Chapter 23

7.2K 328 31
                                    

Ali memasuki sebuah ruangan tempatnya menyekap Angel. Setelah memerintahkan anak buahnya untuk meninggalkan tempat Angel di sekap. Ali mendekati Angel yang terlihat lemah dengan bibirnya yang pucat. Tubuhnya yang terlihat kurus dengan kantung mata yang menghitam menatap nanar ke Ali yang berjongkok di hadapannya.

"A--Ali." Lirihnya dengan suara yang hampir tidak terdengar.

"Kenapa? Suka sama tempat ini?" Ejek Ali memperlihatkan senyuman devilnya.

Angel diam dengan bibir yang bergetar. Niatnya dari awal yang ingin menghancurkan rumah tangga Ali berakhir dengan penderitaannya. Kondisinya begitu mengenaskan.

"Ali aku mohon lepasin aku." Pinta Angel memelas.

"Lepasin lo begitu aja? Gue gak bakal lepasin lo sebelum gue masukin lo ke penjara." Ali melangkah keluar dan memanggil anak buahnya.

Dalam hitungan detik anak buahnya mengikuti langkahnya yang kembali mendekati Angel.

"Kalian bawa dia ke kantor polisi." Perintahnya begitu angkuh.

Angel yang mendengarnya menengadahkan wajahnya menatap Ali yang berdiri tidak jauh dari tempatnya. Sebulir air mata membasahi wajahnya yang terlihat tirus.

"Ali aku mohon jangan bawa aku ke kantor polisi. Ali aku mohon. Please!" Pintanya memohon menatap Ali yang mengabaikannya.

Ali meninggalkan ruangan itu diikuti anak buahnya yang menuntun Angel. Ali tidak memperdulikan permohonan Angel karena baginya tidak ada ampun bagi orang yang telah berani mengacaukan kebahagiaannya.

Ali memasuki mobilnya mengikuti mobil anak buahnya yang membawa Angel ke kantor polisi. Ali tidak ikut ke kantor polisi, ia hanya mengikuti mobil anak buahnya saja. Setelah mobil anak buahnya sampai di kantor polisi. Ali segera memutar stir ke arah rumahnya. Rencananya hari ia akan membawa Prilly dan Icha ke rumah orang tuanya. Mereka sementara menetap di sana sampai Prilly melahirkan nantinya. Dan Ali mulai mengambil cuti agar ia lebih leluasa menjaga Prilly.

Sesampainya di rumahnya. Ali membunyikan klakson mobilnya dan detik selanjutnya ia melihat Prilly dan Icha menghampiri mobilnya diikuti pembantu rumah tangga yang membawakan barang-barangnya dan memasukkannya ke bagasi mobil.

Setelah di rasa semuanya beres. Ali menancap gas menuju rumah mertuanya. Ali melemparkan senyumnya saat tidak sengaja ia melihat Prilly yang curi-curi pandang padanya yang tengah fokus menyetir. Sedangkan Icha terlihat asik dengan mainannya di kursi belakang.

Perjalanan yang tidak terlalu memakan waktu karena jaraknya yang tidak terlalu jauh dan juga tidak terlalu dekat. Satu jam setengah menempuh perjalanan. Mobil mewahnya memasuki kompleks perumahan elite tempat kediaman mertuanya. Ban mobilnya bergesekan dengan aspal terdengar begitu jelas karena suasana kompleks yang sepi hanya beberapa orang yang terlihat berkumpul mengerubuni tukang sayur keliling.

Mobil Ali memasuki pekarangan rumah mertuanya yang luas itu. Diliriknya istri dan anaknya bergantian yang terlelap damai. Senyum kecil terukir di bibir tipisnya.

Ali membuka pintu mobil saat mendapati mama mertuanya yang berdiri di ambang pintu dengan senyuman hangatnya. Ali mencium telapak tangan mama mertuanya yang di sambut dengan elusan lembut di rambut hitamnya.

"Assalamualaikum ma. Gimana kabar mama?" Ucap Ali menatap mama mertuanya dengan senyuman.

"Waalaikumsalam. Alhamdulillah baik Ali. Kamu sekeluarga juga gimana?" Tanya mama Prilly balik.

"Alhamdulillah baik juga ma."

Mama Prilly tersenyum senang. "Alhamdulillah kalau begitu. Oh iya Prilly sama Icha kok belum turun dari mobil?" Mama Prilly menengok ke mobil Ali yang terparkir di pekarangan rumahnya.

This Pain [ PROSES REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang