#11

34 17 8
                                    

Semenjak Stefano bilang ia ingin mengetahui lebih banyak tentang Kennice kemarin, Reynand menjadi bingung.

Huh! Memang apa hubungan gue sama Kennice. Se- kasus bareng? Alah, cuman dua kali juga.

'Kasih tau gue tentang Kennice Rey.' Kalimat itu masih terngiang-ngiang di dalam benak Reynand.

Lalu Reynand tersenyum pahit sembari membuka lembar demi lembar kasus yang dijepit dengan penjepit kertas berwarna hitam itu.

Perasaan gue nggak kenal sama Kennice, eh kenapa gue jadi gini ya....

Reynand langsung memukul jidatnya dan bergegas untuk bertemu dengan Stefano dan menjelaskan kepada temannya itu bahwa ia tidak tahu, tepatnya tidak bakal tahu tentang Kennice Eleanore Tegwen.

Ia berjalan menyusuri koridor koridor kantor kejaksaan pusat untuk pergi ke gedung pengadilan pusat disebelah gedung kantornya untuk menemui Stefano.

Kemudian ia membuka pintu ruang kerja Stefano, "Woy!"

Stefano langsung kaget dan menutup lembaran kasus yang ia kerjakan, "Ngapain lo? Tumben kesini."

"Fan, katanya lo pengen tau tentang Kennice kan?"

"Iya."

Reynand tersenyum pahit, "Lah gue aja nggak tau soal Kennice, ngapain coba lo tanya ke gue!"

Langsung muka Stefano memerah dan memanyunkan bibirnya, "Lah kirain, gue udah kayak aktor drama korea akting sok pengen cari tau tentang cewek."

Reynand terdiam dan tertawa kecil, kemudian ia mengacak-acak rambut coklatnya Stefano.

###

Kennice si pengacara terbaik mulai mendapat banyak permintaan para klien semenjak cutinya sudah selesai.

"Bu pengacara, tolong bantu saya yang tidak bersalah ini!" Ini adalah salah satu contoh permintaan kliennya Kennice yang selalu ia saring terlebih dahulu apakah ia yakin membela si klien atau tidak.

Hari ini cuaca di Jakarta mulai panas dan matahari sangat terik. Kennice yang memakai kemeja bergaris-garis biru dengan pita di bagian kerah kemeja yang ia pakai, dan dengan memakai kulot berwarna coklat ia berjalan dengan cepat untuk bertemu dengan hakim di kantor pengadilan pusat untuk melakukan mediasi(1) kliennya.

"Selamat pagi, cuaca yang sangat panas ya." Kennice menyapa orang-orang di ruang mediasi yang dilengkapi dengan pendingin ruangan.

Sang Hakim yang bertugas sudah ada di pojok meja yang sedang duduk kursi putarnya ia menyapa balik Kennice dengan sopan, "Selamat datang Nona Kennice!"

Hakim itu mempersilakan Kennice untuk duduk disamping kliennya, lalu Hakim itu memulai proses mediasi ini.

"Menurut data-data yang kami terima seorang bos perusahaan yang kini duduk di sebelah kanan saya," Kata Sang hakim sambil menoleh kearah klien Kennice yang merupakan seorang bos atau direktur perusahaan besar. "Telah melakukan kekerasan terhadap karyawan magangnya," lanjut Sang hakim.

Kennice meniup poni rambutnya, "Tetapi terdakwa mempunyai alibi bahwa ia tidak pernah melakukan kekerasan terhadap karyawannya, maaf kalau saya terlalu lancang, pak hakim."

Si penggugat yang merupakan karyawan magang nya itu langsung mengeluarkan tangannya dan menunjukkan bekas luka tonjokkan berwarna ungu.

"Mohon dilihat, pak direktur meminta saya untuk membelikan kopi kepada beliau, tetapi kopi yang saya beli di minimarket ternyata bukan kopi yang beliau inginkan, langsung saja beliau marah kepada saya dan memukun tangan saya dengan keras." Kata si karyawan dengan panjang lebar.

Kennice menyenggol tangan kliennya dan berusaha membela kliennya padahal ia merasa kasihan dengan si penggugat, "Pak Hakim, kejadian itu hanya sekali, setelah itu terdakwa tidak pernah melakukan kekerasan kepada karyawannya, dan juga kejadian itu saat terdakwa sedang badmood."

Hakim itu terlihat lelah dan ia meminta kepada orang-orang yang mengikuti proses mediasi hari ini untuk beristirahat dan mediasi kedua akan dilakukan minggu depan.

Kennice dan kliennya berjalan keluar ruangan itu.

"Bapak ini, sungguh merepotkan saya ya!" Batin Kennice setelah berpisah dengan kliennya, lalu ia kembali berjalan di area pedestrian(2) di depan gedung itu.

BRUK!!!

Lembaran-lembaran kasus yang Kennice bawa langsung jatuh berserakan di lantai. Orang yang menabrak Kennice juga sedang membawa tumpukan kertas yang juga jatuh saat itu.

Kennice masih sibuk membereskan kertas-kertasnya sampai ia tidak memperhatikan siapa orang yang menabraknya, "Lain kali liat-liat dong kalo jalan!" Teriaknya sambil berdiri membawa tumpukan kertas yang tidak tertata rapi.

"Mohon maaf, saya tidak akan melakukan ini lagi, anda tidak apa-apa?" Tanya orang itu.

Kennice merapikan poni rambutnya yang menghalangi pengeliatannya. Saat itu juga jantungnya berdegup kencang tak karuan, dan mungkin juga pipinya sudah bersemu merah.

Orang yang menabrak kennice merapikan jasnya dan menatap Kennice dengan heran.

Astaga, orang yang menabrakku. Jaksa. Reynand. Oh astaga.


(1) Mediasi = proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau mufakat para pihak dengan dibantu oleh Mediator yang tidak memiliki kewenangan memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.

(2) pedestrian = pejalan kaki

Someday SomehowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang