ANGKASA BAGASKARA | 04

4.8K 150 3
                                    

Malam-malam sekali Angkasa memasuki kamar Frans yang ternyata sang pemilik sudah tidur. Satu tangannya membawa dua kantong plastik berwarna hitam yang satu di antaranya berisi sebungkus bakso. Ia lantas menutup pintu kamar dengan rapat, melangkahkan kakinya ke kasur tempat temannya tidur.

Mata elangnya langsung tertuju pada wajah Frans, melihat rahang kokohnya yang terdapat luka memar. Menatapnya sejenak sembari menyimpulkan bahwa luka itu muncul karena ulah Gerald.

Ia diam sejenak, lalu menempelkan kantong plastik berisi bakso itu ke lengan Frans. Bermaksud membangunkannya untuk memakan makanan yang ia beli dari luar.

Perlakuan bodoh yang seperkian detik langsung mendapat respons dari lelaki dengan rahang penuh luka ini. Meringis kecil dan memegangi lengannya yang terasa panas akibat plastik berisi bakso yang ditempelkan di sana.

Langsung membuka mata dan merubah posisinya menjadi duduk—bersamaan dengan rahangnya yang terasa nyeri. Membuatnya kembali meringis dan memegangi lukanya yang belum di beri obat apapun.

Lantas Angkasa duduk di sebelah Frans. Menatapnya diam selama beberapa saat sebelum mengeluarkan beberapa obat dari plastik satu lagi. Alhasil pandangan Frans langsung tertuju pada benda itu.

"Lo obatin sendiri lukanya. Gue enggak bisa," suara berat Angkasa terdengar, sembari satu tangannya mengulurkan obat yang ia beli di luar tadi. Akan tetapi Frans langsung menggelengkan kepalanya.

"Gue laper. Mau makan,"

"Iya, itu udah gue beliin bakso pesenan lo," ucap Angkasa sembari menunjuk belanjaannya menggunakan dagu.

"Thanks,"

Angkasa nampaknya masih menatap luka di wajah Frans. Dalam hati merasa lega menyadari bahwa luka yang dia dapat tidak parah. Yang sebenarnya Gerald bisa saja melakukan hal lebih pada adiknya sendiri seperti yang biasa dia lakukan di luaran sana.

"Sia-sia gue beli obat luka sebanyak ini setelah tau luka lo enggak parah,"

Perkataan yang segera mendapat lirikan singkat dari sosok yang sedang bertelanjang dada ini. "Maksud lo, lo mau gue dapet lebih dari ini?" Pertanyaan yang di susul dengan ringisan kecil dari bibir tipis itu.

Lantas Angkasa menggelengkan kepalanya. "Enggak. Cuma heran aja,"

Frans menahan tawanya. "Athur tadi nahan Gerald. Terus gue di bawa ke kamar,"

"Kalo enggak ada dia bisa-bisa gue mati,"

Angkasa tertawa kecil. "Makanya enggak usah nyari ulah. Tau sendiri, 'kan Gerald orangnya  gimana," ucapnya asal. Tidak peduli dengan respons yang akan Frans tunjukkan setelah ini.

Menghiraukan raut wajah Frans yang langsung berubah dalam hitungan detik. "Lo sendiri habis dari mana? Main sama cewek, 'kan?" Sindirnya sarkas yang segera mendapat gelengan singkat dari Angkasa.

"Muter-muter doang, cari angin,"

"Bullshit," gumamnya.

Angkasa tidak menyahut apapun, malah bangkit dari duduknya dan melepas t-shirt polos di tubuh kekar penuh tatto itu. Mendekati sebuah lemari pakaian dan memilih salah satu baju di dalamnya tanpa minta izin apapun dari sang pemilik.

Alih-alih marah dengan perlakuan Angkasa, Frans justru menunjukkan tatapannya ke salah satu tatto di badan Angkasa yang belum pernah ia lihat sebelummya. "Lo bikin tatto lagi?"

Angkasa mengangguk pelan sembari mengambil baju lengan panjang berwarna hijau army milik Frans. "Kemarin,"

Frans masih saja memandangi tatto baru itu. Otaknya sedang berpikir mengenai makna di balik gambar seekor ular yang sedang menjulurkan lidah. Yang akhirnya pertanyaan dalam benaknya itu segera mendapat respons singkat dari Angkasa.  "Cuma gambar biasa, bukan apa-apa,"

ANGKASA BAGASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang