Disleksia : 14

4K 565 133
                                    

Sudah seminggu sejak kejadian di rumah sakit, dan Prilly masih setia menemani Ali yang semakin semangat belajar baca dan tulis.

Mama Prilly, seorang Psikolog. Ali sudah beberapa kali datang ke rumah Prilly, dan beberapa kali itu sudah cukup buat Mama Prilly. Cukup untuk dia punya tanggapan dan dugaan tentang kenapa Ali sebenarnya.

Om Nandi juga sebenarnya sudah bicara pada Mama Prilly, konsultasi tentang Ali. Bertanya apa Ali masih bisa sembuh atau tidak.

Dan hari ini, Prilly akan ke rumah Ali lagi. Setelah menemani Ali belajar dia akan bicara sedikit dengan om Nandi.

Ali masih fokus dengan kertas dan pensil nya, tulisannya yang masa awal Prilly lihat tak berbentuk sekarang mulai terlihat jelas dan bisa dibaca.

Tulisannya tidak lagi kelihatan seperti rumput.

"Kalo aja dari dulu gue kenal lo, pasti sekarang udah jago nulisnya," kata Ali sesekali melihat Prilly, yang berbaring disamping Ali.

"Hm,"

"Singkat banget, sariawan ya?"

"Ih diem dong Li, gue lagi chat sama Danu!"

Ali mengerucutkan bibir kesal mendengar jawaban Prilly. Dia pernah liat foto pacar Prilly itu, dan menurut Ali dia tidak lebih ganteng dari Ali.

"Apaan, muka kayak pantat panci aja dibanggain." Ali bergumam pelan, yang untung saja tidak di dengar Prilly.

"Eh Astagfirullah, kata Ayah gak boleh ngomongin orang."

Prilly mendelik ke arah Ali yang tidak lagi menulis, malah duduk diam dengan mata sengaja di tutup kuat, sampai hidungnya mengerucut.

"Nahan boker ya?"

Mata Ali terbuka, "Enak aja!"

Prilly tertawa kecil, melihat Ali yang kembali fokus dengan wajah polosnya membuat Prilly teringat kejadian di rumah sakit waktu itu.

Dia coba bersikap seolah tidak tau apa-apa begitu kembali ke ruangan Ali, menetralkan jantung nya yang berdebar kuat juga mata nya yang memanas.

Karena kejadian itu, Prilly juga agak bersimpati dengan Reno. Mungkin Reno juga melakukan semua pada Ali karena dorongan psikologis nya yang agak terganggu. Setidaknya itu kata Mama Prilly, mengingat Prilly yang bercerita tentang apa saja yang dia dengar.

Ali akan sama seperti Reno, jika saja cowok itu tinggal dengan Adji. Dan beruntung, Ali tinggal dengan Om Nandi. Dan menurut Prilly lagi, seharusnya Reno juga se-beruntung itu.

"Li, gue haus mau ke dapur dulu ya!" pamit Prilly setelah Ali mengangguk.

Dia berjalan ke halaman belakang begitu terlihat Nandi ada disana, duduk di kursi sambil minum teh.

"Om?"

Nandi menoleh tersenyum, menyuruh Prilly duduk di depannya.

"Kenapa Prill?"

Prilly meremas jari tangannya gugup,"Kata Mama, Ali itu Disleksia."

Nandi melihat ke arah Prilly, "Om Tau," kata nya.

"Om udah konsul sama Mama kamu, katanya Ali begini karena psikologis nya terganggu waktu kecil." nafas Nandi sedikit tersendat, dan Prilly tau kenapa.

"Tapi, menurut Mama juga bisa karena faktor keturunan." nada bicara Prilly sedikit pelan di akhir kalimat nya.

Dan wajah Nandi menegang.

"Kalo Om bersedia, Om bisa cerita sama Prilly gimana Ali waktu kecil. Tentang perkembangannya, biar nanti Prilly bilang ke Mama."

DisleksiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang