10

244 31 4
                                    

Jam bekermu berbunyi kencang. Kau masih sangat mengantuk, sementara bunyi deringan itu mengusik tidurmu. Tanganmu meraba jam beker yang ada di atas nakas di samping ranjangmu.

Tapi sudah ada tangan seseorang disana. Kau gelagapan bangun dan melihat siapa gerangan. Ternyata dia pacarmu, Hyunbin.

"Yak! Apa yang kau lakukan hah?!"

Kau memukul pria itu. Hyunbin hanya terkikik geli.

"Aku menunggumu sejak tadi pagi. Kau sulit sekali dibangunkan."

Kau refleks menutup muka dengan kedua tanganmu. "Ah, aku masih buruk. Berantakan sekali. Pergilah."

"Seburuk apapun kamu tetap saja cantik."

"Jangan menggoda."

"Aku sudah melihat semuanya. Kotoran di sudut matamu, air liur yang mengalir di sudut bibirmu, dan bau mulutmu yang khas. Pacarku seperti ini rupanya." Hyunbin tertawa.

"Hei, berani tertawa kau?" Kau masih malu sambil menutupi mukamu yang terlihat menyeramkan.

"Kenapa? Ayo ganti bajumu dan kita pergi jogging."

"Aku mandi dulu." katamu sambil menyibak selimut.

"Tidak perlu. Cuci muka dan sikat gigi saja. Menurutmu, aku sudah mandi?" Hyunbin terkekeh lalu meninggalkan kamarmu.

Sepuluh menit kemudian kau keluar dari kamar. Memakai kaos pendek, trining, bersepatu dan mengucir rambut panjangmu.

Hyunbin menggandengmu. "Tante, saya akan mengajak y/n untuk beberapa waktu. Saya pastikan y/n baik-baik saja."

Dia meminta izin pada ibumu masih sambil menggandeng tanganmu erat-erat. Ibumu tersenyum sambil menepuk bahu Hyunbin, "baiklah."

Kalian keluar dari rumah. Hyunbin sudah menyiapkan sepeda bersambung dua. "Ayo naik!"

Kau naik di bagian belakang. Hyunbin mengayuh sepedanya, sedangkan kakimu hanya menempel di kayuhannya tanpa memberi dorongan.

"Hei, kayuh yang benar." Hyunbin menyadari muslihatmu. Kau cengengesan.

Sampai di suatu tempat yang biasa digunakan untuk jogging, kalian berhenti. Kalian mulai berlari pelan sambil sedikit mengobrol.

"Kenapa kau mengajakku jogging ketika aku ingin tidur di rumah sampai siang?" tanyamu pada Hyunbin yang masih fokus ke depan.

"Kau itu calon istriku. Tidak baik bangun terlambat. Bagaimana dengan tugasmu sebagai seorang ibu rumah tangga?"

"Hei."

"Benar, kan?" Hyunbin terkekeh. Kamu hanya tersenyum dengan pipi yang merah.

Hyunbin adalah pria yang sangat konsisten. Sejak pertama kali melihatmu, dia sudah berjanji akan mendapatkanmu dengan segala upayanya. Dia akan menanggung segala resiko ketika mungkin ia akan menyesal atau kecewa karena mengejarmu.

Dia berprinsip untuk tulus kepada semua orang dan tidak memandang dari segi apapun.

"Oppa." panggilmu.

Hyunbin langsung menoleh. "Apa? Kau memanggilku apa?"

Sangat jarang atau nyaris tidak pernah kau memanggil Hyunbin dengan sebutan 'oppa'. Karena menurutmu itu panggilan yang manja dan karena kau tahu Hyunbin menyukainya, maka panggilan itu jarang kau gunakan.

"Oppa." Katamu lagi sambil melihat Hyunbin dengan tatapan datar.

"Iya, ada apa?" Hyunbin tersenyum.

"Tidak. Kau… seperti ada yang ingin kau ceritakan padaku. Apa?"

Hyunbin menghentikan larinya perlahan. Kau ikut berhenti.

"Aku... Sebenarnya aku ingin..."

Dia memegang tanganmu. "Aku ingin mengajakmu makan bubur setelah jogging, lalu pergi ke pantai, menikmati udara dingin di musim panas, menghabiskan hari bersamamu." Hyunbin tersenyum.

"Apa kau akan pergi?" tanyamu penasaran.

Hyunbin tersenyum kecut.

. . .

Setelah melakukan jogging, kalian pergi makan bubur di suatu tempat yang jarang kalian datangi semenjak Hyunbin tak lagi menjabat sebagai kakak kelasmu. Berbicara panjang lebar disana.

"Kapan? Kemana? Untuk apa? Berapa lama?" tanyamu dengan muka masam.

"Besok aku akan pergi ke Amerika selama... ah, aku tidak tahu. Aku menerima pernyataan bahwa aku bisa melanjutkan studiku disana."

"Kenapa kau tidak bilang padaku sejak lama? Aku bisa memersiapkan hatiku untuk merelakanmu."

"Hei, aku hanya pergi barang tiga atau empat tahun dan kita tetap bisa berkomunikasi sebanyak yang kau mau."

"Terserah."

Hyunbin berjanji akan mengajakmu ke pantai. Dan ia pun menepatinya. Kalian pergi ke sebuah pantai naik mobil Hyunbin.

Kini, kau benar-benar melihat pantai di depan matamu. Pantai yang sangat indah dengan air birunya. Ombaknya yang kecil dan suara burung-burung yang berkicau membuat pikiran menjadi tenang.

Hyunbin terus menggandengmu selama berjalan di tepi pantai. Dia memandang luas ke arah laut, sedangkan kau menatap wajah Hyunbin tanpa mau merelakan pria itu untuk pergi, kemanapun.

Tiba-tiba kau memeluknya. Erat. Tenggelam di dadanya. Hyunbin terkejut, perlahan membalas pelukanmu sambil membelai rambutmu.

"Kuharap kau tidak pergi besok." katamu dengan nada tidak rela

Hyunbin melepas napas panjangnya. "Maaf. Aku tidak bisa menunda kesempatan apa yang sudah aku impikan selama ini."

Dia melepas pelukanmu dan mengusap pipimu. Hyunbin mengajakmu agak jauh dari pantai, masih merangkulmu. Kalian duduk di atas pasir.

"Oppa, aku harap kau lebih tidak bisa meninggalkanku dan menikahiku secepatnya daripada melanjutkan studi bodohmu itu."

"Tidak ada studi yang bodoh. Dengar, aku hanya sebentar saja. Aku tidak akan pernah pindah ke lain hati."

"Bisa saja kau lebih menyukai gadis Amerika yang lebih menarik daripads aku. Yang memiliki kulit eksotis, bertubuh sexy dan lihai dalam berciuman. Aku tahu aku memiliki banyak kekurangan dalam hal seperti itu."

"Hei, kau ini bicara apa?" Hyunbin tertawa kecil.

Hyunbin merangkulmu, mengelus lengan kananmu. "Jangan bicarakan hal seperti itu. Kau tidak bisa menjadi apa yang aku mau. Tapi, kau sudah berusaha yang terbaik dan selalu mengerti keadaanku. Jadi, sekali lagi, mengertilah aku tentang studi ini."

Kau bersandar di pundaknya, memeluk Hyunbin seperti tak ingin melepasnya. "Aku sangat menyayangimu. Apa yang harus aku lakukan kalau kau pergi seperti itu?"

"Lanjutkan hidupmu dengan baik." Hyunbin tersenyum.

"Bagaimana kalau aku selingkuh? Kau tidak khawatir tentang hal itu?" Kau berusaha mendekapnya dengan mengancam.

Hyunbin terkekeh. "Kita sudah saling percaya, lagipula. Jadi, kalau kau berselingkuh, berarti kau berkhianat dan tak pernah percaya padaku."

Kau cemberut, menoleh ke arah Hyunbin dengan mata berbinar. "Aku percaya padamu. Aku sangat mencintaimu, oppa. Pergilah kemanapun, aku akan menunggumu usai. Aku tidak akan pindah ke lain hati."

Hyunbin tersenyum. "Baiklah. Kita berjanji ya. Setelah aku pulang, aku berjanji akan melamarmu. Aku akan menikahimu segera setelah itu. Tunggu aku."

"Aku akan menunggu." Kau tersenyum penuh haru.

Hyunbin turut tersenyum, dia mengecupmu singkat. Kau tersenyum, kalut dengan perih karena Hyunbin akan meninggalkanmu.

























a/n :

gw sedih denger kabar kalo hyunbin dkk bubar:( ga rela gitu gw liat mereka berhenti nyanyi, nari. tapi terima kasih sudah berusaha keras, jbj❤

end tidak nih? vote di komen 'yas' or 'nope'

pretending • hyunbin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang