Disleksia : 8

3K 564 244
                                    

Plakkk

Sebuah tamparan keras diterima Reno begitu dia sampai rumah. Kakek nya, yang biar sudah tua masih tetap terlihat tegap itu menampar Reno dengan keras.

"Mau jadi apa kamu pulang jam segini, ha?" teriaknya marah.

"Pulang-pulang malam, bau alkohol, dari mana kamu?"

Reno masih menunduk dengan rambut yang sudah berantakan, matanya merah karena minum alkohol, kepalanya juga pusing.

"Jawab Reno!" gertak kakek nya marah.

"Mau jadi cowok gak bener kamu? Mau jadi bajingan? Mau malu-maluin kakek?"

Reno masih diam, tapi sekarang tangannya mulai mengepal.

"Jangan jadi orang goblok kaya si Nandi itu, perempuan pelacur dipertahanin!"

Dan, mendengar kalimat terakhir dari kakek membuat Reno yang sudah panas makin mendidih. Dia menatap kakek nya dengan marah, tidak terima.

"Orang yang kakek bilang pelacur itu ibu aku!" serunya berteriak juga.

"Dia ibu aku!"

Plakkkk

Sekali lagi pipi Reno ditampar keras, lebih keras dari tadi karena sekarang Reno sampai tersungkur.

Rudi, kakek Reno berlalu pergi. Meninggalkan Reno di tengah rumah besar yang sepi itu. Sendirian.

Reno mengelap sudut bibirnya yang berdarah, berjalan terseok menuju kamar nya.

Melempar semua barang begitu dia sampai dikamar, meninju cermin sampai pecah, tidak perduli meski sekarang tangannya luka berdarah.

Dia menatap wajah nya di cermin yang sudah retak, menatap bagaimana menyedihkannya wajah dia. Lebam dimana-mana.

***

"Li, nih gue bikin brownies kemaren!"

Prilly menyuapi Ali brownies buatannya, di taman sekolah.

Berkat Prilly, sekarang Ali tidak terlalu takut lagi untuk berbaur dengan orang-orang. Dan berkat Prilly juga, sekarang teman-teman mereka tidak terlalu beringas pada Ali.

Ini semua juga kurang lebih berkat Ali yang sekarang sudah berani menunjukkan kemampuannya di bidang matematika. Sampai teman sekelasnya jadi lebih menerima Ali dilingkungan mereka.

Ali senang, dia sudah mulai bisa percaya diri. Dia juga senang, Prilly bisa membuat teman sekelas nya mau berinteraksi dengan Ali. Biar memang masih ada beberapa yang suka mengolok Ali karena dia masih belum lancar baca tulis.

"Enak ih, masa ini bikinan lo sih?"

Prilly memutar bola matanya jengah, "Terus menurut ngana gue bokis?"

"Ya kan keliatannya lo itu berandal."

"Sialan!" umpat Prilly sambil menjitak kening Ali.

"Jadi perempuan itu harus lembut, gak boleh kasar. Nanti jadi perawan tua!" kata Ali lagi sambil cengengesan.

"Gue udah ada pacar ya Li,"

"Iya deh iya." Ali mengalah, bungkam kalo Prilly sudah bahas pacar nya.

Ali memalingkan wajahnya ke arah koridor kelas 12, dia lihat Reno lewat. Tapi, ada yang aneh. Ali bisa lihat wajah Reno yang banyak lebam.

"Prill, itu Kak Reno kenapa biru-biru ya?" tanya Ali.

"Au, titisan avatar kali."

"Ih, itu kayak abis ditonjok Prill."

DisleksiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang