#Haya6

89 13 5
                                    

Teruntuk hati, kenapa kamu suka sekali berteman dengan harapan tanpa kepastian?

Sinar sang Mentari begitu menyengat siang ini, namun itu bukan sebuah masalah bagi kedua insan yang saling melempar perhatian di tengah keramaian kota. Suara tawanya begitu khas terdengar, raut wajah mereka mendominasi sebuah kata 'Bahagia' . Apa kamu ingin bahagia? Dapat dipastikan semua orang menjawab ingin bahagia.

Wajah tampan rupawannya berseri-seri, memperlihatkan deretan gigi putih dan rapih. Jemari pria itu beralih meraih tangan sang gadis, menggenggamnya dengan erat seolah tidak mau sampai terlepas. Baik, biarkan semesta melihat betapa indahnya kisah cinta mereka. Biarlah langit bergemuruh ramai membicarakan mereka kepada pencipta. Mereka yang tengah berbahagia.

" Tahu tidak bedanya Bandung dengan Hawa? " bibirnya bergerak, menghasilkan suara khas seorang pria. Kedua mata runcing itu menatap gadis cantik yang ia sebut Hawa.

" Tau dong. Kalau Bandung itu kota, kalau aku manusia. Jadi beda kan kak. " mata teduhnya mengerjap polos. Hawa tersenyum manis, kedua pipinya memerah merasakan jari jemari pria itu mengait di jemarinya. Jatung Hawa berdegup kencang. Prianya bisa sekali merubah Hawa menjadi seperti kepiting rebus saat itu juga.

" Kurang tepat sayang, maksud saya bukan itu. Bandung diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum, jika Hawa diciptakan ketika Tuhan sedang bahagia. Sudah tahu bedanya? " Suara tawa mereka berdua kembali terdengar.

" Kak Ali ga cocok ngegombal gitu. Ga nyambung lagi gombalannya! Kata-katanya pasti nyontek ya? " tuduh Hawa seraya tertawa geli melihat ekspresi Ali yang berubah cengengesan.

" Saya lewat jalan Asia Afrika, ditembok ada tulisan Bandung diciptakan saat Tuhan sedang tersenyum. Terus saya ingat Hawa. " Genggaman tangan Ali terlepas, tangan kanannya mendekap pundak Hawa saat menyadari orang-orang mulai berdesakkan memasuki Mall dan hampir menabrak gadisnya.

" Kak, kalau kita ga jodoh gimana? Sebentar lagi kakak kuliah, di kampus itu banyak yang cantik ya? " Tanya Hawa pelan, kepalanya menunduk melihat ujung sepatunya.

" Berat ya obrolan Hawa Yasinta ini. Kalau kamu bukan jodoh saya, berarti saya cuma jagain jodoh orang dong. Hey, kenapa jadi berfikiran kemana-mana? Kamu percaya sama saya kan? "

Langkah keduanya terhenti, tangan Ali menangkup pipi Hawa. Menatap mata Hawa dengan dalam, seolah menyalurkan jawaban pasti akan sebuah pertanyaan yang tadi Hawa lontarkan.

" Kasian ya, cuma jagain jodoh orang. " Kini, tangan Hawa terulur untuk menyentuh puncak kepala Ali.

" Kata-katain aku dong kak? Bully aku, trus bikin aku nangis. " lanjut Hawa dengan tatapan serius. Kening Ali berkerut bingung, jelas terlihat jika ia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Hawa.

" Kenapa malah meminta saya membuat kamu menangis? " Tanya Ali dengan ekspresi kebingungan.

" Kalau aku di Bully terus aku sakit hati, artinya aku ada dalam barisan orang-orang yang terdzolimi. Do'a orang terdzolimi itu kan cepet di kabul, nah setelah itu aku bakal berdo'a supaya berjodoh sama kak Ali. Biar kak Ali bukan cuma jagain jodoh orang. " Ucap Hawa antusias.

Mendengar jawaban dari Hawa, sontak Ali tertawa hingga kedua matanya berubah segaris. Kedua tangan Ali mencubit pipi Hawa, hingga sang pemilik meringis kesakitan.

" Hawa Yasinta. "

" Iya kak? "

" Hawa Yasinta. "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang