan deh lo. Sekarang lo lagi gak baik-baik aja. Ikut gue, biar gue obatin tuh muka lo yang bonyok."
Tanpa banyak bicara, Rassya langsung menarik tangan Ali keluar rumah sakit untuk mengobati luka lebam di wajahnya.

Sepeninggal mereka berdua, papa Arya menatap Aurel yang terduduk di kursi tunggu dengan ditemani oleh Rhevita. Papa Arya menghampiri Aurel yang masih tak sadarkan diri akibat terlalu banyak meminum alkohol.

"Kenapa bisa seperti ini nak? " tanyanya dengan suara pelan.

" Ehmm.. Saya tidak tau pasti apa penyebab Aurel minum terlalu banyak. Saya sudah mencoba untuk menghentikannya, tetapi Aurel tidak mau mendengarkan saya, sehingga beberapa menit Aurel terkulai lemas."

"Boleh minta tolong bawakan Aurel ke dalam ruangan?"

"Mm.. Boleh om boleh. "

" Terimakasih nak, om mau ke apotek dulu. "

" Iya om. " Rhevita memapah tubuh Aurel dengan di bantu seorang suster.

...

Prilly mengemasi mainan Icha yang berserakan di lantai. Meski sulit untuk bergerak karena perutnya yang membuncit,setidaknya ia bersyukur karena bisa merasakan kembali menjadi seorang ibu hamil meski tanpa seorang suami di sisinya.

"Mama Icha lapel." Icha menghampiri prilly yang baru selesai mengemasi mainan Icha.

Prilly mengusap peluh di dahinya menatap Icha yang memanyunkan bibirnya membuatnya semakin gemas.

"Bentar ya mama ambilkan, Icha tunggu disini ya." ucapnya yang dibalas anggukan oleh Icha.

Prilly menghampiri Icha yang duduk di kursi dengan memeluk boneka besar yang ia belikan seminggu yang lalu. Ia duduk di samping anaknya dan mulai menyuapi anaknya dengan telaten sampai makanannya habis.

This Pain [ PROSES REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang