Helaan nafasmu yang ke sekian kalinya, mencurahkan rasa kesal di hatimu yang sudah nggak bisa dipungkiri lagi.
Kamu menjatuhkan diri di sofa dengan keras, memikirkan seseorang yang telah mengingkari janjinya.
"Ya! Kalo kamu nggak bisa pulang cepat, nggak usah janji!" teriakmu sambil membanting ponsel, disertai suara yang gemetar.
Kamu ingin menangis, air matamu sedikit lagi sampai di ujungnya dan siap untuk meluncur deras. Tapi mau bagaimana lagi.
Intinya, kamu nggak boleh nangis. Itulah motto hidup yang udah kamu tetapkan sebagai aturan yang menempel di kehidupanmu setiap hari.Renjun, suamimu, yang tadi pagi sudah menjanjikan suatu hal yang sangat kamu tunggu- tunggu malam ini.
Ya, dia berjanji akan pulang cepat malam ini. Menghabiskan malam terakhir di bulan Juni, berdua.
Tapi, apa yang menjadi faktanya?
Sekarang, jam dinding sudah menunjukkan angka 10 malam.Harapanmu sudah pupus, Renjun ternyata bukan lelaki yang selalu menepati janjinya.
Kamu hanya bisa memeluk erat selimutmu dan menariknya sampai menutupi wajah, membiarkan dirimu terlelap dan merelakan semuanya.***
"(y/n)..."
Suara lembut seseorang yang kamu kenal membuatmu sontak mengintip melalui celah mata.
Terlihat sesosok lelaki lengkap dengan jas kerjanya, Renjun sudah pulang.Dengan mood yang sudah down, kamu menghela nafas sambil sesekali mengucek mata.
"Baru pulang, hm?" tanyamu sinis sambil berusaha memfokuskan pandangan ke arah wajahnya.
Pandanganmu masih blur karena terbangun secara tiba- tiba."Sayang, tolong maafin aku. Tadi ada meeting mendadak. Batre hp-ku juga habis, terus kamu tahu sendiri kan aku jarang bawa charger."
Sambil menunggu lanjutan pembelaan dari Renjun, dia mengambil posisi duduk disampingmu dan dengan tiba- tiba memelukmu sambil mengusap rambutmu.
"Maafin aku, sayang. Sekarang, kalau kamu emang udah ngantuk, kita tidur aja ya? Pagi-pagi, kita habisin waktu berdua. Tommorow will be our time. Aku bener bener janji."
Dengan perlakuan Renjun, rasanya kamu benar- benar ingin meneteskan air mata dan menangis sekuat- kuatnya."Oh iya, aku juga udah beliin cake kesukaan kamu. Kesukaan aku juga. Kita makan bareng besok, hm?"
Kamu nggak akan tahan.
Kamu nggak bisa membayangkan.
Bagaimana keadaanmu jika tidak ada Renjun selama satu bulan ke depan?
Bagaimana dengan pelukan hangat yang selalu Renjun berikan kepadamu setiap malamnya?
Kecupan manis dari suamimu yang juga selalu kau dapatkan, setiap paginya.Dan...
Bagaimana jika besok adalah hari terakhir kau bersamanya?
Pikiranmu sudah benar- benar gila sekarang.Tanpa sadar, kamu udah meneteskan air mata.
"E-eh?! Sayang, jangan nangis, dong,"Renjun terlihat khawatir dan mengusap pipimu yang basah karena air mata.
Inilah kali pertamanya kamu menangis, karena seorang pria."J-jangan pergi, Renjun-ah," bisikmu pelan sambil mengeratkan pelukanmu dengan Renjun.
Kamu tahu, pasti akan kangen dengan pelukan ini.
"Chagiya, ini urusan pekerjaan. Aku ngelakuin ini juga, kan, buat masa depan kita," jawabnya dengan senyuman manis yang membuatmu sedikit lega.
"Kita mau punya aegi, kan?"
Kata aegi membuatmu berdebar- debar dan rasanya hanya ingin membenamkan wajah di pundak Renjun."T-tapi, aku takut. Aku takut kamu kenapa- kenapa."
Renjun kembali mengusap rambutmu, tangannya yang langsing diletakkannya kembali ke sofa dan kini, bibirnya mengecup keningmu pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
marriage life - with nct dream
Romancemarriage life with nct dream?! yang bener aja, thor! bener kok, disini kalian dapet peran jadi istrinya para cowo cowo nct dream :))