-jisung-

21.5K 1.5K 69
                                    

makasih buat yang udah request~~

kali ini, aku nepatin janji buat bikin part -jisung- :))
ehm, sebenernya sih ini part udah dikerjain dari beberapa minggu lalu :")

tapi...

UKK.

hp ga dibuka.

JADI MAAF KALO TELAT UPDATENYA HUHUUUU
(btw aq masi kelas 8 :) )

request renjunnya masih masa progress, bcs renjun is my ULTIMATE BIAS jadi partnya harus bener bener baper baper ugh unch muach babayyyyy
makasih vommentnya :* i love u all

***

"Ke kiri, oy!" teriak seseorang di sampingmu, kamu merasakan tubuhmu yang dipangku olehnya.

Secercah cahaya muncul saat kamu mengintip dari celah mata. Sebuah tv yang masih menyala, menampilkan sebuah pertandingan bola yang menunjukkan skor 0-1.

Berbaring seperti ini, sungguh membuatmu menderita. Punggung dan kakimu yang menekuk benar- benar terasa pegal.

Kamu menoleh ke atas, berusaha memfokuskan pandangan dan menatap lelaki yang membuatmu terbangun dari tidur.

"Ehem!"
Dehamanmu rupanya belum bisa membuat dia mengalihkan pandangannya dari layar tv.

Tanganmu mengarah ke wajahnya, memberikan cubitan kecil di pipi tirus itu.
"Aish!" rintihnya selagi menepis ringan tangan kecilmu.

Baru sadar akan apa yang telah Ia perbuat, Jisung segera membulatkan matanya dan menoleh ke bawah. Melihatmu yang sudah menunjukkan ekspresi wajah kesal.

"C-chagiya? Kok bangun? Aku berisik ya?!" tanyanya panik sambil mematikan tv, meski kamu bisa melihat tangannya yang sedikit enggan untuk mengambil remote tv dan menekan tombol off.

"Nggak kok, aku nggak kebangun," jawabmu dengan sarkastik. Kamu menyunggingkan cengiran yang membuat Jisung makin merasa bersalah.

Jisung segera mengambil langkahnya untuk pergi ke kamar, sambil menggendongmu tentunya.

"Maafin aku,"
Wajahnya yang terlihat polos dan bersalah, membuatmu semakin nggak tega buat marahin dia.

Kamu bersender di punggungnya. Sudah lama kamu nggak digendong Jisung kayak gini.

"Udah lama, ya." gumammu pelan.
Namun, Jisung yang mendengarnya segera menoleh ke belakang, ke arahmu.
"Hmm? Udah lama apanya?"

Kamu tersenyum kecil selagi mendengar suaranya dengan nada yang tampak polos itu.
Matamu semakin berat karena punggung Jisung sangat nyaman untuk dijadikan senderan.

"Kamu udah jarang ngelakuin piggy-back ini ke aku. Sibuk sih," ocehmu sambil memeluk Jisung dari belakang.

Sesampainya di kamarmu dan Jisung, Ia segera melepaskan pelukanmu dan merebahkan tubuhmu di atas kasur.
Selimut hangat di ambilnya dan dibalutkannya untukmu.

"Kamu tahu, kan. Jadwal show emang lagi padat," tukasnya seraya mengambil posisi untuk tidur di sampingmu.

Jisung, suamimu yang sangat perhatian. 3 tahun yang lalu, kalian memutuskan untuk hidup bersama. Namun, kalian nampaknya belum meninginkan kehadiran satu anggota keluarga. Kamu masih ingin merasakan kebebasan dalam berkeluarga, sedangkan Jisung masih sibuk bekerja untuk mempersiapkan keperluan yang akan datang.

Tetapi, akhir- akhir ini kau dan Jisung sering kali berdebat. Sekarang Jisung merubah pola pikirnya.
Ia sangat bersikeras untuk mempunyai anak, namun kau tetap keras kepala.
Dan, dimulai dari situlah pertengkaran terjadi.

Kalian bisa saling diam selama 1 atau 2 hari, jika sudah bertengkar. Bahkan, Jisung tidak segan menginap di rumah Chenle atau Jeno jika emosinya sudah benar- benar meledak.

Kau yang sendirian di rumah, hanya bisa asyik menonton tv sambil menyeruput ramen favorit.
Dan sudah menjadi kebiasaan, jika tiba- tiba ada notifikasi pesan dari temanmu yang sedang bersama Jisung.
Contohnya saja, minggu lalu. Jisung sedang menginap di rumah Jeno.

'Hey (y/n), kau tahu? Jisung mengkhawatirkanmu sepanjang hariㅋㅋㅋ Bahkan dia menanyakanku berkali- kali tentang keadaanmu.'

Kamu yang mendapatkan pesan seperti itu, hanya bisa tertawa geli karena tingkahnya. Membayangkan mukanya yang sangat polos saja, sudah membuat kamu tertawa.
Setelah itu, kau akan menelfonnya dan meminta Jeno untuk memberikan ponselnya kepada Jisung.

Tidak perlu menunggu lama, Jisung akan mengangkat telfonnya dalam waktu beberapa detik.

"Hey, Jisung-ah,"

"Hm?"

Rasanya kau ingin tertawa saja sekarang.
"Ayo berbaikan,"

"Apa maksudmu," Sesaat setelah itu, dia langsung menutup telfonnya.
Dan beberapa menit kemudian, terdengar suara ketukan pintu dari arah luar rumahmu.

Tanpa basa basi, kamu segera membukanya, dan Jisung.

Tanpa basa basi, kamu segera membukanya, dan Jisung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*maap g hd ini fotonya duh dasar wp/?

Kamu segera memeluknya, dan dibalas oleh Jisung dengan kecupan yang hangat.

Sungguh, mau bagaimanapun juga, Jisung nggak akan menyembunyikan perasaannya terhadapmu.
Dia sangat perhatian.

Sekarang, di hadapanmu ada seorang Jisung yang sangat kau sayangi.
Dia menatapmu, dengan raut wajah yang masih sama seperti awal.
"Iya, aku tahu kok. Semua itu kamu lakuin buat masa depan kita nanti," jawabmu sambil tersenyum.

Tatapan Jisung yang tampak mengkhawatirkanmu tadi, segera memudar setelah kamu menjawabnya dengan seperti itu.
"Maafkan aku, Jisung-ah. Aku memang egois,"

Air matamu mulai menggenang. Kamu mengingat dirimu yang menjadi sumber dari pertengkaran kalian berdua.

"Aniyo, gwaenchana. Jika kau memang nggak setuju dengan pendapatku, kamu berhak buat mengatakannya kok," katanya sambil mengelus pelan surai kecokelatanmu.

Tangan Jisung yang hangat membuatmu semakin gemetar, tidak kuat untuk segera meledakkan tangis yang sedari tadi kau pendam.

"S-sekarang, aku siap."
Mendengar pernyataan darimu, Jisung segera membulatkan matanya.
"S-siap? Maksudnya, kamu ingin segera punya anak?"

Kamu mengangguk tulus, kembali merasakan sesuatu hangat di tubuhmu. Jisung memelukmu erat.

"Aku sayang kamu," bisiknya pelan seraya mengecup bibirmu pelan.
Kamu menganggukkan kepala, sambil membalas pelukannya.

"Nado," jawabmu pelan.

"Nado," jawabmu pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♡♡♡

marriage life - with nct dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang