Disleksia : 9

2.9K 545 177
                                    

Prilly mencebikan bibirnya kesal melihat Ali pagi ini, cowok yang kemarin sudah berhasil dia dandani sekarang balik lagi seperti biasa.

Seragam di kancing sampai atas, rambut rapi, sabuk sekolah rapi, juga kaca mata dengan frame tebal nya itu.

Prilly menghela nafas, dia mendekati Ali. Menarik nafas dalam, mencium aroma cowok itu. Siapa tau aroma maskulin Ali masih ada kan?

Hidung Prilly mengernyit begitu dia mencium aroma Ali, bau bayi.

"Ih apasih ngendus-ngendus gitu?" tanya Ali sambil menggeser jauh dari Prilly.

"Kok bau lo gini lagi sih?" kesal Prilly.

Ali mengangkat ketiaknya, mencium aroma badannya sendiri. Sama kok.

"Wangi kok," katanya.

"Parfum dari gue kemaren kemana?" tanya Prilly.

Ali nyengir, "Dibuang, hehe."

"Ngeselin banget sih Ali!"

Prilly memalingkan wajahnya kesal, dia menggeser kursinya jauh-jauh dari Ali. Cowok dengan alis tebal itu menatap heran Prilly, dia menarik nafas pelan.

"Kenapa gue harus dandan dulu sebelum jalan sama lo?" tanya Ali yang tidak dijawab Prilly.

"Lo malu kalo jalan sama gue? Lo takut orang-orang ngeliatin lo aneh karena mau jalan sama cowok cupu? Lo gak terima? Lo gak terima gue apa adanya?" tanya Ali pelan.

"Udah dari awal gue bilang gausah mau deket sama gue, gue ini orang gak punya guna. Gue ini cuma bisa bikin orang malu, lo ngeyel sih di bilang in!" kata Ali lagi sambil tertawa pelan, suara tawanya sumbang.

"Ali, gue gak maksud gitu." kata Prilly menundukan kepala.

"Gue gak pernah malu sahabatan sama lo, gue bangga. Tapi gue gak suka liat lo di perlakuin gak adil sama orang. Gue harap kalo lo rubah penampilan lo, fikiran orang tentang lo juga berubah,"

Prilly menarik nafas, "Nanti gak bakal ada lagi Ali culun sasaran bully, yang ada Ali ganteng cowok idaman."

"Beli es krim yuk!" ajak Ali mengalihkan pembicaraan.

Prilly menghela nafas kasar, tapi dia tetap mengikuti Ali yang mau beli es krim itu.

"Hai Prill!" sapa Reno begitu mereka sampai di kantin.

Ali gemetar, sampai keringat dingin. Padahal, Reno bahkan gak nyapa Ali sama sekali.

Prilly hanya tersenyum menanggapi Reno, dia menarik tangan Ali kemudian mengernyit begitu dia rasa tangan Ali berubah dingin.

Bibir Prilly berkedut menahan senyum menyadari Ali yang sekarang pasti takut. Padahal Reno bahkan tidak menatap Ali.

"Gue duluan ya kak Reno!" kata Prilly menarik Ali pergi.

"Takut lo ya?" todong Prilly, padahal Ali baru saja duduk di kursi dengan es krim oreo di depannya.

"Enggak!" sergah Ali.

"Alah, gak takut tapi sampe dingin sebadan-badan." cibir Prilly.

"Ali takut disiram lagi, gak bawa baju ganti."

Prilly tidak menanggapi lagi Ali, dia lanjut memakan es krim dengan khidmat.

"Tau gak? Kemaren di bioskop, cewek-cewek pada liatin lo semua," kata Prilly yang membuat Ali berhenti makan dan menatap Prilly.

"Lo ganteng pake banget kemaren, kece abis lah!" tambah Prilly.

"Kece apanya, rambut berantakan, kemeja gak di kancing, amburadul kayak preman."

DisleksiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang