Disleksia : 10

3.2K 578 148
                                    

Prilly menatap cowok yang berdiri di depan nya dengan malas, pagi-pagi udah cari masalah.

"Ayo berangkat!" ajak Reno.

Prilly berjalan melewati Reno yang sejak dia buka pintu sudah ada di depan rumahnya, lengkap dengan motor besar cowok itu.

"Buruan naek!" perintah Reno yang tidak digubris Prilly.

Cewek itu sekarang menyesal, kenapa dia tidak ikut berangkat dengan Papa dan Mama nya tadi.

"Ngapain sih lo? Kerajinan banget jemputin anak orang!" sentak Prilly kesal.

Reno hanya terkekeh, "Gapapa lah, sama calon pacar ini."

"Bangsat!" umpat Prilly pelan.

"Mau naik gak?" tanya Reno sekali lagi.

"Ogah! Mending gue naek angkot aja."

Prilly berjalan mendului Reno, tapi yang namanya Reno tetap tidak mau nyerah gitu aja. Dia melajukan motornya pelan mengikuti Prilly, dan tetap tidak ditanggapi perempuan itu.

"15 menit lagi bel sih, gue ngebut deh kalo lo gak mau ikut."

Prilly menoleh, dia terus melihat ke arah jam tangannya. Mampus!

Dia menggigit bibir bawahnya gengsi, "Yaudah gue ikut." putusnya.

Reno tersenyum puas, menarik tangan Prilly agar melingkar di perutnya lalu melajukan motornya dengan cepat menuju sekolah.

Mereka yang baru sampai itu, langsung turun dengan terburu-buru. Jangan bayangkan murid lain memperhatikan mereka berdua, karena nyatanya semua murid sibuk berlarian masuk gerbang sebelum ditutup.

Reno menggandeng tangan Prilly yang jelas saja ditolak mentah-mentah perempuan mungil itu.

Ya namanya badan Reno kekar, apa daya Prilly yang mungil cuma bisa ikut pasrah biar muka nya sudah kusut.

"Lepasin!" teriak Prilly begitu mereka sudah dekat kelas Prilly.

"Gue anter ke dalem," kata Reno.

"Gue bukan anak TK lagi yang bakal gemeter terus pipis kalo gak dianter sampe dalem kelas!".

Sekali lagi Reno tidak perduli, dia tetap menarik tangan Prilly yang mungkin sekarang sudah kemerahan.

"Belajar yang bener ya, sayang!"

Prilly menatap kesal Reno dan tentu saja memaki nya dengan semua kata umpatan yang dia tau.

Ali yang duduk disebelahnya masih memasang muka kaget, dari semenjak Prilly ditarik Reno sampai sekarang perempuan itu sudah duduk di sebelahnya, Ali perhatikan dengan wajah super terkejut.

"Kok bisa bareng?" tanya Ali.

Prilly masih ngos-ngosan, mukanya masih merah, "Bangsat emang!"

"Ih, kok jadi Ali dimarahin?" cowok itu mengernyit heran, bibir merahnya mengerucut kesal.

"Bukan lo sableng!"

"Tuh kan, dimarahin lagi."

Ali membuang muka, niat Ali kan cuma tanya.

Prilly yang masih sibuk mengatur nafas setelah mengumpat habis-habisan sama Reno sekarang beralih melihat ke arah Ali, yang merajuk.

"Kok lo ngambek?" tanya dia heran.

"Kok lo marah?" balas Ali.

"Siapa ya marah sama lo sih? Astaga Ali!" kata Prilly dengan keras sedikit gemas.

DisleksiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang