Chapter 12 - Why?

5.9K 418 55
                                    


Alyssa menggenggam erat belati yang berada di bawah bantalnya. Jantungnya berdegup begitu kencang, seperti memaksa ingin mencuat keluar dari tenggorokannya saat itu juga. Matanya dipaksa untuk tetap siaga beberapa jam terakhir semenjak Christopher menyuarakan keinginan pria itu untuk tidur dengannya. Seranjang.

Bersama Christopher.

Suaminya...

Alyssa segera menepis segala pikiran-pikiran yang berkecamuk dalam benaknya yang konyol itu. Kini ia tengah tertidur menyamping—memunggungi Christopher. Dari balik punggungnya, ia bisa merasakan deru napas pria itu yang teratur, manandakan lelaki itu sudah benar-benar terlelap. Yahh semoga saja.

Alyssa semakin menggenggam erat belati di tangannya, bahkan mungkin hingga buku-buku jarinya memutih. Matanya terpejam sebelum kemudian menghela napas panjang—mengumpulkan segala tekad yang mungkin akan mempertaruhkan nyawanya sendiri.

Setelah menunggu beberapa menit guna memastikan lelaki itu benar-benar larut dalam mimpinya sendiri, Alyssa mulai berbalik dengan hati-hati.

Dengan pencahayaan yang temaram, Alyssa bisa melihat Christopher sedang tertidur dengan posisi telentang. Dari jaraknya yang cukup dekat itu, ia bisa melihat mata Chrirtopher terpejam dalam damai dibalik topengnya.

Kening Alyssa mengerut, giginya bergemelatuk dengan pandangan yang mulai menggelap. Segala pemikiran tentang Christopher saat ini hanya membuat hatinya semakin sakit. Semua perlakuan pria itu padanya benar-benar tak bisa ditoleransi hingga membuatnya muak.

Dia sangat membenci pria terkutuk itu!

Alyssa mulai mengeluarkan belati yang di sejak tadi disembunyikannya. Dia akan membuat Christopher laknat itu menghembuskan napas terakhirnya dalam sekejap. Tak akan ada penyiksaan yang seperti pria itu lakukan padanya selama ini. Dia sungguh bermurah hati, kan.

Alyssa mengangkat tinggi belatinya sebelum kemudian meluncurkannya tepat ke dada sebelah kiri Christopher. Namun sayang, sebelum belati itu mencapai sasarannya, tangan Alyssa sudah terhenti, atau lebih tepatnya dihentikan.

"Aku mulai bertanya-tanya, kenapa kau lama sekali hanya untuk menggunakan benda itu." Kata Christopher terdengar dingin. Matanya terbuka, langsung menatap Alyssa dengan pandangan menusuk. Wajahnya mengilat marah mengerikan.

Sesaat tersadar apa yang sudah terjadi, Alyssa mulai panik. Sebelah tangannya berusaha terbebas dari cengkeraman Christopher yang terasa sangat menyakitkan, bahkan mungkin akan menimbulkan bekas di sana.

Christopher bangkit. Mengambil belati dari tangan Alyssa lalu melemparnya menjauh, menimbulkan suara dentingan di tengah kesunyian dalam ruangan yang sebelumnya tercipta. Dengan tetap mencengkram erat pergelangan tangan Alyssa, sebelah tangannya yang bebas segera meraih rahang Alyssa dan menariknya mendekat.

"Kau pikir aku tak tahu dengan apa yang akan kau rencanakan setelah kau menyembunyikan belati itu dariku?" Christopher tersenyim miring. "Aku tak setolol itu untuk bisa kau bodohi. Setidaknya tunggu seribu tahun lagi bagimu untuk bisa melakukannya, sayangku."

Wajah Christopher semakin mendekat, tangannya terus mencengkram rahang Alyssa yang memberontak ingin dilepaskan. Namun sudah terlambat. Bibir pria itu sudah menempel dan merasakan bibir milik Alyssa.

"Tak terlalu buruk." Ucap christopher setelah memberi jeda sebelum kemudian, ia kembali merasakan bibir itu. Menggigit bibir Alyssa cukup kencang hingga membuat wanita itu menjerit kesakitan.

***

Mike mengigit jari dengan kening mengernyit melihat layar yang tengah menampilkan beberapa sudut tempat tersembunyi di lokasi dimana Christopher tengah membantai semua keluarga dari wanita yang kini telah menjadi istrinya tersebut.

Setelah kejadian itu selesai, Mike dan Samuel segera menyusul Christopher untuk membantu membawa Alyssa dan tak lupa juga memasang bebarapa kamera pengintai di tempat yang benar-benar tak akan diketahui oleh siapapun selain mereka sendiri.

Selama pengawasannya itu, dia tak melihat ada tada-tanda jejak yang ditemukan orang-orang saat mereka berusaha menyelidiki pembantaian yang dilakukan Christopher, dan dia benar-benar bersyukur atas hal tersebut.

Tapi belakagan ini, dia agak sedikit resah. Melihat ada dua orang yang sepertinya tak pernah puas dengan apa yang mereka temui, hingga berkali-kali mereka selalu datang dan berkali-kali pula mereka melihat ke segala penjuru demi mendapatkan sedikit petunjuk yang sepertinya tak pernah mereka dapatkan.

Hingga akhirnya....

Mike menggigit jarinya semakin kuat bahkan mungkin kini sudah berdarah hanya karena melihat pemandangan yang benar-benar membuatnya tak pernah semarah ini.

Diantara kedua pria yang selalu mendatangi kediaman Alyssa, hanya ada satu orang yang sepertinya benar-benar keras kepala yang selalu mencari, sedang yang satunya lagi tampak enggan dan sedikit terpaksa.

Dan dari apa yang dia lihat, sepertinya pria keras kepala itu menemukan sesuatu. Apapun itu, mungkin bagi pria keras kepala itu merupakan kabar baik, tapi tidak dengan pihaknya.

Kini dia harus melaporkan hal tersebut kepada Christopher terlebih dahulu sebelum bertindak lebih lanjut.

***

"Bagaimana hasilnya? Apa kau sudah tahu siapa pelakunya?"

Forus melirik sejenak sebelum kembali focus kepada laporan di tangannya. "Tidak. Kita benar benar kesulitan mencari petunjuk karena semua rekaman CCTV sudah dirusak dan pembunuh itu melakukannya dengan sangat rapih."

"Lalu? Yang kita temukan itu apa?" Tanya Lucas

"Hanya darah yang sudah mengering. Milik Alyssa."

"Jadi Alyssa benar-benar diculik?" Tanya Lucas lagi sambil sesekali menyeruput minumannya.

"Kita tak menemukan mayatnya sama sekali kan? Ponsel rusak milik Alyssa yang kita temukan juga tak memberi informasi apapun. Darah yang kita temukan juga hanya untuk memastikan bahwa Alyssa benar-benar ada saat pembantaian itu terjadi, dan besar peluangnya dia saat ini masih hidup. Tapi siapa pelakunya?"

"Jika kau tak bisa menemukan jawaban dari siapa, kenapa tak kau ganti saja dengan kenapa?" Ucap Lucas sambil melihat keramaian jalan raya di luar kafetaria.

Forus mengernyit tak paham. "Maksudmu?"

"Maksudku kenapa kau tak berpikir tentang kenapa mereka melakukan pembantaian itu hanya untuk menculik Alyssa? Mereka juga tak mencuri apapun dari sana jika yang mereka inginkan itu harta kekayaan. Dan jika mereka menginginkan sebuah tebusan, kenapa mereka tak menculik Alyssa ketika dia sedang sendiri atau lengah tapi malah membunuh seluruh keluarganya juga?"

"Bagaimana jika karena masalah perusahaan?" Tanya Forus.

"Bukankan untuk sementara perusahaan kini kau yang menghandlenya? Walau sempat terjadi beberapa masalah, tapi kau bisa mengatasinya dengan baik, kan?"

"Kau benar."

"Apa menurutmu ini karena masalah yang ditimbulkan Alyssa sendiri?" Tebak Lucas hati-hati.

Forus mengernyit, matanya memicing. "Maksudmu ini semua karesa salah Alyssa sendiri?"

"Bu-bukan itu maksudku. Tapi tak ada salahnya berspekulasi, kan?" Lucas sedikit salah tingkah.

"Cukup, aku tak mau mendengar apapun lagi darimu."

"Baiklah." Pasrah Lucas sambil menghela napas.

"Tapi, mungkin kau ada benarnya. Sepertinya aku harus mulai berpikir kenapa atau apa tujuan dari penculikan ini."

***

Tbc.

Maklumin kalau cerita ini banyak bolong-bolongnya karena author sendiri mulai lupa sama cerita ini dan harus membaca kembali :v

The Masked killerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang