Disleksia : 13

2.5K 517 119
                                    

Prilly menarik nafas dalam, menatap Reno yang duduk di depannya sekarang. Dia bingung harus mulai dari mana.

"Kenapa?" tanya Reno yang membuat Prilly menggigit bibirnya gugup.

"Ehm, gue tau ini bukan urusan gue. Tapi, waktu dimintain tolong Om Nandi ngambil baju Ali dirumahnya, gue ngeliat foto keluarga. Disana, gue liat ada Om Nandi, istrinya, Ali waktu umur sekitar dua tahun, sama..."

Prilly menarik nafas pelan, "Sama anak cowok sekitar 4 tahun disamping Ali. Anak cowok itu... mirip lo."

Reno membalas ucapan Prilly dengan tatapan datar nya, tidak terlihat dia tegang sama sekali.

"Terus?" tanya Reno sambil bersedekap dada.

"Cuma mirip, bukan berarti itu gue. Jangan mikir pendek!" kata Reno tersenyum kecil sambil mengusap rambut Prilly.

"Tapi sampai sekarang juga kak Reno mirip Om Nandi."

Reno tertawa, "Maksa banget sih Prill. Berharap gue bilang kalo gue anak Om Nandi yang terbuang?"

Prilly menatap Reno kesal sekaligus bingung. Mereka berdua duduk di kantin sekolah. Reno langsung saja menyetujui ajakan Prilly untuk makan berdua di kantin saat jam istirahat.

"Gue punya orang tua sendiri, yang jelas beda sama Ayah si Idiot."

Reno menyuapkan makanan miliknya dengan pelan, juga mata yang sedari tadi tidak lepas dari Prilly.

"Gue minta maaf," lirih Prilly.

Reno menatapnya dengan kening berkerut, "Maaf?"

"Gue minta maaf atas nama Ali kalo dia ada salah yang bikin lo susah lupain. Gue minta maaf atas nama Ali dan berharap lo berhenti buat bully dia. Biar lo serius aja belajar buat masuk universitas yang lo mau."

Reno tertawa kencang, sampai matanya berair dan perutnya keram.

"Segitunya lo belain si idiot. Masalah universitas, tenang aja Prill. Gue bisa masuk dengan mudah, sukses, terus nikahin lo!" seru Reno kemudian bangkit berdiri meninggalkan Prilly disana.

Yang diam mematung dengan pipi merona merah, se bangsat apapun Reno, dia tetap cowok ganteng yang gak mungkin buat perempuan gak bereaksi sama rayuannya.

***

"Gue udah bisa baca dong!" kata Ali tersenyum bangga begitu Prilly berkunjung ke kamar rawat nya.

Prilly menaikan alis, duduk disamping ranjang Ali. Melihat buku yang dibaca cowok itu, lalu tersenyum kecil.

"Ini buku dikasih Ayah barusan, gue udah bisa baca dua halaman. Beneran baca sendiri, gak tanya Ayah!" serunya lagi bangga.

Prilly tertawa kecil melihat mata hitam Ali yang berbinar.

"Coba, gue pengen denger!"

Dengan senang hati, Ali menunjukannya lagi.

"Ini Ibu Budi. Budi pergi ke pasar. Budi rajin belajar. Karena belajar Budi jadi pintar."

Cowok dengan bekas jahitan di dahi yang sudah hampir kering itu tersenyum bangga pada Prilly.

"Keren kan!"

Prilly mengacak rambut hitam Ali, lumayan ada kemajuan.

"Hadiah nya mana?" tanya Ali yang membuat Prilly mendengus.

"Tar gue beliin lipstick."

Ali cemberut, "Ah, jangan lipstick!"

"Blush on?"

DisleksiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang