Aku tau, kau masih membenciku... Karenanya aku berjanji sebelum Ratuku mengirimkan surat itu." Ujar Netherlands sambil berjalan menuju jendela.
"Janji?"
"Yaa... Ini janji yang ku buat untuk diriku sendiri," Netherlands kemudian mengambil cerutunya dan mulai merokok kembali, "janji itu isinya... 'Jika Indonesia menerimaku, aku akan melakukan apapun yang dia butuhkan dan tidak akan memperlakukannya seperti dulu. Tapi kalau Indonesia menolakku.... Aku akan pergi dari kehidupannya dan tidak akan menggangunya maupun menemuinya lagi."
Setelah pernyataan Netherlands tadi. Singapore, Malaysia, Philippines dan Brunei hanya diam di tempat. Masih mencoba untuk mencerna apa yang dikatakan oleh pemuda berkepala pirang itu. Sedangkan Indonesia mengepalkan tangannya dan menuju ke arah sudut kamarnya, tempat di aman ia menyimpan sebuah senjata yang menemaninya di setiap perang yang ia ikuti, yaitu bambu runcingnya.
Setelah mengambil bambu runcingnya. Indonesia berkata,
"Oi Neth, janji bodoh macam apa itu?" dan kemudian berjalan menuju tempat ia semula berdiri.
"Hanya janji yang akan..." Netherlands kembali menghisap cerutunya. Tapi tanpa menunggu Netherlands berkata apa-apa lagi. Indonesia langsung berlari ke arah Netherlands dan menghunuskan bambu runcingnya tepat ke arah belakang Netherlands.
"Kak! Berhenti!" dan teriakan salah satu adiknya, menghentikan serangannya tadi yang hampir mengenai tubuh besar dan kekar Netherlands.
"... Menguntungkanmu, Nesia." Lanjut Netherlands tanpa memperdulikan senjata yang hamper mengenainya itu. Tapi, Indonesia malah semakin marah dan berkata,
"Menguntungkanku dari Hongkong! Dua-duanya merugikanku!" teriaknya dan jauh di negara lain di sebelah timur Asia. Hongkong bersin dan berharap dengan sangat, supaya Indonesia bisa mengubah kebiasaannya itu yang membuat dirinya bersin-bersin setiap hari.
Kemudian, Netherlands membalikkan badannya dengan wajahnya yang expressionless.
"Kalau kau menerimaku, aku akan melakukan apapun untuk membantu negaramu dan itu akan sangat menguntungkanmu, Nesia," Indonesia menurunkan senjatanya, "dan kalau kau menolakku, aku akan pergi dari negaramu dan tidak akan kembali, seperti yang selalu kau inginkan." Jelas Netherlands.
"Aku... Mengerti semua itu..." Indonesia menundukan kepalanya, enggan melihat wajah mantan motherland-nya.
"Dan barusan kau menolakku... Besok aku akan pergi secepatnya setelah menemui Bossmu." Netherlands kemudian pergi ke luar kamar Indonesia dan adik-adik Indonesia hanya dapat melihat Netherlands keluar kamar tersebut. Kemudian melihat ke arah kakak mereka yang hanya mematung di tempatnya.
Tak tahan melihat kakaknya seperti itu, Brunei juga ikut pergi ke luar kamar ingin berbicara sebentar dengan Netherlands. Sedangkan adik-adiknya yang lain mendekati Indonesia yang sudah melepaskan bambu runcingnya dan duduk di tepi kasurnya.
"Ate... Ate beneran mau nolak Netherlands?" Tanya Philippines tetapi Indonesia tak menjawabnya.
"Oi Indon, kenapa muka awak? Bukannya awak senang si kepala tulip itu pergi?" Tanya Malaysia dan Indonesia hanya diam, "sudahlah Ndon, jangan dipikirkan lagi. Kalau awak terus seperti itu, kita semuakan yang jadi susah." Kata Malaysia kasar, namun sebenarnya hanya ingin menghibur Indonesia.
Beberapa saat Malaysia berkata seperti tadi. Indonesia akhirnya menjawabnya dengan,
"Iya ya, seharusnya aku senang... Maaf, sudah buat kalian khawatir tadi... emang si kompeni itu sebaiknya pergi saja ya... hahaha..." Indonesia lalu menunjukan wajah senyumnya dan tentu saja keriga orang itu tau kalau wajah itu dipaksakan tapi mereka tidak berkata apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uni Indonesia-Netherlands (Hetalia Fanfiction)
FanfictionTerima atau tolak. Itu adalah pilihan yang dipunya Indonesia saat Netherlands datang ke negaranya menanyakan tentang sebuah surat yang berasal dari Ratunya. "...Kenapa kau tidak menolak ku saja, Nesia?" "Itu karena ak-" "Indon!" "Ate!" "Kak Nesia!"...