DEMI KAMU

11 6 0
                                    

CHRISTIAN

"Kamu sudah memikirkannya sayang ?". Aku mengabaikan pertanyaan mami dan lebih memilih langsung berbaring diatas ranjang empukku, aku baru saja pulang dari kantor yang terasa lebih membosankan dari biasanya, sampai rumah bukanya aku mendapat ketenangna malah dapat pertanyaan seperti ini.

"Tian ini sudah satu minggu dan kamu belum memberi keputusan".

Aku melirik mami yang sedang berdiri disamping ranjangku, "tidak ada yang peril difikirkan lagi mi, karena mami dan papi sudah tau dengan jelas jawaban ian gimana".

"Semua tidak semudah itu ian".

"Tian tidak pernah bilang mudah".

"Tapi kamu dengan semudah itu memberikan jawaban sayang">

Aku duduk, menatap mami yang masih berusaha membujukku dengan kata-katanya, "memangnya mami sama papi tidak semudah itu membuat keputusan untuk hidup tian ini ?".

"Tidak" sahut mami cepat sambil duduk di depanku "kami memikirkan semuanya dengan matang sayang, kami sudah memikirkan semua ini matang-matang".

"Untuk apa semua ini mi ? kenapa kalian selalu membuan jalan untuk hidup tian ? ini hidup tian mi dan biarkan tian memilih jalan tain sendiri".

"Karena kamu anak mami sayang, dan kami melakukan semua ini demi kamu".

"Kalau semua ini demi tian, seharusnya tian bisa bahagia mi".

"Apa kamu masih belum bahagia dengan semua yang sudah kamu dapatkan ?".

Aku metapa kedalam mata mami, apa mami serius menanyakan hal itu padaku ?, apa aku bahagia dengan semua yang kudapatkan dari kedua orang tuaku ? jawabannya sudah pasti tidak, tapi aku tidak mau mengakuinya secara langsung di depan mereka, karena bagaimanapun mereka adalah orang tuaku dan aku harus menghormati mereka.

Mungkin dimata orang lain yang melihat kehidupanku akan mengatakan bahwa aku sangat beruntung memiliki orang tua seperti orang tuaku. Bisnis papi sangat lancar, sehingga aku tidak kekurangan apapun dari kecil, bahkan mungkin semuanya menurutku terlalu berlebihan. Selain itu aku juga tidak perlu bekerja keras untuk mendapatkan pekerjaan karena aku pasti akan mewarisi bisnis yang sudah dibangun papi, masih kurang bahagia apa aku di mata mereka ?, Tapi yang aku rasakan selama ini hanyalah kosong.

Semua terasa kosong adalah karena hidupku penuh dengan kontrol dan aku seperti robot yang orang tuaku ciptakan, yang harus menuruti semua rencana yang mereka buat dengan dalih semua yang mereka lakukan adalah demi aku. Tapi apa yang aku dapatkan dari semua itu hanyalah rasa hampa dan kesepian, aku memiliki dua kakak perempuan tapi mereka sama sekali tidak dekat denganku karena menurut mereka papi terlalu sayang denganku dan mengabaikan mereka.

Aku pernah bilang papiku adalah ketua dari club anti emansipasi kan ?. ya papi membuatku menjadi anak emas di rumah karena akulah satu-satunya anak laku-laki yang boleh mewarisi perusahaan, dan itulah yang membuat kedua kakak-ku sangat marah. Mereka lebih tertarik di bisnis dari pada aku, tapi papi selalu mengabaikan itu dan hanya menyuruh kedua kaka-ku untuk menikah dan membangun keluarga mereka sendiri.

Tidak pernah ada pilihan dalam hidupku, walaupun mereka selalu meminta jawabnku tapi nyatanya mereka hanya memberikan perintah bukanlah pernyataan. Menurutku semua yang aku lalukan selama ini sudah cukup, aku selalu menuruti keinginan mereka, karena bagaimanapun aku ingin mereka bahagia walauoun dengan sangat berat hati aku akan mengubur kebahagiaanku sendiri karena itu.

Tapi tidak untuk kali ini, untuk pertamakalinya aku menemukan seseorang orang yang bisa mengisi kekosonganku selama ini dan aku harus mempertahankannya, apapun resikonya nanti. Aku memilih kembali berbaring sambil menutupi mataku dengan tangan, mengabaikan mami yang sepertinya masih menunggu jawabanku.

Sweet escapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang