Chapter 14

8.1K 377 23
                                    

Wajah Ali mulai mengeras dan tangannya pun mulai terkepal. Matanya menatap nyalang pada seorang misterius yang dengan santainya duduk manis di sofa ruang kerjanya.

Dia!

Orang yang sangat dan ingin ia habisi dan lenyapkan dari dunia ini. Emosinya kian memuncak saat dengan santainya seseorang di hadapannya menyalakan puntung rokok dan menyemburkan asapnya di depan wajahnya yang mampu membuat terbatuk.

"Uhukk..uhukkk," tangan kanannya menutup hidungnya agar asap rokok tak memasuki indra penciumannya, sedangkan tangan kirinya melayang ke kanan dan kiri agar asap rokok cepat hilang.

Seseorang di hadapannya tersenyum miring, lalu membuang puntung rokoknya ke lantai dan menginjaknya dengan kaki yang di lapisi sepatu pantofel sehingga rokok itu pun tak berasap.

"Sorry," ujar seseorang tersebut yang mulai berdiri menyamai tinggi badannya dengan Ali.

Setelah di rasa batuknya mereda, Ali menatap datar seseorang di hadapannya.

"Mau apa lo ke sini?" Tanyanya dingin terkesan menggertak.

"Tentunya ingin bertemu dengan anda, bapak Ali Mahendra terhormat," seseorang tersebut kembali duduk di sofa.

Ali melangkah menuju kursi kebesarannya, melepas jasnya lalu di kaitkan pada sandaran kursi kebesarannya. Masih dengan tatapan yang sama, dingin, datar, dan tak berekspresi.

Seseorang tersebut melangkah dan berpindah tempat, duduk di kursi yang terletak di depannya yang berbatasan dengan meja kerjanya.

"Kedatangan saya kemari hanya ingin menanyakan kabar Prilly. Sudah lama saya tak jalan berdua dan bertemu dengannya, sekarang bagaimana kabarnya?"

Ya! Dia!

Dia! Seseorang yang ia lihat di sebuah foto bersama dengan istrinya, Prilly. Entah, seseorang di hadapannya hanya sengaja memanas-manasinya atau memang benar seseorang di hadapannya adalah selingkuhan Prilly.

Ia mencoba tenang dan membuang jauh-jauh firasat buruknya. Mencoba menumbuhkan kembali rasa percaya pada Prilly.

"Kabarnya baik, dan anda tidak berhak menanyakan kabar istri saya!"

Dapat ia dengar kekehan kecil dari seseorang di hadapannya yang membuatnya semakin emosi.

"Tentu saja saya berhak menanyakan kabarnya, saya ini kan kekasihnya,"

Damn!

Kali ini emosinya memuncak, dengan gerakan cepat ia berdiri dari kursinya dan meninju sudut bibir seseorang di hadapannya yang mampu membuat seseorang di hadapannya langsung terkapar di lantai.

Ia menarik kerah baju orang tersebut dan meninjunya lagi dan lagi, sehingga orang tersebut tak berdaya dengan darah yang mengelucur di bagian hidung serta sudut bibirnya.

Ali duduk di samping orang tersebut yang masih dalam keadaan terkapar di lantai. Ali mencengkeram rahangnya dengan tangan kanannya yang mampu membuat orang tersebut meringis merasakan nyeri di sudut bibirnya yang berdarah.

"Katakan sekarang, siapa nama Lo!" Sentak Ali yang semakin mempererat cengkeramannya pada rahang orang tersebut.

"Ssstt...,"

"Cepet katakan, siapa nama Lo? Atau gue bunuh lo detik ini juga!" Ancamnya dengan gerakan tangan yang mengambil ancang-ancang mencekik lehernya.

"Sstt.., na--ma gue Ad-- Adrian,"

Ali tersenyum miring dan melepaskan cengkeramannya pada rahang kokoh Adrian.

"Apa hubungan lo dengan Prilly?"

This Pain [ PROSES REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang