#Haya1

194 29 10
                                    

" Kenapa masih hidup hah? Kenapa ga mati aja? "

Deg!
Deg!

Seketika aku terbangun dari tidur lelapku, melihat jam dinding yang mulai menunjukkan Pukul 03:00 dini hari. Keringat dingin bercucuran dari keningku, dengan jantung yang berdebar aku mulai memejamkan mata sembari menggigit jempol.

Mungkin ini aneh untukmu, tapi menggigit jempol adalah kebiasaanku.

Perasaanku diselimuti ketakutan, kejadian buruk beberapa tahun yang lalu terngiang difikiranku.

Aku mencoba untuk kembali tidur, memikirkan hal paling indah yang pernah aku alami.

Tenang, tenang, tenang.

" Hawa, ayo bangun sayang. Udah pagi loh, gamau telat kan? "

Sayup-sayup terdengar suara khas yang paling aku sukai. Suara yang menjadi bagian favoritku selama beberapa tahun ini.

Tangannya mulai mengusap lembut surai rambutku, membuat mata ini terbuka perlahan, pertama kali yang aku lihat adalah senyum manis yang menghias wajah cantiknya.

" Bundaaa, masih ngantukkk. "

Aku memeluk pinggangnya, wanita paruh baya ini adalah Bundaku. Linda Christiani. Setiap pagi beliau selalu membangunkanku dengan caranya.

" Ayo jangan malas gitu sayang, sekarang udah jam 5 subuh, harus Shalat kan? Habis itu mandi dan siap-siap, oke cantik? Jangan lupa bangunin Abangmu " Bunda merengkuh tubuhku, aku mengangguk mengerti.

Ada perbedaan diantara aku dan keluargaku. Ayah, Bunda dan Abang memeluk agama Christiani, sementara aku muslim.

Aku bukan darah daging Tuan Mahendra dan Nyonya Christiani, singkatnya begini. Beberapa tahun yang lalu, aku diangkat menjadi seorang anak oleh keluarga Mahendra. Tentu saja Panti Asuhan tempat aku tinggal menyetujuinya, karena keluarga Mahendra masuk dalam kriteria untuk menjadi orangtua asuh.

Disinilah aku, tinggal dengan keluarga Mahendra. Jujur, aku sangat senang bukan main. Pasalnya, keluarga ini memperlakukanku dengan sangat baik. Keluarga kandungku saja membiarkanku terlantar, tapi keluarga Mahendra menanti kedatanganku.

Tahun ini aku duduk di kelas 2 SMA, keluarga Mahendra mendaftarkanku di sekolah elite yang berada di Bandung.

Bunda keluar dari kamarku, dengan segera aku menyiapkan diri untuk pergi ke sekolah. Setelah memastikan semuanya siap, dengan wajah berseri-seri aku mempersiapkan diri memasuki kamar Abangku.

Krett
Ceritanya, itu suara pintu yang kubuka.
Setelah terbuka, terlihat seorang laki-laki yang tengah bersembunyi dibalik selimutnya.

Ekhemm, aku harus bersiap mengeluarkan suara emasku saat berada di kamar Abang. Jadi Abang harus bersiap mendengar suaraku.

" ABANGGGGG!! ABANG TUKANG TIDUR AYO KITA SEKOLAH BIAR PINTER. " Aku mulai mengguncangkan tubuhnya sembari berteriak tepat ditelinganya, tidak lupa untuk menarik selimut yang ia pakai hingga tersingkap.

Abang mulai menggeliat terganggu, dia langsung terbangun dan aku pastikan dia akan mengucap kalimat ini : hawa yasinta! Bisa ga banguninnya tanpa kekerasan, telinga gue hampir pecah nih woy!

Mari kita hitung,
1
2
3
" hawa yasinta! Bisa ga banguninnya tanpa kekerasan, telinga gue hampir pecah nih woy! "
Yes! Dugaanku benar, aku hanya memperlihatkan senyum tak berdosa.

"Bangun bang, jangan tidur terus. Aku kan sebagai adik yang berbakti cuman mau bangunin abang yang sibuk dialam mimpi. Udah ah, cepet mandi bang. Aroma ga enak udah menusuk hidung. Serius " aku menutup hidungku dan berlari kecil keluar kamarnya sebelum Abangku yang satu ini murka.

Aku berjalan santai menuruni anak tangga, melihat Ayah dan Bunda yang sudah duduk di meja makan.

" Selamat pagi Ayah! " Aku duduk di sebelah Bunda yang terlihat sibuk mempersiapkan sarapan.

" Pagi juga anak Ayah, udah bangunin abang belum? " Ayah menyapaku dengan suara baritonnya yang khas. Aku mengangguk cepat, dan mulai memakan roti yang sudah disiapkan Bunda.

" Bun, Hawa bangunin Dirga teriak-teriak lagi tuh. Kayanya ntar siang Dirga harus check ke bagian THT. " Aku menoleh pada suara yang ada di depanku, aku hanya terkekeh sambil menjulurkan lidahku.

" Abang susah dibanguninnya sih, makannya lain kali abang inisiatif bangun sendiri. " Ucap Bunda yang membuatku kegirangan.

" Sudah sudah, ayo sarapan nanti Dirga sama Hawa telat. " Ayah melerai, kami mulai menikmati sarapan.

" Bunda, Ayah. Dirga sama Hawa pamit sekolah dulu ya. " Abang beranjak dari tempat duduknya, aku melakukan hal yang sama seperti Abang tapi bedanya aku meraih tangan ayah dan bunda lalu menciumnya.

" Hawa pergi ya! "
Aku berlari menyusul Abang yang tidak terlihat dari pandanganku.

" Bang cepetan! Lama ah, nanti telat. " Aku melihat jam tangan hitam yang melilit di tangan kiriku dan kembali memeluk pinggangnya. Abang mulai mengayuhkan sepeda dengan cepat.

" Iya iya, ini Abang udah cepet. "
Aku dan Abang pergi ke sekolah menggunakan sepeda, kadang aku yang memboncengnya, tapi kebanyakan dia sih yang memboncengku.

Ternyata begini rasanya mempunyai Abang? Walaupun Bang Dirga itu menyebalkan, tapi dia yang selalu melindungiku. Saat aku kecil, dia itu sangat galak, kalau aku jatuh dari sepeda dan menangis dia selalu memarahiku.

"Kamu itu jangan cengeng! Dasar payah, masa jatuh aja nangis! Aku gamau punya adik cengeng, kalau kamu nangis terus aku gamau jadi abang kamu. Nyusahin. " dia melotot kearahku yang sedang menangis karena lutut dan tanganku berdarah akibat jatuh dari sepeda. Mendengar itu, aku langsung tersenyum dan berhenti menangis. Tapi setelah memarahiku, dia mengobati luka di lutut dan tanganku.

1 minggu setelahnya, aku terserempet mobil saat sedang mengejar kupu-kupu. Kening, kedua lutut dan tanganku berdarah. Aku pulang menahan tangis, saat bertemu dengan Abang. Aku bilang
" Abang! Hawa diserempet mobil nakal, trus Hawa jatuh. Tapi hawa ga nangiss. " aku tersenyum kearahnya, tapi malah Abang yang menangis tersedu-sedu melihatku, mengadu kepada Ayah dan Bunda.

" Hiks hiks, Adik sakitt? Maaf ya, adik sakitnya kasih ke abang aja, hiks kasian adik. " Abang menutup wajahnya, saat melihatku di bawa ke rumah sakit.

Aku tersenyum mengingat kenangan beberapa tahun yang lalu dengan Abang angkatku, Dirga Mahendra Christian.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bandung, 30 Januari 2009
Hawa Yasinta.

----------

Alhamdulillah, part 1 sudah bisa dibacaa! Maaf telah me revisi HAYA. Semoga bisa lebih menikmati cerita HAYA yang baru okai ? Cerita kali ini akan lebih di arahkan ke misteri jadi coba tebak-tebak sendiri apa yang bakal terjadi 😂

Vote,Comment sangat dinantikan. Jangan lupa recommend ke teman-temannya ya ❤
Happy Reading !

With Love,
Winda Fadillah.

HAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang