KEJUTAN

13 5 0
                                    


NADIRA

Biasanya aku selalu bisa menghindar dari acara makan malam atau hanya sekedar keluar minum kopi bersama tim, tapi sialnya mala mini aku tidak bisa menghindar dan dengan berat hati aku harus duduk si tengah tiga laki-laki yang sangat aku hindari. Siapa lagi kalau bukan mas bima, mas remon dan mas fajar.

"Susah banget ngajak kamu keluar" kata mas remon sambil memakan porsi keduanya. Dan aku hanya tersenyum sambil mengaduk es the manis di depanku.

"Kalau libur panjang kita liburan bareng lah, biar seru dan tambah akrab gitu", seru mas bima dengan semangat.

"Bodoh" sahut mas fajar "mana ada wartawan libur panjang, selain ambil cuti dan mana mungkin kita satu tim bisa ambil cuti bareng, nanti siapa yang mau liputan soal hukum".

"Iya juga ya" kata mas bima.

"Habis makan, karaoke ya" usul mas remon terlihat semangat.

"Maaf mas, aku nggak bisa ikut" kataku pelan, sambil melihat mereka satu persatu dengan pandangan meminta pengertian pada mereka.

"Yah ikut dong dira" kata mas bima sambil menepuk pundakku "masa kita pergi tanpa adik kesayang kita sih".

Cih, adik kesayangan katanya. Dulu memang mereka memperlakukan aku seperti itu saat aku pertama kali masuk dan bergabung dengan tim mereka, apalagi aku adalah wanita satu-satunya di dalam tim ini setelah kak indri keluar bebrapa saat setelah aku bergabung. Ah aku sangat malas menanggapi ocehan mereka yang ngelantur, aku ingin segera pergi dari sini. Tapi aku rasa kurang sopan pergi di tengah acara makan seperti ini.

Aku cuma bisa meghela nafas berat menanggapi mereka bertiga, lebih tepatnya mas bima dan mas remon, karena mas fajar lebih banyak diam dan hanya tertawa menanggapi kedua teman gilanya. Aku rasa dia satu-satunya yang masih waras. Moodku beberapa hari ini kurang bagus karena tian tiba-tiba menghilang dari beberapa hari yang lalu. Terakhir aku bertemu dengan dia, saat di florist malam itu setelah itu tiba-tiba dia pergi dan tidak pernah membalas pesanku sejak itu. Aku jadi khawatir dengan keadaannya.

"Jadi ikut kan dira ?" pertanyaan mas bima membuyarkan lamunanku.

"Ah maaf mas, serius aku nggak bisa ikut. Ada janji habis ini" aku membereskan blezert dan kameraku kemudian berdiri dan menatap mereka bergantian "aku balik dulu ya mas, biar aku yang bayar".

Tanpa menunggu jawaban mereka, aku langsung berlalu menuju kasir, baru saja aku akan menanyakan bill pada mas-mas kasir yang menyambutku, tiba-tiba ada tangan yang mencegahku.

"Biar aku yang bayar" tanpa menunggu jawabanku mas fajar sudah mmberikan kartunya pada si mas penjaga kasir, "kamu langsung balik aja" lanjutnya.

"Oh iya, makasih banyak mas. Aku balik duluan". Aku mengangguk singkat pada mas fajar kemudian berjalan keluar dengan cepat sebelum mas bima dan mas remon kembali mencegahku.

Diluar langit begitu cerah, bulan menampakan sebagian dirinya yang terlihat sangat indah, bintang juga masih setia disana. Aku berjalan menyusuri trotoar yang terasa senggang dan tidak terlalu banyak orang yang berjalan disini, dengan memegang blezer dan kamera, aku berjalan pelan sambil menikmati semilir angina yang menerpa kulitku. Karena tadi pagi aku ke kantor diantar oleh arga, berakhirlah sekarang aku pulang harus naik busway, yang jaraknya cukup jauh dari sini.

"Aku antar pulang" tiba-tiba ada seseorang yang langsung merangkul pundakku, membuatu seketika menghentikan langkahku dan menyentakan tangan itu dengan kasar.

"Mas bima ?" seruku dengan terkejut ketika melihat siapa yang merangkulku dengan tiba-tibaa tadi.

"Aku antar pulang ? atau kamu mau pergi kemana sama aku ?" Tanya mas bima dengan senyum yang mengerikan.

Sweet escapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang