ANGKASA BAGASKARA | 06

3.9K 105 0
                                    

Pemantik rokok berwarna hitam yang terletak di atas nakas itu diambil oleh seseorang dengan tangan kekar penuh tatto. Di tangan kanannya sudah ada sebatang rokok yang sudah siap ia nyalakan. Menaruhnya di mulut untuk kemudian dibakar ujungnya menggunakan pemantik yang baru ia ambil.

Menaruhnya kembali ke tempat semula, lalu mengambil posisi duduk di pinggir kasur king size -nya dan mengambil ponselnya yang tergeletak tak jauh dari posisinya.

Melihat jam yang tertera di layar, menghembuskan nafas yang bersamaan darinya keluar asap rokok memenuhi ruangan berukuran besar ini. Pukul delapan lewat lima belas menit—yang seharusnya ia telah bertemu dengan seseorang pada pukul delapan pas.

Menghisap kembali rokok dan menghembuskan asapnya ke udara dengan pandangan tertuju layar ponsel. Menahan sabar serta merelakan beberapa menit yang telah terbuang sia-sia.

Lima belas menit bukanlah waktu yang sebentar bagi sosok bertatto ini. Keterlambatan yang ia dapat tentu sangat mengganggu pikirannya.

Oleh karenanya, untuk memastikan, ia membuka room chat dan mengirim pesan kepada orang kenalannya untuk menanyai keberadaannya.

Pesan yang ia kirim berakhir dengan tanda ceklis satu, yang lantas menghadirkan hembusan nafas dari sosok yang sedang bertelanjang dada ini. Selanjutnya ia memutuskan untuk melakukan panggilan telepon. Sembari menunggu teleponnya di angkat, ia bangkit dari duduk dan melangkah mendekati jendela apartement.

Menyandarkan punggungnya pada dinding berwarna putih dengan mata tertuju pada pemandangan luar apartement.

Sial. Panggilan yang ia lakukan tidak dijawab. Ia berdecak kesal. Kemudian dilakukannya kembali panggilan yang sama.

Yang darinya tidak menduga bahwa pada saat bersamaan sebuah bunyi bel dari luar apartement terdengar, membuat pandangannya langsung tertuju pada sumber suara. Lantas, si tatto langsung menaruh sepuntung rokoknya ke asbak serta ponselnya ke atas nakas dan meninggalkan kamar untuk membukakan pintu seseorang yang sedang ia tunggu-tunggu.

Memencet beberapa angka yang menjadi nomor rahasia untuk membuka pintu apartement ini, yang kemudian tak lamanya pintu terbuka dan menampilkan sosok wanita dengan dress merah selutut.

Sempat diam memandanginya dari atas sampai bawah dan menikmati wangi yang menempel pada sosok ini. Sampai-sampai melupakan amarahnya yang sempat tertanam akibat keterlambatan yang dia lakukan.

"Sorry banget gue lupa sama password apart lo, chatnya ke hapus," ucap wanita itu sembari mengamati beberapa tatto di lengan si tampan. "Dan, sorry juga gue telat. Ada urusan mendadak tadi,"

Tak lamanya suara beratnya terdengar, menyuruhnya masuk. Membuat wanita itu mengangguk dan berjalan mendahului si pemilik apartement.

Si tatto mengikutinya dari belakang dan mengamati wanita tersebut duduk di sofa.

"Bagusnya gue manggil lo apa? Angkasa? Bagas?" Kata wanita ini dengan senyum yang merekah di bibirnya, membuat sosok disebelahnya mengangkat sebelah alis.

"Angkasa,"

Wanita itu manggut-manggut. "Kalo gitu panggil gue Della,"

Angkasa mengangguk cepat, "gue enggak ada waktu untuk ngobrol. Jam setengah sepuluh harus pergi," ucapnya yang masih berdiri.

"Lho, janjinya gue semaleman di sini," jawab Della dengan mendongkak kepalanya.

Ada jeda selama beberapa saat sebelum Angkasa kembali merespons, "gue mana tau ada urusan mendadak begini," ucapnya dingin. "Lagipun bayaran yang gue kasih enggak berkurang,"

Della diam selama beberapa detik, lalu mengangguk pelan. Ia bangun dari duduknya dan mengikuti Angkasa dari belakang menuju kamarnya.

Langkah Angkasa berhenti tepat di sebelah kasur. Ia membalikkan tubuhnya, menatap Della yang hendak menutup pintu dan menunggunya sampai selesai.

ANGKASA BAGASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang