#4

56 49 10
                                    

Reynand melangkahkan kaki nya dengan terburu-buru di koridor kantor kejaksaan pusat. Hari ini ia akan menginvestigasi terdakwa Tyaga. Di depan pintu ruangan investigasi ia membenarkan jas nya dan memberi sedikit parfum berbau maskulin.

"Apakah Tyaga sudah sampai?" Tanyanya kepada seorang Jaksa lainnya sambil merapikan rambut hitamnya itu.

"Mungkin 10 menit lagi ia akan datang,"

Dari arah berlawanan dari Reynand, seorang lelaki memakai seragam tahanan bewarna coklat berjalan dipandu oleh dua petugas penjara. "Nah ini orangnya si Tyaga" batin Reynand setelah ia melihat sosok Tyaga dengan tampang premannya.

Mereka pun masuk ke dalam ruangan investigasi yang berukuran 12 × 12 meter persegi, dengan 4 CCTV yang berada disudut atas ruangan.

"Silahkan duduk saudara Tyaga," kata Reynand mempersilakan Tyaga duduk dihadapannya.

Tyaga langsung duduk dan bersandar, lalu ia mengetukkan jarinya di meja dan menimbulkan suara tak,tak,tak.

Reynand langsung angkat bicara, "Dari data dan hasil uji forensik, sudah menyatakan bahwa terdapat DNA anda di pisau yang digunakan untuk membunuh korban, dan juga detektif menemukan sehelai rambut anda berada di tubuh korban, ini sudah jelas bahwa anda yang melakukan semua ini!"

Tyaga tetap mengetukkan jari telunjuknya ke meja,dan ia membuat suara ketukan itu lebih keras, matanya melihat ke sudut ruangan tanpa memedulikan apa yang Reynand katakan barusan.

"Saudara Tyaga, apakah anda mendengarkan saya?!" Tanya Reynand dengan nada yang lebih keras, lalu ia merenggangkan ikatan dasinya.

"Saya sudah bisa menebak, di persidangan nanti saya di bebaskan oleh hakim." Ucap Tyaga dengan santainya, ucapan itu membuat Reynand kesal.

"Apa yang anda katakan itu tidak benar Pak Tyaga! Saya sudah memiliki bukti yang jelas kebenarannya bahwa anda yang melakukan kesalahan,"

Tyaga tetap melihat ke sudut ruangan dan menganggap Reynand tidak ada di depannya. "Saya melakukan itu untuk pembelaan diri Bapak Jaksa! Si korban awalnya yang mencekik leher saya,"

"Jika korban mencekik anda, DNA korban pasti ada di leher anda, dan saya tidak melihat ada bekas cekikan di leher anda Pak Tyaga." Kata Reynand yang sedang memperhatikan gerak-gerik Tyaga.

Reynand yang emosi nya sudah melonjak langsung menatap kamera cctv, "kita sudahi penyelidikan oleh saudara Tyaga, saya masih ada urusan kasus lain."

Tyaga tertawa terbahak-bahak, "Pak jaksa yang terhormat, tidak seharusnya anda menyudahi penyelidikan ini dengan spontan, kenapa anda cemen sekali bapak jaksa?" Tanyanya dengan nada merendahkan Reynand.

Reynand menatap sinis wajah Tyaga, "Anda daritadi tidak mendengarkan saya, jadi apa gunanya saya tetap melakukan penyelidikan jika orang yang di wawancarai tetap diam dan menganggap remeh kehadiran saya."

###

Kennice memijit pelipisnya, hari ini terasa sangat lelah olehnya. Hari ini Kennice dan Adamma harus sudah menyelesaikan kasus pembunuhan oleh Tyaga, karena besok persidangan berlangsung.

Kennice berjalan menuju meja Adamma, "Ma, ke kafe bentar yuk, mata gue udah nggak kuat nih ngantuk banget!" Ajaknya sambil merayu-rayu temannya itu. Adamma mengangguk dan berdiri dari kursinya lalu ia merangkul bahu Kennice.

"Gue juga capek banget Ken, rasanya pengen tidur seharian penuh deh, hahaha!" Seru Adamma ketika tangannya masih merangkul bahu Kennice.

3 menit kemudian mereka sampai di kafe 'd amour yang terletak di samping gedung kantornya. Mereka duduk di dekat kaca, dan memesan 2 kopi dan snack ringan.

"Pasti lo udah nggak sabar besok pas persidangan kan? Mau ketemu sama Bapak Jaksa!" Seru Adamma menggoda temannya yang duduk di hadapannya.

Pipi Kennice bersemu, ia tersenyum tipis "apaansih lo Ma,ada ada aja deh!"

"Denger-denger dari temen gue yang kerja di kantor kejaksaan katanya Jaksa Reynand dimarahi ibunya soalnya nggak mau nikah Ken!" Kata Adamma dengan 'lolog'nya.

Kennice menelan ludahnya setelah mendengar celotehan Adamma, "makin nggak ada harapan kalo dia udah ada rencana nggak mau nikah, nggak ada harapan. nggak ada harapan Ken. Nggak ada harapan!" Batin Kennice di dalam hatinya, Adamma menatap temannya dan ia merasa bersalah.

"Apa kata-kata gue salah ken?" Tanyanya sambil menggaruk-garuk kepala dan tersenyum kuda.

Someday SomehowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang