Chapter 4 : Perundingan Kalijati

1.8K 116 24
                                    

Hello! Mitsuki here! Updatenya cepetkan? XD yaa... Itu karena sekolah Mitsuki lagi libur semingguan!

Nah, di chap 4 ini awalnya masih flashback tentang Netherlands dan di sini ada sejarah juga, jadi klo misalnya ada kesalahan tolong kasih tau Mitsuki ya. Oiya, gomenasai buat chap 3 kalau pendek banget-_-

Jujur aja nih ya, setelah Mitsuki menulis cerita ini, Mitsuki jadi lebih pinter di Sejarah karena nyari bahan buat bikin ceritanya ini 'wajib kudu musti harus' tau sejarah Indonesia dulu. Dan bener-bener mengharukan banget sejarah Indonesia, apalagi kalau sejarahnya itu dijadikan sebuah cerita seperti Hetalia yg ceritanya negara-negara itu seorang manusia...

Disclaimer : Hetalia punya Hidekazu-sensei! Kalau punya Mitsuki, pasti udah ada Hetalia Indonesia dan Netherlands sering muncul bersama Indonesia XD

Selamat Membaca

"...Baiklah... Aku serahkan kau Indonesia, tapi kumohon..." Japan yang mendengar Netherlands berkata 'kumohon' agak terkejut, karena Netherlands yang ia kenal, tidak pernah mengatakan hal itu sebelumnya, "kumohon tolong jaga Indonesia dengan baik, jika kau bisa menjanjikan hal itu, aku tidak akan pernah masuk ke Indonesia lagi..."

"Aku berjanji..."Japan kemudian tersenyum melihat bahwa akhirnya ia bisa membuat Netherlands untuk menyerahkan Indonesia kepadanya.

(Netherlands's POV)

Aku memang tidak terlalu yakin akan janji Japan kemarin itu. Tapi apa boleh buat hari ini, 8 Maret 1942, aku akan berunding dengan Japan di Kalijati. Aku tidak terlalu mengikuti perundingan ini, walaupun aku sebenarnya adalah seorang Negara yang sedang dirundingkan di sini. Yang kudengar hanyalah tentang Wilhelmina, Bandung, Balatentara, menyerah atau meneruskan perang. Sekarang yang dipikiranku itu hanyalah Indonesia. Apakah Japan benar-benar bisa menjaganya?

"Sekarang kita berada di tengah-tengah peperangan," kata Panglima Tertinggi Balatentara Dai Nippon Jenderal Imamura yang menghentikan lamunanku, "Persidangan ini bukan tempat untuk permusyawaratan diplomatik. Maksud kami hanyalah membicarakan: menyerah atau meneruskan peperangan."

Sepertinya para wakil negaraku tidak ingin menyerahkan seluruh Indonesia, Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh hanya hendak menyerahkan Bandung dan sekitarnya ke Japan. Hah... Tentu saja mereka tidak mau.

"Jika maksud tuan hanya hendak menyerahkan Bandung dan tidak mau menyerah, sebagaimana yang tuan pertahankan, tak berguna lagi untuk meneruskan pembicaraan ini. Berarti tuan memilih melanjutkan perang." kata Imamura yang sepertinya semakin emosi dari pertama kali aku melihatnya.

"Suatu hal yang nyata bagi kami ialah bahwa tentara Netherlands sudah terang dan nyata tidak dapat melawan Japan." Sekarang giliran Ter Poorten yang berbicara dan tentu saja aku juga setuju dengannya.

Walaupun aku tetap tidak mau menyerahkan Indonesia, Japan pasti akan terus melanjutkan perang denganku dan sudah pasti aku akan kalah darinya, karena tentara militerku sudah habis dihancurkan oleh Japan.

Beberapa menit kemudian, perundingan yang tidak terlalu aku ikuti ini selesai dengan Netherlands harus pergi dari tanah Indonesia esok hari dan Japan menyuruhku untuk menyiarkan perintah penghentian perang kepada tentaraku seluruhnya esok hari dengan perantara radio.

Dan sekarang aku tinggal harus mengemas barang-barang yang ada di rumahku bersama Indonesia. Kira-kira bagaimana Indonesia menangapi hal ini? Apakah dia akan senang atau sedih?

"Neth…" panggil Indonesia di saat aku sedang duduk termenung di kamarku, "kau benar-benar akan pergi?" Tanya Indonesia yang entah kenapa aku baru menyadarinya kalau dia ini sudah jauh lebih dewasa daripada pertama kali aku melihatnya, mungkin jika di samakan dengan manusia, umurnya pasti sudah 15 tahun.

Uni Indonesia-Netherlands (Hetalia Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang